Profil

Minggu, 30 April 2017

Kedai Sufi Kasabullah jilid 26


Kedai Sufi Kasabullah jilid 26

“   R.E.K.E.N.I.N.G   B.A.N.K  
Oleh : R. YUDHISTIRA RIA, M.MPd 
(Pimpinan Pusat/Guru Besar Lembaga Dzikir Kasabullah)

Cak Kasab :
Hoooooooooh.........

Mad Bullah :
dari mana cak kok lemes gitu ?

Cak Kasab :
Ini baru pulang dari Bank, bayar SPP ne, tole......  

Mad Bullah : 
wah kemajuan banget sampean cak.....bayar SPP aja pakai Rekening Bank

Cak Kasab :
Kemajuan apanya mas, justru ini awal dari kebangkrutanku........

Mad Bullah : 
Lo...lo...  kok bisa ngomong gitu sampean cak.....?
Cak Kasab :
Awakmu iku mas......, orang setengah pinter apa setengah bodoh sich? Gimana bisa bilang kemajuan...Banknya aja adanya di kota, pakai transpot lagi, buka Rekening juga pakai uang....pikir dong ini ekonomi pro rakyat apa pro perBankan sich? Apalagi kalau udah ingat Rekening listrik.... tambah sebel aku,  naiknya gak ketulungan..mas.


Mad Bullah : 
Ha...ha...bener-bener, ternyata sampean itu gak bodoh-bodoh amat cak

Cak Kasab :
He...he....jelek-jelek begini lulusan sarjana ekonomi lho mas....hehe tapi anakku, ...La ya, maksudnya lurah kita itu apa?  kok semuanya dibayar melalui Rekening Bank


Mad Bullah : 
Kalau maksud hati pak Lurah yang paling dalam saya gak tahu..., yang tahu itu pak lurahe sendiri,..... tetapi setahu saya, Pak Lurah bikin kebijakan kayak gitu untuk menekan jumlah koruptor

Cak Kasab :
Bentar...bentar....jumlah koruptor dengan jumlah penduduk yang gak koruptor itu lebih banyak mana...?  masa cuma gara gara itu kita  dijadikan pelengkap penderita?  sampean tahu gak kalau ke Bank tuh pakai ngantri panjang....sedang di sawah banyak garapan, jangan jangan dibalik kebijakan ne antara pak lurah dengan perBankan ada udang di balik udang, bisa-bisa yang makmur cuma parBankannya saja..mas

Mad Bullah : 
Huus......sampean gak boleh ngomong kayak gitu cak, itu namanya Suudzon, sebagai orang islam sampean harus hati hati mana perbuatan yang Allah perintahkan dan mana yang gak, Pastinya berprasangka buruk itu dilarang “Dan orang-orang yang mengganggu dan menyakiti orang-orang mukmin lelaki dan perempuan yang beriman, dengan perkataan atau perbuatan yang tidak tepat atau sesuatu kesalahan yang tidak dilakukannya, maka sesungguhnya mereka telah memikul kesalahan menuduh secara dusta dan berbuat dosa yang amat nyata.”
(QS. Al-Ahzab, Ayat 58)
  
Cak Kasab :
Gimana aku gak ngomong gitu mas, aku kan pelaku langsung tentunya rugi dan ribetnya tahu, apalagi sampean juga tahu kalau penduduk kampung sini banyak yang buta huruf, mereka pada minta tolong didampingi pemuda sing iso baca tulis, apa itu gak kasi uang rokok  mas? belum lagi transport  2 orang, belum lagi ngantrinya lama banget kerjaan malah kleleran kondisi kayak gitu bukan satu kali lho mas tapi tiap bulan

Mad Bullah : 
ya katakan sampean bilang pembayaran lewat Rekening itu wes elek kabeh, tapi Allah kan berpesan  “ binikmati robbika fahaddits “ sebaiknya kita bercerita dari sisi baiknya saja.

Cak Kasab :
lah iya baiknya dimana, mas ?
  
Mad Bullah : 
Haha....sampean pernah lihat berita di TV ada tim sukses dari salah satu kandidat yang bagi bagi uang saat kampanye ternyata uangnya palsu, begitu juga para koruptor kadang mengeluh karena diantara segebok uang yang diterima diselipi uang palsu. Jadi kalau sekarang Pak Lurah buat aturan setiap transaksi keuangan harus melalui transfer Rekening Bank, mereka kan gak bakalan ketipu lagi, masa Bank mau terima uang palsu?


Cak Kasab :
Busyet sampean mas....mas, yang dengerin udah serius malah dibuat guyonan , aku ne serius mas.....maksudku gine mas,  kyai ngajiku dulu bilang Bank itu haram



Mad Bullah : 
oke...oke... tetapi sampean sendiri, juga paham  kan bahwa tidak semuanya ulama itu bersepakat mengharamkan Bank

Cak Kasab :
Gak...gak...aku gak pernah dengar itu, soalnya aku ngajinya ke Kyai kampung yang tawaddu banget, saking tawadduknya gak punya harta sama sekali....


Mad Bullah : 
Pantesan.......apanya yang mau disimpan di Bank,cak?

Cak Kasab :
Bukan gitu mas, kyaiku tuh orangnya alim banget tawadduk, gak mau cawe cawe politik, bahkan beliau bilang gine   “ le awakmu menangi jaman uwedan se uwedan-uwedannya, semestinya ulama tuh didatangi pejabat untuk dimintai pendapatnya atas kebijakan dan keputusan yang akan disebar ke rakyatnya,  sekarang kok malah aneh kyai iku gak merasa mulia dan bangga kalau gak sampe nginjakkan kakinya di istana dan kantor-kantor elit pemerintahan.... wes.... wes.... dadi opo bangsa ini bubrah bubrah bubrah.

Mad Bullah : 
Subhanallah sungguh mulia akhlak kyai sampean itu cak....Cuma sayang?

Cak Kasab :
Sayang di mana mas?

Mad Bullah : 
Sayangnya di sampean itu cak......santri kok beda jauh dengan kyainya? Kyainya gak mau uang malah sampean cuma dengan uang 50 ribu perak, udah sampai kemana-mana dampingin pengunjuk rasa.......

Cak Kasab :
Tetapi aku kan bukan kyai mas?

Mad Bullah : 
Justru itu aku menyayangkan......., kalau sampean sampe jadi kyai tambah celaka cak, bisa bisa semua kantor didatangi tuk cari popularitas dan keuantungan, semestinya sampean itu  sebagai santrinya yang mentoati kyainya, wajib menjaga dan mengawal keluhuran akhlak kyainya?

Cak Kasab :
Astargfirullah hal adzim, aku benar-benar hilaf mas...aku mo tobat, lalu bagaimana soal Bank kata kyaiku itu mas?

Mad Bullah : 
Lo....lo....itu bukan kata kyai sampean cak...... melainkan kata Allah SWT:
وَأَحَلَّ اللهُ الْبَيْعَ وَحَرَّمَ الرِّبَا
............................Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. (QS al-Baqarah 275).

Cak Kasab :
Jelasnya seperti apa itu mas......

Mad Bullah : 
Bank yang bergerak dibidang keuangan dan memberlakukan bunga (keuntungan) dalam hukum islam dikatagorikan riba, sedang riba itu sendiri hukumnya haram berskala dosa besar dikarenakan dapat menyebabkan kesengsaraan yang luar biasa bagi kaum dhuafa, menzalimi orang miskin bahkan membuka peluang emas bagi orang kaya mengeruk keuntungan dengan memanfaatkan orang miskin sebagai pangsa pasar, kondisi semacam itu kalau dibiarkan akan menutup peluang sedekah, mematikan rasa simpati dan empati kepada sesama manusia utamanya dalam urusan ekonomi.
Akan tetapi kalau Bank itu hanya bergerak di bidang jasa seperti jasa penyimpanan uang agar selamat dari pencurian, jasa Transfer uang untuk memudahkan transaksi keuangan dalam jarak tertentu, Jasa pengambilan simpanan melalui ATM atau untuk memudahkan kerjasama antar negara,  karena negara lain semua menggunakan Bank tidak masalah, sekalipun Bank membebani biaya-biaya. Toh semua untuk biaya operasional personal atas keuangan yang dikelola oleh Bank seperti biaya pengiman,biaya penyimpanan dll.

Cak Kasab :
Kalau hukum islam memang tidak menghalalkan Bank, lalu dikemanakan bunga Ongkos Naik Haji (ONH) yang jumlahnya milyaran itu, dan sudah berlangsung bertahun-tahun mas?

Mad Bullah : 
Ya ...dibuang ta cak, masa orang islam mo makan hasil riba.......

Cak Kasab :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar