PERSIAPAN MEMASUKI BULAN PUASA
Hehehehehe kayak mo ngikutin upacara bendera saja, pakai
persiapan segala, emangnya puasa ada persiapannya juga?
Ya
walau tidak ada, setidak-tidaknya apabila kita mau mengacu kepada salah satu ayat (QS.
Asy-Syu'araa, 26: 78-83) "Ya
Tuhanku, berikanlah kepadaku hikmah dan masukkanlah aku ke dalam golongan
orang-orang yang saleh" berarti persiapan itu penting, karena hikmah
merupakan hasil dari olah pikir atas suatu kejadian yang mempunyai sisi lemah
dan sisi unggul, sehingga apabila ingin memperoleh keunggulan harus
memperhatikan hal-hal yang membuat lemah
atas kejadian dimasud, agar apa yang akan dijalani tidak menimpa kepada
dirinya.
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada
Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk
hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan. Dan janganlah
kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka
lupa kepada diri mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang yang fasik.” (Qs. al-Hasyr: 18-19 )
Kita sebagai imam atau kepala rumah tangga, tidak boleh
iri apalagi hanyut dengan gaya persiapan istri dan anak dalam menyambut bulan
puasa, diantaranya dengan menumpuk makanan, minuman dan pakaian baru dengan
alasan senyampang harganya belum mahal dan pilihannya banyak, pertimbangan mereka itu
masuk akal tetapi tidak rasional sebab dalam hakikat ibadah puasa itu sendiri adalah
mengendalikan hawa nafsu bukan malah sebaliknya. agar apa yang
ditakutkan oleh Rosulullah Muhammad Shallallahu Alaihi wa Alihi Wa shallam
terhadap ummatnya tidak terjadi kepada keluarga kita utamanya kita sendiri: ”Betapa banyak orang yang berpuasa tidak mendapatkan apa-apa
kecuali rasa lapar dan dahaga.”
Masyaallah,
naidzubilla himindzaliq.... apakah hal semacam itu perlu terjadi juga kepada
keluarga kita? Kalau tidak...... yuk kita halau,bimbing,kawal dan pantau
keluarga kita dari kesia-siaan dalam melaksanakan ibadah puasa dengan cara yang
bersahaja dan terkhormat serta tidak menyinggung perasaannya agar ibadah
puasanya benar benar berkualitas dari terkoyaknya amarah hawa nafsunya.
Dalam
surat
At Tahriim ayat 6, “Hai orang orang beriman, peliharalah (selamatkanlah)
dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan
batu....(sampai akhir ayat)”
ini adalah ayat perintah kepada, kita selaku pribadi
dan selaku kepala rumah tangga / imam /kholifah /pemimpin untuk memelihara atau
menyelamatkan diri sendiri dan keluarga (anak istri/suami) dari api neraka
(adzab dan siksa) yang bahan bakarnya dari manusia (diri sendiri anak, istri / suami)
dan batu (materi kebendaan, keperluan, kepentingan dan kebutuhan hidup dalam jangka
waktu tertentu bisa pendek, menengah, dan panjang)
Atas dasar firman Allah tersebut berarti Allah SWT
ingin menjelaskan kepada kita bahwa, setiap
diri kita yang berada dalam suatu ruang
lingkup keluarga harus mewajibkan diri untuk menjadi tutor dan motivator dalam
menjalankan amanah Allah dan RasulNya serta tidak boleh berdiam diri dalam mengharap
perubahan sebab dalam suatu firmannya
Allah mengatakan ‘ Innallaha laa yughoiru maa bikaumin hatta yughoiru maa
bianfusihim ” sesungguhnya Allah tidak merubah nasib (keadaan) satu
kaum(golongan) sampai mereka mau merubahnya.
Tanpa disadari usia kita sudah sampai di ujung himah,
tapi tidak sedikit dari kita yang menjalani pelaksanaan ibadah puasa dari waktu
ke waktu ya itu itu saja, soal makanan, minuman, pakaian baru,ketupat dan
jalan-jalan sehingga setelah puasa tidak satupun nikmat atau pahala yang bisa kita
rasakan berupa “la allakum tattaqun”
mengapa itu terjadi berulang hingga puluhan tahun? Jawabannya karena kita
sendiri tidak mau merubahnya, semua mengalir begitu saja mengikuti tradisi
istri, anak, mertua dan tetangga yang semestinya mereka itu dibawah kendali
kita menghamba kepada Allah.
Persiapan yang dimaksud adalah :
1. Bersyuci dan Bertaubat
Kita
tahu bulan puasa itu adalah bulan suci dan kita juga tahu bahwa zat itu baru
bisa bercampur dengan baik / homogen apabila jenis dan senyawanya sama. Begitu
dengan bulan puasa kalau kita ingin bersenyawa lakukan penyucian diri secara
syareat dan hakikat, Mengingat kebanyakan orang melakukan permintan maaf itu setelah
melakukan ibadah puasa maka. Bagaimana seandainya kita over saja, menjadi sebelum melasanakan puasa, pada siang
hari kita datangi mereka yang pernah kita buat babak belur perasaannya dan
hartanya, sampaikan permohonan dimaklumi dan dimaafkan serta dikhlaskan, dengan
begitu untuk satu urusan kita sudah memperoleh kesucian. Kemudian malamnya temui Allah untuk memohon ampun atas
dosa-dosa yang dilakukan pada orang yang pada siang hari tadi didatangi,
mengapa perlu ke Allah juga? Karena Sesungguhnya Allah tidak pernah menyuruh
agar orang untuk dilukai dan dirugikan.
“Dan
bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya
kamu beruntung.” (QS. An-Nur: 31).
2. Menyelesaikan tanggungan
(qadha)
Ibadah
puasa yang biasa kita lakukan, tidak selamanya bisa ditindak lanjuti dengan
mulus, sebab bagaimanapun disisi kemulyaan manusia yang mulia itu justru
terdapat banyak kelemahan diantara faktor kesehatan, faktor kesempatan bahkan
faktor kejiwaan/malas lebih-lebih kepada kaum hawa yang memang secara kodrati
tidak bisa melasanakan ibadah puasa secara penuh. Dan meninggalkan puasa
semacam itu bukan hal yang tidak diketahui Allah “........ Maka barangsiapa di antara kamu ada yang sakit
atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah ia berpuasa) sebanyak
hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. Dan wajib bagi orang-orang
yang berat menjalankannya (jia ia tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu)
memberi makan seorang miskin. Barangsiapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan
kebajikan, maka itulah yang lebih baik baginya. Dan berpuasa lebih baik bagimu
jika kamu mengetahui.” (Al Baqarah: 183-184).
‘Aisyah radhiallahu
’anha berkata: “Aku memiliki kewajiban berpuasa dari bulan Ramadan lalu,
dan aku baru dapat mengqadanya pada bulan Sya’ban.”
3. Menyelesaikan segala
urusan yang menguras pikiran dan fisik sebelum
ibadah
puasa termasuk juga utang-utang dan janji-janji kalau tidak ada yang akan
dibayarka/gantikan minta waktu agar tidak ditagih pada bulan puasa sehingga
saat melaksanakan ibadah puasa hatinya tetap suci dan tenang,kalau tidak begitu
bisa jadi kita akan terus membangun kebohongan saat ditagih
4. Bangun Rasa
kegembiraan Gembira
Ketika
kita akan melangsungkan pernikahan, mendapat pekerjaan, naik pangkat, mendapat
hadiah sebelum acaranya dilaksanakan hampir setiap saatnya kita selalu dibuat
terlena dan tersanjung serta ingin segera sampai kepada waktu yang ditentukan
itu, mengapa begitu? karena disana
banyak hal yang menjanjikan keindahan, kebahagiaan, kesentosaan. Begitu juga
dengan datangnya bulan suci Ramadhon berbahagialah dan haraplah segera tiba
saatnya, karena dalam bulan Ramadan terdapat nikmat Allah Yang Agung bagi seorang hamba
yang muslim, dilipat gandakannya pahala, diampuni dosanya serta pintu-pintu
surga dibuka dan pintu-pintu neraka ditutup. “Katakanlah, 'Dengan kurnia Allah
dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Karunia Allah dan
rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan." (QS.
Yunus: 58)
Subhanallah....
BalasHapusTerima kasih atas tambahan ilmunya tentang apa apa yang harus di persiapkan dalam rangka menyambut bulan romadhon...#kasabullah..
Subhanalloh trmksh guru atas tambahan ilmu ny..amin bismillah
BalasHapusAmiin subekhanalloh alkhamdulillah,Guru sudah memberikan ilmu agama yang dimana untuk membentengi murid dan sebagai tuntunan murid untuk menyambut bulan suci ramadhan,untuk menjalankan ibadah puasa agar bisa sempurna seperti tuntuna Nabi Mukhamad SAW,amiin trimakasih Guru.
BalasHapusBerharap lebih baik dan berkwalitas dalam melakukan ibadah apapun termasuk puasa, dibanding dengan masa-masa yang sudah dilalui sudah mendapat pahala, apalagi nanti niat yang tulus dan mulia itu benar-benar dilakukan, masyaallah rakhmat Allah sungguh luar biasa buat murid.
HapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Hapusdalam kehidupan islam, seorang hamba yang berniat untuk memperbaiki nilai-nilai ibadah saja sudah mendapat pahala yang luar biasa, apalagi niat itu diwujudkan bentuk nyata / kongkrit, pastilah rakhmat Allah akan mengalir dengan derasnya. Kalau kenyataannya sudah begitu, mengapa kita hanya tertegun dan berdiam diri, ayo bangkit..........
HapusSubhanallah walhamdulillah wala ilaha illallah... trimakasih guru atas tambahan ilmu srta pemaparan tentang 4 persiapan memasuki bulan puasa...
BalasHapusSubhanallah walhamdulillah terimakasih guru atas tambahan ilmunya,serta nasehat dan penjelasannya,semoga menjadi manfaatnya bagi murid... Amiiinn Bismillah.
BalasHapusamin bismillah, setiap apapun pasti ada manfaatnya bagi kita jangankan sudah jelas-jelas baik dan benar. Salah dan dosa sekalipun kalau kita pandai mengambil hikmahnya tetap akan mendapat manfaat dan safaat فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا – إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا
Hapus“Maka sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” [Qs. Alam Nasyrah: 5-6]
Terima kasih guru atas petunjuknya mengenai makna puasa sangat penting bagi murid untuk mengetahuinya
BalasHapusAlhamdulillah terima kasih guru atas petunjuknya mengenai makna puasa sangat bermanfaat bagi kami semua akan jadi panduan untuk menjalankan puasa yang benar aamiin bismillah
BalasHapusalhamdulillah, itulah harapan guru bagi murid tercinta, tidak ada satupun keinginan yang melebihi dari harapannya kecuali melihat murid muridnya sukses dan berakhqul karimah
HapusAmin subkhanalla walkhamdulilla walla illahaillalla allahu akhbar,iya Guru trimakasih.
BalasHapusSubhanallah..Alhamdulillah ...
BalasHapusTerimakasih Guru Besar Kasabullah telah berkenan memberikan tambahan ilmu serta dorongan semangat untuk melakukan ibadah puasa di bulan ramadhan..
Jadi kita lebih mengerti apa makna dan tujuan berpuasa, serta kita dapat pelajaran tentang bagaimana cara berpuasa yg baik dan benar..
Alhamdulillah..
Terimakasih ..
Guru sangat bangga dan bersyukur apabila usia anda yang terbilang belia sudah mendalami ilmu agama, pujian ini tidak berlebihan karena Allah sendiri memberi jaminan itu sesuai dengan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa alihi wasallam
Hapus«سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ اللَّهُ فِى ظِلِّهِ يَوْمَ لاَ ظِلَّ إِلاَّ ظِلُّهُ … وَشَابٌّ نَشَأَ فِى عِبَادَةِ رَبِّهِ»
“Ada tujuh golongan manusia yang akan dinaungi oleh Allah dalam naungan (Arsy-Nya) pada hari yang tidak ada naungan (sama sekali) kecuali naungan-Nya: …Dan seorang pemuda yang tumbuh dalam ibadah (ketaatan) kepada Allah …” (Bukhori - Muslim)
Amin bismillah...
Hapusmurid akan terus berusaha belajar serta mendalami ilmu agama .. dan murid berharap kepada Guru kasabullah agar berkenan membimbing murid..
Terima kasih Guru besar kasabullah..
Subhanalloh walhamdulillah wa la ila haillallah huawallo hu akbar Amin bismillah terimakasih guru
BalasHapusSubhanalloh, terimakasih guru atas tambahan ilmunya, siap murid tindaklanjuti
BalasHapus.
BalasHapus