Profil

Senin, 28 November 2016

Mengolah Dzikir Menjadi Energi jilid 1


TRANSFORMASI ENERGI POSITIF

Oleh : R. YUDHISTIRA RIA, M.Pd

( Pimpinan Pusat / Guru Besar Lembaga Dzikir Kasabullah Indonesia )

Hampir setiap orang bisa berucap “Energi Positif”, tetapi tidak semua orang bisa memahami apa itu energi positif? Kalau ditinjau dari segi bahasa Energi = kekuatan, Positif = Hal hal baik, sesederhana itukah energi positif kita analogikan? Jawabannya sangat bergantung kepada siapa yang mengasumsikan
Energi positif atau kekuatan yang bernilai tak benda (energi ghoib), bisa diperoleh dari upaya apa saja melalui meditasi,yoga dan dzikir adhaif
Meditasi mengevakuasi energi negatif (perbuatan jelek) ke tempat nun jauh disana dan mentransfer energi positif (perbuatan baik/mulia) bersemayam pada jiwanya
Yoga mensentralisasi alam pikiran yang terkoyak menjadi terpusat pada satu titik akal sehat untuk mengendalikan panca indera, seraya menghimpun prana yang berterbangan di luar sana
Sedang Dzikir Adhaif, disamping secara harfiyahnya kalimat toyyibah mempunyai arti bernilai positif, pemusatan pikiran (khusuk) dapat membentuk alam pikiran menjadi tenang dan adhaifnya (menahan nafas) dapat menahan amarah dan memberi kesempatan kepada energi positif bersemanyam
Lalu dzikir apa yang terbaik? Semua dzikir sifatnya baik asal bersumber dari kalimat toyyibah, apakah dzikir itu berazal dari penggalan ayat ayat dalam al quran atau asmaul husnah atau bisa juga berdzikir Sholawat Nabi
Misalnya ada yang komplin bahwa dzikir tertentu dapat menyebabkan rejeki menjadi mampet, mudah emosi, gila dls. Itu bukan dampak dari kalimat dzikir yang diamalkan, melainkan dikarenakan tumpuan nawaituh (niat) yang dipatok dari awal salah, semisal melakukan khususiyah kekebalan kemudian berdzikir “ ya jabbar ya mutakabbir ya waqilu ya Allah “ dengan jumlah dan waktu tertentu, kemudian setelah berdzikir tersebut rejekinya menjadi seret, ya lumrah saja karena yang diminta sejak awal cuma kekebalan, sedang urusan rejeki,kesehatan tidak diminta (didoakan) bagaimana bisa mengharap yang lain juga didapat? bukankah Allah mengabulkan setiap hamba hambanya yang meminta kepadanya
Penjelasan ini penting dipahami, agar masyarakat umum tidak takut lagi untuk berdzikir khusiyah lantaran kawatir berefek samping pada kemiskinan,temperamen,linglung,gila dan semacamnya.
Bagaimana cara menghimpun energi positif dari amalan dzikir adhaif, sehingga bisa ditransfer kepada orang lain untuk membantu pengobatan, kerejekian pengasihan kekebalan?
A. Menghimpun Energi Positif
1. Pilih kalimat toyyibah dari salah ayat yang ada di al Quran atau bisa memilih salah satu dari 99 asmaul husnah atau bisa memilih salah satu dari sekian ratus shalawat nabi yang ada. Agar lebih membantu keyakinan pilih yang makna/artinya ada kesesuian dengan apa yang dimaksud. misalnya untuk kerejekian maka dzikir yang sesuai dengan maknanya “ Ya rakhman,ya rokhim ya razaq atau ayat 11 pada surat ar Rad atau sholawat nariyah yang dibaca/didzikir berulang ulang dalam kelipatan dan waktu tertentu


2. Setelah dipastikan dzikir yang akan diistiqomahkan, pastikan juga jumlah dan waktunya agar kita bisa memperoleh keuntungan dari Istiqomah (iatiqomah fi karomah) yang ragamnya banyak 1. Istiqomah niat dzikir 2. Istiqomah lafal dzikir 3. Istoqomah jumlah dzikir 4. Istiqomah waktu dzikir dan 5 istiqomah tempat dzikir
3. Sebelum mengamalkan berthaharoh/bersyuci/berwudhu terlebih dahulu, kemudian duduk bersila dengan rilek, kirim fatehah kepada Rosulullah Muhammad SAAW 1x fatehah dan kedua orang tua 2 kali fatehah. Setelah itu pejamkan mata, disaat memejamkan mata biasanya diantara gelapnya alam pikir ada beberapa titik berwarna warni, upayakan dipusatkan pada cahaya berwarna biru langit selanjutnya tarik nafas lembut sedalam dalamnya selanjutnya nafas ditahan (adhaif) sambil melafalkan dzikir pilihan. Catatan : Kemampuan menahan nafas (adhaif) sangat relatif oleh sebab itu apabila mampunya menahan nafas dalam 2 atau 3 kali pengulangan dzikir berhenti sejenak, kemudian ambil nafas kembali dan mulai lagi begitu seterusnya sampai dengan jumlah yang ditentukan.
4. Upayakan disaat berdzikir, energi positif yang dibangun diwujudkan/dibayangkan dalam bentuk cahaya putih bersinar yang seakan akan kita tampung di bawah rongga perut.
B. Transformasi Energi Positif
Setelah sampai kepada waktu yang ditentukan, apakah tiga malam atau 7 hari sesuai rencana, sebelum dipraktikkan untuk membantu orang lain, silahkan diuji petik terlebih dahulu dengan cara mentransfer energi positif hasil olah bathin, kepada buah-buahan apa saja yang mudah layu dan busuk bisa tomat, pisang :
1. Sediakan 2 buah (tomat,pisang,mangga dls) yang berukuran sama,matengnya sama dan perlakuannya sama, maksudnya kalau satunya dicuci maka yang satunya juga dicuci, begitu juga dengan penempatan/penyimpanannya
2. Ambil salah satu diantara 2 buah yang disediakan, kemudian genggam sambil tarik nafas, bayangkan energi positif yang tertampung di bawah perut seakan ditransfer ke dalam buah yang dipegang dengan sambil berdzikir apa yang dijadikan dzikir untuk menampung energi, lakukan sebanyak 7x pengulangan dzikir, setelah itu tiup dan letakkan kedua buah tersebut baik yang ditransfer energi positif maupun yang tidak diapa apakan sama sekali, pada suatu tempat yang sama
3. Perhatikan dan amati dalam waktu berkala, buah mana yang busuk lebih awal, biasanya yang tidak diapa apakan yang rusak duluan, padahal secara rasionalnya yang lebih cepat layu/busuk adalah yang dipegang tangan karena tangan mengandung bakteri pengurai,disamping mempunyai suhu hangat yang membuat permukaan/kulit buah layu. itulah rahasia keghoiban.
4. Untuk mengetahui seberapa besar dan kuat energi positif yang kita transfer, perhatikan rentang waktu sejak buah yang tidak ditransfer busuk hingga buah yang kita transfer ikut busuk. Biasanya bertaut 1 minggu sampai sebulan baru busuk.
Kita lanjutkan pada “Mengolah dzikir menjadi energi jilid 2.#tenagadalam#lembagadzikirkasabullah

Minggu, 27 November 2016

kebhinnekaan

FANATISME ORANG MADURA
MEMENTAHKAN DEMONSTRASI

Oleh : R. YUDHISTIRA RIA, M.Pd
( Pimpinan Pusat / Guru Besar Lembaga Dzikir Kasabullah Indonesia )

Umat islam sangat dikenal dengan karakter sensitifnya terhadap kedudukan hukum agama yang dianutnya sedikit saja dilanggar pasti ada aksi, akan tetapi pada sisi berbeda juga dapat dimaklumi apabila umat islam juga dikenal sebagai pribadi fanatik mainded yang apabila sudah mencintai sesuatu maka sifatnya “harga mati “ dibela habis habisan jangankan harta nyawapun rela dipersembahkan sekalipun itu jelas melanggar norma agama yang dihormati tadi.

Sungguh suatu prilaku aneh yang perlu kita pertanyakan, agar kita tidak mudah terprofokasi dan dijadikan alat pelengkap penderita oleh oknum tertentu  untuk melampiaskan ambisinya mencapai tujuan yang dikemas dengan cerdiknya seakan membela ummat islam padahal tujuan utamanya bukan itu. Untuk mengurai perilaku aneh tersebut penulis menganggap perlu mengambil sampling “fanatiknya” orang madura tehadap agama islam, dulu sebelum pendidikan umum maupun pendidikan agama merata di desa-desa  serta belum berkembangnya peradaban budaya seperti sekarang ini, orang madura paling cocok dijadikan model “penegakan hukum” yang didasarkan kepada fanatik mainded, coba anda sebut “kafir” kepada orang madura yang jelas-jelas bejat, membunuh ya, mencuri ya, mengambil istrinya orang ya, pokoknya segala kejahatan ya, pasti leher anda terpenggal atau isi perutnya terburai. Itulah bukti kesungguhan fanatisme orang madura yang sangat militan.

Bagi orang madura, rasa lapar masih bisa ditahan, rasa sakit masih bisa ditahan, rasa malu masih bisa ditahan. Akan tetapi kalau sudah menyangkut soal agama yang “dihina” siapapun tidak bisa menahannya dengan baik, sekalipun dirinya bukan muslim yang taat, alasannya sederhana 1. Karena agama baginya merupakan suatu yang wajib dijaga kesuciannya  2. Karena dirinya terlalu taat kepada pesan kyai dan guru ngajnyai bahwa agama adalah segalanya 3. Karena agama juga dapat dijadikan bemper untuk membungkus kebobrokan dirinya

Tiga alasan di atas setidaknya dapat memasgulkan alasan mengapa sampai sekarang masih banyak umat islam melakukan demonstrasi, padahal status hukum berdemonstrasi itu dalam islam tidak jelas, Jawabannya ada diantara salah satu  3 alasan di atas atau kalau tidak ada diantara 3 alasan tersebut berarti mereka unjuk rasa karena faktor ekonomi saja yang dengan beberapa lembar puluhan ribu rupiah mereka siap dijadikan budak politik.

Mengapa dasar hukum berdemonstrasi atau berunjuk  rasa dikalangan islam dikatakan tidak jelas? sebab apabila dikatakan boleh dalil perintahnya tidak ada, dikatakan tidak boleh dalil larangannya juga tidak ada. Jadi amat sangat disayangkan apabila ada yang berani membenarkan dan ada yang berani melarang.

Kalaupun ada yang membenarkan paling didasarkan kepada dalil-dalil tertentu yang cenderung dicari cari dan dipaksakan, seperti misalnya mengacu kepada zaman kenabian yang situasi dan kondisinya jelas sangat berbeda dengan masa yang kita hadapi sekarang ini, kalau disaat zaman nabi memang jelas ada indikasi ekspansi memporak porandakan keimanan umat islam yang dilakukan  secara berkelompok/institusi (yahudi/kafir qurais) dengan menyerang secara fisik. Sedang sekarang apa? 

Apakah cuma gara-gara ucapan seseorang kemudian kita “menyerang” ala zamannya Rosulullah, sungguh bukan suatu perbandingan yang tepat kalau kita jadikan literatur pembenaran untuk melakukan unjuk rasa/demonstrasi.

Kalau alasannya cuma gara-gara ada seseorang yang menistakan agama, mungkin dalam setiap bergaul, ada saja teman-teman kita  yang keceplosan menistakan agamanya sendiri utamanya disaat saat mereka terpuruk, entah itu bergurau atau serius, yang pasti di masyarakat kerap kita mendengar. Apa tindakan kita terhadap teman yang begitu? Apakah harus mendatangkan jutaan manusia berunjuk rasa atau kita hujat dengan kata kata yang kotor di media sosial, kenyataannya tidak begitu bukan? Paling kita selesaikan sendiri dengan menghalaunya secara edukasi “huss...jangan bilang begitu napa... ntar lho kwalat” ada kalanya juga disaat bersamaan justru kita meresponnya dengan tertawa lebar sebagai suatu intermezo yang menghibur. Beda dong, teman kita kan bukan pejabat.....lho apakah di islam itu ada klasifikasi sanksi antara pejabat dan rakyat biasa dalam berbuat dosa?

Bukti kalau landasan yang dipaksakan itu tidak bisa dijadikan dasar atau kejelasan hukum dalam berdemonstrasi/muzhaharah/masirah di kalangan islam Indonesia. Apa yang didapat setelah demonstrasi, Apakah umat islamnya semakin bersatu atau muslimnya menjadi lebih taat? Justru belakangan ini yang dirasakan oleh kita semua sesama muslimnya saling mencipta “puting beliungnya”. Apriori dan fitnah berada di mana mana : di tengah kedamaian dan kerukunan ukhuwah islamiyah, dikancah toleransi beragama, diranah persatuan/kesatuan bangsa, dilajunya stabilitas kebinnekaan dan dikuatnya kedaulatan NKRI sehingga menjadi terkoyak berkepanjangan.

Lucu bukan? Penduduk non muslimnya  hidupnya tenang-tenang saja, justru kita mayoritas islam yang seharusnya damai dan sejahtera berganti gelisah sendiri dengan saling menghujat dan bertengkar berdasar mashab dan kitab masing masing yang dipelajari serta kuasai dan bukan berdasar Al Quran dan Hadits.

Kalau memang Al Quran dan Hadits yang dijadikan pedoman, mengapa mesti berbeda hujjah? semestinya islam itu tidak akan pernah berbeda pendapat karena sumbernya jelas, akan tetapi karena setiap kelompok dengan bendera masing masing ingin dikatakan eksis akhirnya kitab-kitab dan tafsir yang dijadikan pedoman oleh kelompok itu dipaksa untuk diamini kelompok lain dan rupanya kelompok lain tidak mau lantaran malu dikatakan ikut ikutan dan tidak punya pendirian, kekisruhan gengsi inilah oleh oknum tertentu dijadikan ruang gerak untuk “melampiaskan syahwat” fanatik maindednya kepada sosok yang dipanuti apakah itu “kyai”, pimpinan atau kepada berkibarnya panji komunitasnya, untuk membantu ikut menghabisi rival rival politiknya yang mengancam dirinya

Demonstrasi atau unjuk rasa yang syarat dengan kepentingan pastilah akan masuk kepada pusaran munafik yang hebat karena begitu mudahnya mengabaikan norma hukum, sekarang fanatik kepada kelompok tertentu lantaran kehidupannya merasa aman dan nyaman, tetapi disaat rasa nyaman dan aman itu mulai berkurang dan terancam, Maka fanatiknya justru bergeser kepada mereka yang sebelumnya jadi bidikan ketidak sukaannya, begitu seterusnya mereka hidup di celah celah kekisruhan orang  berbeda pendapat yang seakan jadi pembela padahal semua itu hanya dijadikan alat menunjang popularitas,elektabilitas dan kapabilitasnya saja


Pengalaman memilukan  ini sedapat mungkin tidak terulang kembali pada masa yang akan datang, agar kita bisa melaksanakan ibadah dengan khusuk dan tidak selalu sibuk dengan urusan orang lain yang sesungguhnya sulit sekali meracuni keimanan kita, seperti halnya contoh fanatiknya ala orang madura, sekalipun dirinya amburadul tapi nilai-nilai keimanannya tetap terpelihara dengan baiknya dari pengaruh dan ancaman siapapun, apalagi kita yang waras dan memahami agama melebihi dari contoh orang madura yang bejat itu, mengapa mesti takut dikafirkan oleh orang lain, sampai berunjuk rasa segala? #lembagadzikirkasabullah

Senin, 21 November 2016

Kedai Sufi Kasabullah Jilid 12



TERSANGKA YANG TIDAK DISANGKA SANGKA

Oleh : R. YUDHISTIRA RIA, M.MPd 
Pimpinan Pusat - Guru Besar Lembaga Dzikir Kasabullah Indonesia

“Gonjang ganjing” seputar politik negeri ini, tak luput dari perbincangan hangat antara Cak Kasab dan Mad Bullah di kedai Sufi, kesayangannya
Cak Kasab :
Ck......ck.....ck sampean itu kalau  aku pikir lama lama  bisa  jadi edan sendiri?
Mad Bullah :
Lho? Emangnya kenapa cak.... kok sampean malah sinis begitu...?

Cak Kasab :
Abis mereka - mereka yang beraliansikan islam dengan nama kelompok masing-masing serta bendera kebesarannya pada ngluruk ke Jakarta, sampean malah kongkow kongkow di sini.....wes...wes gak internasional blas...mas....mas
Mad Bullah :
oh mikirin soal itu ta, yang bikin sampean mo gila?

Cak Kasab :
ya yalah, abis sampean sich gak punya kepekaan sama sekali, islam sudah diinjak injak sedemikian rupa sampean malah tenang-tenang aja, padahal sedikit sedikit sampean ngebahas soal islam, nyatanya? Asbun alias asal bunyi
Mad Bullah
ngene lo cak, setiap manusia itu kan punya sudut pandang masing masing baik dari sisi merespon kesalahannya maupun merespon jalan keluarnya

Cak Kasab :
O kalau begitu cara pandang sampean dengan jutaan orang yang berunjuk rasa damai 4 November lalu itu beda ya......
Mad Bullah :
Ya jelas dong...........aku ini kan abdi negara dan abdi masyarakat, apalagi kebetulan aku ini sebagai tenaga pendidik masa mau ninggalin tugas mengajar dan menelatarkan peserta didik, cuma gara gara hal satu orang yang sebenarnya sudah ada yang ngurus yaitu depag, kepolisian, kejaksaan dan kehakiman. Selain itu aku iki mau tidak mau kan pejabat publik yang harus memberi tauladan yang baik kepada masyarakat bagaimana caranya agar mereka tidak terinspirasi dengan tindakanku menyelesaikan setiap persoalan dengan unjuk rasa, masih banyak cara terhormat yang menunjukkan kalau kita itu orang berpendidikan,bermoral dan berakhlak mulia

Cak Kasab :
Tapi mas kalau tidak diunjuk rasa, kasus itu kan pasti dipeti eskan?
Mad Bullah :
Nah....... apriori seperti sampean itu cak.....yang membuat, aparatur negara kita tidak pernah bisa bekerja dengan baik, karena rakyatnya selalu membangun mosi tidak percaya, sedang yang dituntut bagaimana caranya mereka bekerja dengan baik, ya tidak bisa dong........biarkan dulu mereka bekerja, baru kita evaluasi

Cak Kasab :
Oke...oke....aku paham, cuman jawaban sampean itu, kayak ngambang gitu.....pasti ada rahasia lain kenapa sampean tidak ikut unjuk rasa, ayo jawab yang jujur sampean itu mursid lho ya.....
Mad Bullah :
Benar kan? Orang sudah berkata benar masih saja dicurigai.....

Cak Kasab :
Abis jawaban mas itu datar datar saja, kayak bukan jawaban seorang sufi, ayo dong mas jelasin kenapa sampean gak ikut ngluruk....
Mad Bullah :
Subhanallah....................baiklah, sebenarnya ada juga sich keinginan datangi Ahok, cuman bukan mau marah melainkan ngucapin “terimakasih”

Cak Kasab :
Lho kok malah ngucapin terimakasih, yang bener aja mas.....itu berbahaya, didengar orang islam sampean itu bisa dihabisin!
Mad Bullah :
Sampean itu orang islam apa orang yahudi atau orang nasrani sich? Kalau orang islam kenapa sampean kok tidak menghabisi aku saja seorang diri, biar gak jadi issu nasional? Takut ya kalau sendirian....jadi islam itu beraninya kalau kumpul kumpul sampai mencapai satu juta, baru pede melawan satu orang, gitu.......? gak lucu tauk!

Cak Kasab :
????
Mad Bullah :
maksudku begini, Surat Al Maidah ayat 51itu sejak 1438 tahun yang silam kan sudah ada, tetapi mengapa kita baru merasa memiliki dan baru nyadar kalau menempatkan pemimpin yang tidak seagama itu sama halnya dengan menggolongkan stafnya sama dengan pemimpinnya, Memang sich secara ucapan Ahok itu menistakan agama, tapi secara perbuatan justru pejabat yang menempatkan pimpinan non muslim pada staf yang mayoritas muslim itu sama dengan penistaan agama...belum lagi kita sendiri sebagai pemberi suara saat pemilu yang memilih pemimpin non muslim sampai bisa terpilih dan memangku jabatan politik itu bisa juga dikatagorikan  menistakan agama......pokoknya awak awak iki pelaku penistaan agama yang sebenarnya. Bukan mereka yang keceplosan ngomong....

Cak Kasab :
????
Mad Bullah :
Hampir setiap kita ummat muslim secara perbuatan menistakan agama, Allah tidak menyuruh korupsi kita tetap saja korupsi......itu namanya menistakan agama, kalau gak ingin disebut menistakan agama keluar saja dari islam karena islam tidak mengajari korupsi, tapi bangsa ini kan sudah terlalu nyaman dengan menghakimi setiap pendusta agama itu dengan “apa yang mereka ucapkan” bukan apa yang mereka lakukan......aliran sesat misalnya, kan mereka salah ngomong mengaku tuhan mengaku nabi, padahal dibalik pengakuannya itu dalam praktiknya dia tidak punya kekuasaan sama sekali, ada kalanya orang itu selalu meneriakkan Allahuakbar, tapi perbuatannya melebihi kekuasaan Allah. Semua apa katanya, kalau Allah yang Maha Kuasa dan Maha Besar saja, masih ada Rakhman –Rakhimnya berupa pengampunan, tapi mereka yang menjadikan dirinya Tuhan yang tampak justru “tiada maaf bagimu” secara logika semestinya yang sesat itu diarahkan bukan dihabisi. Yang bener saja masa polisi melihat ada pengendara salah jalan langsung ditembaki? Kan biasanya diarahkan....ke jalan yang benar.

Cak Kasab :
Lalu mas tadi bilang mau bilang terima kasih itu, maksudnya apa?
Mad Bullah :
Maksudnya gine lho cak  Surat Al maidah ayat 51 menjadi sangat populer dan dipahami oleh sebagian besar ummat islam di Indonesia gara-gara Ahok comen, padahal para Ulama,Kyai,Ustat dan Guru Mengaji sering mengungkap tentang makna ayat tersebut, tetapi tidak satupun dihiraukan, buktinya mereka fun fun saja memilih pemimpin yang non muslim dan yang tidak kalah menariknya adalah akibat dari koar-koar Ahok surat Al Maidah ayat 51 baru diketahui bahwa satu satunya yang menafsir “auliyah dengan sebutan Pemimpin” adalah Departemen Agama Republik Indonesia, sedang tafsir secara internasional seperti Abdullah Yusuf Ali, Ibnu Katsir menyebutnya dengan istilah “friend and protector” = pertemanan atau persahabatan. Tafsir versi Depag kalau di Internasionalkan agak rancu apabila digunakan, sebab apapun alasannya islam itu identik dengan Rakhmatan lilalamin, lalu apa jadinya kalau ternyata islam itu sudah bersifat Ekslusif?

Cak Kasab :
Nah sekarang aku mulai nyambung mas, benar apa yang mas sebutkan tadi, buktinya kita jadi anggota PBB,UNICEP,UNESCO dan organisasi iternasional lainnya yang rata-rata pemimpinnya non muslim, yang didalam keanggotaannya ada dari Timur Tengah,Emirat Arab,Malaysia,Brunai dan Indonesia sendiri, mereka tidak gerah ya dikatakan termasuk golongannya?
Mad Bullah :
Ya begitulah fakta dan kenyataannya, kadang kita mempermasalahkan yang kecil-kecil sedang yang besar-besar dianggap bukan domainnya

Cak Kasab :
Sebenarnya seperti apa sich mas, kedudukannya?
Mad Bullah :
Ya sebenarnya surat dan ayat itu Allah turunkan disaat terjadinya perang tabuk-uhud dimana seorang tokoh munafik bernama Abdullah bin Ubay bin Abi Salul membangun masjid tandingan tempat berkumpulnya orang Yahudi dan Nasrani menghimpun kekuatan melawan Pasukan Nabi Muhammad SAW, sehingga Allah melarang dan membatasi ummat Muhammad SAW berteman dan bersahabat dengan mereka (dalam strategi perang agar ada kejelasan mana lawan dan mana kawan,disamping itu agar tidak ada bocoran informasi penting) akan tetapi 2 bulan kemudian atau paska peperangan Rosulullah Muhammad SAW dengan kemulyaan Akhlaknya jiwa kenegarawannya yang luar biasa justru orang-orang nasrani dijadikan sahabat dalam membangun kerjasama perekonomian diantaranya bernama Yuhana bin Raibah

Cak Kasab :
Subhanallah.......aku menjadi sangat terharu mendengarnya mas,kalau begitu Depag itu salah banget ya mas menafsir Auliya dengan sebutan pemimpin?
Mad Bullah :
Ya gak juga......

Cak Kasab :
Lho kok nggak salah mas?
Mad Bullah :
Abis kalau yang dimaksud pemimpin itu adalah pemimpin sholat, misalnya orang yahudi atau nasrani jadi imam sedang kita berada dibelakangnya sebagai makmum?

Cak Kasab :
Kwakak...kak.....kak...... sampean bisa aja mas.......sungguh sampean seorang tersangka yang tidak disangka-sangka? #kasabullah