SEJAK KAPAN KITA BERAGAMA ISLAM ?
PERTANYAAN nakal semacam itu, sepertinya kita anggap biasa saja, bahkan cenderung mengada-ngada, padahal kalau kita tafakkuri justru pertanyaan itu akan membuat kita “clingu’an”, pusing bahkan kalau dipikirkan terlalu keras bisa botak, masalahnya salah satu persyaratan untuk menganut agama islam adalah dengan mengucapkan dua kalimah syahadat yaitu “ Asyhadu allaa ilaaha illallaah, Wa asyhadu anna Muhammadan rasuulullah " (Saya bersaksi bahwa tiada Ilah (Tuhan) selain Allah, dan saya bersaksi bahwa Muhammad adalah rasul (utusan) Allah)
Lalu bagaimana dengan kita yang mengaku beragama islam ini, tetapi tidak pernah merasa mengucapkan dua kalimat Syahadat di hadapan beberapa orang saksi? Kalau golongan muallaf sangat mudah menjawabnya, ketika ditanya hal yang serupa, bahkan dengan jelas dan bangganya mereka bercerita kalau dirinya menganut agama islam sejak tanggal ini, bulan sekian dan tahun itu dengan disaksikan ulama ini, kyai itu, ustat ini, ustat itu. Termasuk juga tempat di mana dia di syahadatkan bahkan tanpa ditanyapun menjelaskan kalau setelah selesai berikrar masuk agama islam diberi kenang-kebangan berupa sertifkat, pakaian muslim dan zakat, subhanallah mereka benar-benar luar biasa, bisa tahu kapan dirinya mulai beriman kepada Allah.
Sedang kita ? Karena memang tidak melewati momentum seremonial yang sakral, akhirnya bingung sendiri, bahkan saking bingungnya tidak sedikit diantara kita sampai usia dewasapun belum sholat, belum zakat, belum puasa, apalagi naik haji tambah jauh dari alam pikirannya karena kehidupannya selalu dikuasai untuk memperluas kekuasaan dan memperbanyak kebendaan. Mau apalagi kalau kenyataannya memang begitu, bahwa dirinya benar – benar tidak tahu saat kapan masuk islam. Karena memang tidak tahu? Akhirnya walau sadar usianya telah menginjak 50 tahun lebih, ya dilewati begitu saja. Beda dengan dengan para muallaf, mereka dengan bangganya selalu bercerita kalau masuk islamnya baru 5 tahun yang lalutetapi sudah bisa menghatamkan al quran sebanyak 3 kali. Subhanallah, kita benar-benar dibuat dungu kalau mendengar pengakuan para muallaf diusia seumur jagung menganut agama islam tetapi sudah mampu melakukan hal-hal agung bahkan ada yang menjadi dai segala, sedang usia kita sudah mencapai 50 tahun justru tambah linglung, boro-boro menghatamkan al qur’an mengajipun tidak belum pernah. Hidup semacam itu benar-benar merugi, bagaimana tidak? masa terus berganti sementara bathin keimanan kita tetap mati “Demi masa, sesungguhnya manusia benar-benar berada dalam keadaan merugi, kecuali orang-orang yang beriman, beramal shaleh, dan mau saling nasihat-menasihati dalam kebenaran dan kesabaran” (Q.S. Al-‘Ashr : 1-3)
Sedang kita ? Karena memang tidak melewati momentum seremonial yang sakral, akhirnya bingung sendiri, bahkan saking bingungnya tidak sedikit diantara kita sampai usia dewasapun belum sholat, belum zakat, belum puasa, apalagi naik haji tambah jauh dari alam pikirannya karena kehidupannya selalu dikuasai untuk memperluas kekuasaan dan memperbanyak kebendaan. Mau apalagi kalau kenyataannya memang begitu, bahwa dirinya benar – benar tidak tahu saat kapan masuk islam. Karena memang tidak tahu? Akhirnya walau sadar usianya telah menginjak 50 tahun lebih, ya dilewati begitu saja. Beda dengan dengan para muallaf, mereka dengan bangganya selalu bercerita kalau masuk islamnya baru 5 tahun yang lalutetapi sudah bisa menghatamkan al quran sebanyak 3 kali. Subhanallah, kita benar-benar dibuat dungu kalau mendengar pengakuan para muallaf diusia seumur jagung menganut agama islam tetapi sudah mampu melakukan hal-hal agung bahkan ada yang menjadi dai segala, sedang usia kita sudah mencapai 50 tahun justru tambah linglung, boro-boro menghatamkan al qur’an mengajipun tidak belum pernah. Hidup semacam itu benar-benar merugi, bagaimana tidak? masa terus berganti sementara bathin keimanan kita tetap mati “Demi masa, sesungguhnya manusia benar-benar berada dalam keadaan merugi, kecuali orang-orang yang beriman, beramal shaleh, dan mau saling nasihat-menasihati dalam kebenaran dan kesabaran” (Q.S. Al-‘Ashr : 1-3)
Hehehe jangan bangga dulu, yang seakan-akan kita punya peluang untuk memelihara kabing hita, Apa yang dipaparkan Itu hanya nalar berpikiran orang nakal saja, sebab kita yang dilahirkan dari keluarga muslim. Allah SWT memang sudah memberi remondasi khusus, untuk tidak melakukan suatu upacara seperti apa yang disyaratkan kepada para muallaf, mengingat sejak dini sudah bersyahadat saat kita berada di dalam sulbi bapaknya dan rahim ibunya , sebagaimana firman Allah “ Dan (ingatlah), ketika Rabbmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman):"Bukankah Aku ini Rabbmu". Mereka menjawab:"Betul (Engkau Rabb kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan:"Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Rabb)". (QS. 7:172)
Atas dasar firman Allah tersebut maka dengan sendirinya setiap manusia yang lahir, sudah dalam keadaan islam, yang mengakui adanya Allah sebagai Rabb semesta alam dan mengakuiNya sebagai sesembahannya .. Sebagaimana disabdakan oleh Rasulullah Muhammad shallallahu 'alaihi wa alihi sallam : “Tidaklah setiap anak kecuali dia dilahirkan di atas fithrah , maka bapak ibunyalah yang menjadikan dia yahudi , atau menjadikan dia nashrani , atau menjadikan dia majusi” . ( HR . Al-Bukhary Muslim ) kalimat "fithrah" diluar sebutan yahudi , nashrani , dan majusi, menjelaskan bahwa maksud dari kalimat Al-Fithrah itu adalah islam, sebagaimana dalam firman Allah : “ Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah.(Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui, ( 30 ) dengan kembali bertaubat kepada-Nya dan bertaqwalah kepada-Nya serta dirikanlah shalat dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah “ (QS. Ar-Ruum : 30-31)
Sekarang menjadi jelaslah bahwa sesungguhnya setiap manusia yang dilahirkan dari keluarga muslim dengan sendirinya akan menjadi muslim, karena fitrah manusia adalah agama yang hanif ( agama islam ) yang mengajak kepada penyembahan semata-mata terhadap Allah Rabb semesta alam . jadi sepanjang yang dilahirkan sampai dewasa atau sampai ajal menjemput, tidak pernah mengotak atik kefitrahan yang merupakan hadiah dari Allah SWT yang sangat luar biasa bagi kaum muslimin berpindah kepada agama yahudi , nashrani , majusi dll. Maka selamanya ia beragama islam, seperti yang dijelaskan dalam hadist qudsy “Sesungguhnya Aku telah menciptakan hamba-hambaKu dalam keadaan hunafa' ( islam ) semuanya , kemudian syetan memalingkan mereka dari agama mereka , dan mengharamkan atas mereka apa yang Aku halalkan , dan memerintahkan mereka untuk menyekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak Aku turunkan keterangannya” ( HR . Muslim )
Alangkah sayang dan meruginya apabila kita sebagai umat islam yang Allah mudahkan itu, tiba-tiba kita sendiri yang membangun kesulitan-kesulitan dan celaka-celaka yang menjerumuskan dirinya kepada jurang kenistaan neraka jahannam karena tidak menepati janji ikrar dua kalimat syahadat yang terucap, oleh sebab itu mari kita pahami bahwa sesungguhnya syahadat yang kita sirrikan maupun dzahirkan itu tidak sekedar ungkapan tak bermakna, melainkan “ suatu pernyatan bathin yang harus kenyakini , suatu ungkapan lisan yang wajib ditepati dan suatu perbuatan amal yang harus dikerjakan” #guru kasabullah
Agar 3 unsur pokok pikiran itu tersebut, bisa terakomodasikan dengan baik, maka setidaknya kita perlu memiliki : Ilmu Pengetahuan, tentang Syahadat bahwa syahadat itu merupakan pernyatan bathin tentang keimanan kepada Allah sang pencipta dan kepada Rosulullah Muhammad Shallallhu alaihi wa alihu wa shallam sebagai utusan, yang diucapkan dengan lisan sebagai janji kepada alam semesta yang ditindak lanjuti dengan amal perbuatan sebagai jawaban atas yang diucapkan dan sebagai wujud dari apa yang diyakini # guru kasabullah
Agar 3 unsur pokok pikiran itu tersebut, bisa terakomodasikan dengan baik, maka setidaknya kita perlu memiliki : Ilmu Pengetahuan, tentang Syahadat bahwa syahadat itu merupakan pernyatan bathin tentang keimanan kepada Allah sang pencipta dan kepada Rosulullah Muhammad Shallallhu alaihi wa alihu wa shallam sebagai utusan, yang diucapkan dengan lisan sebagai janji kepada alam semesta yang ditindak lanjuti dengan amal perbuatan sebagai jawaban atas yang diucapkan dan sebagai wujud dari apa yang diyakini # guru kasabullah
Sehingga pada akhirnya ilmu pengetahuan syahadat yang dimiliki dengan sendirinya dapat mengantarkan diri kepada jalan-jalan keselamatan yang penuh hidayah karena keyakinan keimanannya telah mencapai kemurnian disebabkan telah mendapat hidayah keikhlasan untuk tunduk kepada Allah dan Rasulnya, telah mendapat hidayah kejujuran untuk mengerjakan amal sholeh karena semata-mata rasa cintanya kepada Allah dan Rasulnya. # syahadat