DEBAT CAPRES "TEROMPET SETAN"
Oleh : R. YUDHISTIRA RIA, M.Pd
(Pimpinan Pusat/Guru Besar Lembaga Dzikir Kasabullah Indonesia)
Konon katanya, Indonesia pemilik bahasa terbanyak di dunia nomor 2, setelah negara Pamua Nugini dengan jumlah 707 bahasa, itupun belum diurai dengan kosa kata yang jumlahnya akan lebih banyak lagi seperti kosa kata bahasa Indonesia 300.000, kosa kata jawa jawa 7 juta, belum Bali, Madura, Sumatra dan seterusnya. Itu artinya Indonesia menjadi pemilik kosa kata terbanyak di dunia.
Indonesia disamping pemilik kosa kata terbanyak di dunia, juga tercatat sebagai penganut agama islam terbanyak di dunia dengan jumlah 225.25 juta atau sekitar 87,2% dari jumlah penduduk keseluruhan 258.32 juta
Dengan bermodalkan 2 alasan sebagai pemilik bahasa dan penganut islam terbanyak di dunia, semestinya setiap apapun yang dilakukan oleh bangsa dan negara Indonesia termasuk juga acara Debat Capres dan Cawapres, semestinya lebih hebat, lebih arif, lebih elegan dibanding dengan bangsa dan negara manapun di muka bumi ini, karena kita punya nilai budaya yang unggul dan mengungguli dibanding dibanding bangsa dan negara manapun.
Acara Debat Capres dan Cawapres yang diselenggarakan KPU sekilas biasa saja, akan tetapi kalau kita tafakkuri secara lembut, jernih dan hikmat sesungguhnya ada hal hal yang bersifat naif dan berpotensi secara psikologis terhadap nilai nilai religius, tetapi kita mengabaikannya terlanjur terkesima dengan hiruk pikuknya fanatisme.
Istilah DEBAT semestinya dibatasi dan bukan difasilitasi, mengingat berdebat dengan alasan apapun dengan Allah dan Rosulnya dilarang, sebagaimana firman Allah " Dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” [Al Anfaal 46] dan Sabda Rosulullah Muhammad SAW
أَبْغَضُ الرِّجَالِ إِلَى اللَّهِ الأَلَدُّ الْخَصِمُ
“Orang yang paling dibenci oleh Allah adalah orang yang paling keras debatnya.” (HR. Bukhari, no. 4523; Muslim, no. 2668).
Sudah tidak ada kosa kata lainkah, sehingga kata Debat menjadi fardhu ain? Kemudian apa bangganya bagi kita yang memiliki kosa kata berlimpah? Kalau yang diandalkan cuma satu kosa kata yaitu debat, tidak ada bahasa lainkah yang bersubstansi serupa tetapi tidak menabrak dan menyinggung perasaan penduduk mayoritas, karena Allah dan Rosulnya jelas jelas melarang berdebat kok malah diajak berdebat? Perbuatan naif begitu akan tersingungkah, apabila yang punya gawe, kalau Allah melarang kemudian kita malah menyuruh dengan istilah "terompet setan" ?
Apabila kita tersinggung dan marah, maka kata debat jangan kita tafsir sebagai fardhu ain yang apabila tidak dilakukan jadi dosanya, tetapi jadikan saja Debat Capres dan Cawapres itu sebagai fardhu kifayah, asal sudah ada negara lain (di luar islam) menggunakan istilah Debat Capres dan Cawapres, kita dengan sendirinya merasa legowolah gugur kewajibannya menggunakan jargon itu. Sehingga kita bisa move on secara leluasa menggunakan salah satu kosa kata terbaik kita, yang jumlahnya jutaan itu seperti, Gelar Konsep Capres, Aspirasi dan Apresiasi Capres, Program Unggulan Capres, Penjajakan Capres, Janji Capres, Kilas Balik Capres, dan sejenisnya.
Memang istilah istilah yang dijadikan wacana itu terasa asing ditelinga kita, tetapi itu lebih bagus takwilnya dibanding istilah debat menjadi sangat famelier ditelinga kita, seakan berdebat itu menjadi suatu perbuatan yang legal dan tidak ada unsur dosanya. Padahal hakikatnya iman kita dirongrong, karena setiap apapun disaat Allah larang kita tidak boleh melawan dengan alasan apapun, karena resikonya akan menerima sanksi dosa dan setiap dosa itu siksa dan setiap siksa itu adanya di neraka.
Sebagai hamba yang takut neraka maka tinggalkan debat, sebagaimana sabda Rosulullah Muhammad SAW
“Aku akan menjamin sebuah rumah di dasar surga bagi orang yang meninggalkan debat meskipun dia berada dalam pihak yang benar. Dan aku menjamin sebuah rumah di tengah surga bagi orang yang meninggalkan dusta meskipun dalam keadaan bercanda. Dan aku akan menjamin sebuah rumah di bagian teratas surga bagi orang yang membaguskan akhlaknya.”
(HR. Abu Dawud dalam Kitab al-Adab, hadits no 4167. Dihasankan oleh al-Albani dalam as-Shahihah [273] as-Syamilah)
Jangan beralasan, "tetapi Allah memperkenankan kok... sebagai jalan terakhir apabila menemui kebuntuan, Okey...tetapi kontesasi Capres dan Cawapres bukan akhir melainkan Awal, kecuali di DPR sana yang sedang berdiskusi membuat Undang undang, bahkan sekalipun boleh Allah tetep melarang berlama lama dalam berdebat, sedang KPU memprogram sekian lama, dengan beberapa seri Debat Capres Cawapres 1, 2 ,3 sampai menjelang 17 April 2019.
Kita akhiri saja berdebat, sebagai mana sahabat Rosul, Syayyidina Umar Bin Khattab, juga berharap sama :
لا يجد عبد حقيقة الإيمان حتى يدع المراء وهو محق
“Seseorang tidak akan merasakan hakikat iman sampai ia mampu meninggalkan perdebatan yang berkepanjangan meskipun ia dalam kebenaran”. (Kanzul Ummal juz 3 hal 1165).
Salam santun kasabullah, akal sehat bukan jaminan berakal sehat.
#kedaisufikasabullah #kedaisufi #makrifat #lembagadzikirkasabullah #akalsehat