Kedai Sufi Kasabullah jilid 26
“ R.E.K.E.N.I.N.G B.A.N.K “
Oleh :
R. YUDHISTIRA RIA, M.MPd
(Pimpinan Pusat/Guru Besar Lembaga Dzikir Kasabullah)
(Pimpinan Pusat/Guru Besar Lembaga Dzikir Kasabullah)
Cak Kasab :
Hoooooooooh.........
Mad Bullah :
dari mana cak kok lemes gitu ?
dari mana cak kok lemes gitu ?
Cak Kasab :
Ini baru pulang
dari Bank, bayar SPP ne, tole......
Mad Bullah :
wah kemajuan banget sampean cak.....bayar SPP aja pakai Rekening Bank
wah kemajuan banget sampean cak.....bayar SPP aja pakai Rekening Bank
Cak Kasab :
Kemajuan apanya
mas, justru ini awal dari kebangkrutanku........
Mad Bullah :
Lo...lo... kok bisa ngomong gitu sampean cak.....?
Lo...lo... kok bisa ngomong gitu sampean cak.....?
Cak Kasab :
Awakmu iku mas......, orang setengah pinter apa setengah bodoh sich? Gimana bisa
bilang kemajuan...Banknya aja adanya di kota, pakai transpot lagi, buka Rekening
juga pakai uang....pikir dong ini ekonomi pro rakyat apa pro perBankan sich? Apalagi
kalau udah ingat Rekening listrik.... tambah sebel aku, naiknya gak ketulungan..mas.
Mad Bullah :
Ha...ha...bener-bener,
ternyata sampean itu gak bodoh-bodoh amat cak
Cak Kasab :
He...he....jelek-jelek begini lulusan
sarjana ekonomi lho mas....hehe tapi anakku, ...La ya, maksudnya lurah kita
itu apa? kok semuanya dibayar melalui Rekening
Bank
Mad Bullah :
Kalau maksud hati pak Lurah yang
paling dalam saya gak tahu..., yang tahu itu pak lurahe sendiri,..... tetapi
setahu saya, Pak Lurah bikin kebijakan kayak gitu untuk menekan jumlah koruptor
Cak Kasab :
Bentar...bentar....jumlah koruptor
dengan jumlah penduduk yang gak koruptor itu lebih banyak mana...? masa cuma gara gara itu kita dijadikan pelengkap penderita? sampean tahu gak kalau ke Bank tuh pakai
ngantri panjang....sedang di sawah banyak garapan, jangan jangan dibalik
kebijakan ne antara pak lurah dengan perBankan ada udang di balik udang,
bisa-bisa yang makmur cuma parBankannya saja..mas
Mad Bullah :
Huus......sampean gak boleh ngomong kayak gitu cak, itu
namanya Suudzon, sebagai orang islam sampean harus hati hati mana perbuatan
yang Allah perintahkan dan mana yang gak, Pastinya berprasangka buruk itu
dilarang “Dan orang-orang yang
mengganggu dan menyakiti orang-orang mukmin lelaki dan perempuan yang beriman,
dengan perkataan atau perbuatan yang tidak tepat atau sesuatu kesalahan yang
tidak dilakukannya, maka sesungguhnya mereka telah memikul kesalahan menuduh secara
dusta dan berbuat dosa yang amat nyata.”
(QS. Al-Ahzab, Ayat 58)
Cak Kasab :
Gimana aku gak
ngomong gitu mas, aku kan pelaku langsung tentunya rugi dan ribetnya tahu, apalagi
sampean juga tahu kalau penduduk kampung sini banyak yang buta huruf, mereka
pada minta tolong didampingi pemuda sing iso baca tulis, apa itu gak kasi uang
rokok mas? belum lagi transport 2 orang, belum lagi ngantrinya lama banget kerjaan
malah kleleran kondisi kayak gitu bukan satu kali lho mas tapi tiap bulan
Mad Bullah :
ya katakan sampean
bilang pembayaran lewat Rekening itu wes elek kabeh, tapi Allah kan berpesan “ binikmati robbika fahaddits “ sebaiknya kita
bercerita dari sisi baiknya saja.
Cak Kasab :
lah iya baiknya dimana, mas ?
lah iya baiknya dimana, mas ?
Mad Bullah :
Haha....sampean pernah lihat berita di TV ada tim sukses dari salah satu
kandidat yang bagi bagi uang saat kampanye ternyata uangnya palsu, begitu juga
para koruptor kadang mengeluh karena diantara segebok uang yang diterima diselipi
uang palsu. Jadi kalau sekarang Pak Lurah buat aturan setiap transaksi keuangan
harus melalui transfer Rekening Bank, mereka kan gak bakalan ketipu lagi, masa Bank
mau terima uang palsu?
Cak Kasab :
Busyet sampean mas....mas, yang
dengerin udah serius malah dibuat guyonan , aku ne serius mas.....maksudku gine
mas, kyai ngajiku dulu bilang Bank itu
haram
Mad Bullah :
oke...oke... tetapi sampean sendiri, juga paham kan bahwa tidak semuanya ulama itu bersepakat
mengharamkan Bank
Cak Kasab :
Gak...gak...aku
gak pernah dengar itu, soalnya aku ngajinya ke Kyai kampung yang tawaddu
banget, saking tawadduknya gak punya harta sama sekali....
Mad Bullah :
Pantesan.......apanya
yang mau disimpan di Bank,cak?
Cak Kasab :
Bukan gitu mas,
kyaiku tuh orangnya alim banget tawadduk, gak mau cawe cawe politik, bahkan
beliau bilang gine “ le awakmu menangi jaman uwedan se uwedan-uwedannya,
semestinya ulama tuh didatangi pejabat untuk dimintai pendapatnya atas
kebijakan dan keputusan yang akan disebar ke rakyatnya, sekarang kok malah aneh kyai iku gak merasa
mulia dan bangga kalau gak sampe nginjakkan kakinya di istana dan kantor-kantor
elit pemerintahan.... wes.... wes.... dadi opo bangsa ini bubrah bubrah bubrah.
Mad Bullah :
Subhanallah
sungguh mulia akhlak kyai sampean itu cak....Cuma sayang?
Cak Kasab :
Sayang di mana mas?
Mad Bullah :
Sayangnya di sampean
itu cak......santri kok beda jauh dengan kyainya? Kyainya gak mau uang malah
sampean cuma dengan uang 50 ribu perak, udah sampai kemana-mana dampingin pengunjuk
rasa.......
Cak Kasab :
Tetapi aku kan bukan kyai mas?
Mad Bullah :
Justru itu aku menyayangkan......., kalau sampean sampe jadi
kyai tambah celaka cak, bisa bisa semua kantor didatangi tuk cari popularitas
dan keuantungan, semestinya sampean itu sebagai santrinya yang mentoati kyainya, wajib
menjaga dan mengawal keluhuran akhlak kyainya?
Cak Kasab :
Astargfirullah
hal adzim, aku benar-benar hilaf mas...aku mo tobat, lalu bagaimana soal Bank
kata kyaiku itu mas?
Mad Bullah :
Lo....lo....itu bukan kata kyai sampean cak......
melainkan kata Allah SWT:
وَأَحَلَّ اللهُ الْبَيْعَ وَحَرَّمَ الرِّبَا
............................Allah
menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. (QS al-Baqarah 275).
Cak Kasab :
Jelasnya seperti apa itu mas......
Mad Bullah :
Bank yang bergerak
dibidang keuangan dan memberlakukan bunga (keuntungan) dalam hukum islam
dikatagorikan riba, sedang riba itu sendiri hukumnya haram berskala dosa besar dikarenakan
dapat menyebabkan kesengsaraan yang luar biasa bagi kaum dhuafa, menzalimi
orang miskin bahkan membuka peluang emas bagi orang kaya mengeruk keuntungan
dengan memanfaatkan orang miskin sebagai pangsa pasar, kondisi semacam itu
kalau dibiarkan akan menutup peluang sedekah, mematikan rasa simpati dan empati
kepada sesama manusia utamanya dalam urusan ekonomi.
Akan tetapi kalau Bank
itu hanya bergerak di bidang jasa seperti jasa penyimpanan uang agar selamat
dari pencurian, jasa Transfer uang untuk memudahkan transaksi keuangan dalam
jarak tertentu, Jasa pengambilan simpanan melalui ATM atau untuk memudahkan
kerjasama antar negara, karena negara
lain semua menggunakan Bank tidak masalah, sekalipun Bank membebani
biaya-biaya. Toh semua untuk biaya operasional personal atas keuangan yang dikelola
oleh Bank seperti biaya pengiman,biaya penyimpanan dll.
Cak Kasab :
Kalau hukum islam
memang tidak menghalalkan Bank, lalu dikemanakan bunga Ongkos Naik Haji (ONH) yang
jumlahnya milyaran itu, dan sudah berlangsung bertahun-tahun mas?
Mad Bullah :
Ya ...dibuang ta cak, masa orang islam mo makan hasil
riba.......
Cak Kasab :