ALLAH GAK BUTUH PAHALA PUASA KITA
Oleh :
R. YUDHISTIRA RIA, M.MPd
(Pimpinan Pusat/Guru Besar Lembaga Dzikir Kasabullah)
(Pimpinan Pusat/Guru Besar Lembaga Dzikir Kasabullah)
Cak Kasab :
Tanpa terasa, kita
udah mo ketemu puasa lagi ya mas......?
Mad Bullah :
Ya bener cak....... sama dengan tidak terasanya sampean, merasakan manfaat dari puasa yang kita kerjakan sejak dulu hingga sekarang
Ya bener cak....... sama dengan tidak terasanya sampean, merasakan manfaat dari puasa yang kita kerjakan sejak dulu hingga sekarang
Cak Kasab :
Lho kok bisa mas,
pahala puasa kan memang untuk Allah,
jadi kita jangan mengharap yang lain
lain dong...... ne haditsnya “Setiap amalan manusia adalah untuknya kecuali puasa,
sebab ia hanyalah untukku dan Akulah yang akan memberikan ganjaran padanya
secara langsung ”. (HR Bukhari dalam Shahihnya: 7/226 dari hadis Abu Hurairah
radhiyallahu’anhu).
Mad Bullah :
Ya saya juga udah
tahu cak, hehe.......kalau sampean ngeluarin dalil untuk memperkuat
pendapatnya, saya juga mau ngeluarin firman Allah agar sampean gak mengira ini Cuma
pendapat pribadi “Hai
orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan
atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (Qs. Al Baqoroh 183)
Cak Kasab :
Kok gak nyambung
mas, tadi aku jelaskan bahwa Allah butuh pahala puasa kita, sementara mas
menjawab gitu, maksudnya gimana?
Mad Bullah :
Maksudnya biar sampean paham bahwa “la allakum tattaqun” (agar kamu bertakwa) itu bukan lagi menjadi kebutuhan Allah, melainkan Allah hanya sekedar memberi konsep bagaimana caranya sampean dapat memenuhi kebutuhan akan ketaqwaan kepada Allah dengan baik
Maksudnya biar sampean paham bahwa “la allakum tattaqun” (agar kamu bertakwa) itu bukan lagi menjadi kebutuhan Allah, melainkan Allah hanya sekedar memberi konsep bagaimana caranya sampean dapat memenuhi kebutuhan akan ketaqwaan kepada Allah dengan baik
Cak Kasab :
Tapi mas yang dawuh kalau “ibadah puasa itu untukku” kan Allah SWT sendiri
Tapi mas yang dawuh kalau “ibadah puasa itu untukku” kan Allah SWT sendiri
Mad Bullah :
ya jelaslah, emang
Allah yang bilang gitu. Tapi ingat Firman Allah dalam Al Quran tidak ada satupun
ayat yang bersebrangan apalagi bertentangan satu dengan yang lainnya
Cak Kasab :
Maksudnya gimana itu mas?
Mad Bullah :
Begini cak dalam
salah satu firman Allah mengatakan “Hai manusia, kamulah yang membutuhkan Allah dan Allah Dialah Yang Maha Kaya (tidak
membutuhkan sesuatu dari kita) lagi
Maha Terpuji.
Cak Kasab :
Bentar...bentar...mas kalau begitu
berarti hadits itu bertentangan dengan firman Allah, begitu ya mas
Mad Bullah :
Huus......sama sekali tidak, cuma sampean saja cak yang
mengimplementasikan “untukku” terlalu sempit, akhirnya kalimat “untukku” dikira
Allah yang butuh, padahal untukku bisa saja berarti tujuan,arah atau sasaran
Cak Kasab :
Ya sama saja mas,
apa bedanya?
Mad Bullah :
jelas beda dong,
kalau ibadah lainnya bersifat umum dan terbuka serta masih terbesit dalam hati
sekalipun teramat samar dari adanya unsur-unsur penyertaan hawa nafsu dirinya untuk
menjadi riya’ diantaranya nafsu ingin dipuji dan mendapat pengakuan dari
masyarakat, saat berjuang ingin disebut pahlawan, saat memberi ingin disebut
dermawan, saat mengajar ingin disebut
guru/kyai, saat bertabliq ingin disebut mubaliq saat rajin ibadah ingin disebut
alim
Cak Kasab :
kalau ibadah puasa emangnya gak bisa punya pikiran nakal kayak gitu, ya mas?
kalau ibadah puasa emangnya gak bisa punya pikiran nakal kayak gitu, ya mas?
Mad
Bullah :
Saya
gak mau jawab, nanti sampean jawab sendiri sajalah, setelah mendapat penjelasan,
mengapa ibadah puasa itu menjadi sangat istimewa : 1. Puasa itu menjadi satu satunya ibadah yang
amat rahasia,karena nawaituh bathin hanya dirinya dan Allah saja yang tahu 2. karena yang mengerjakan ibadah puasa sudah
mengikhlaskan diri untuk meninggalkan berbagai
kesenangan utamanya kesenangan syahwat.
Cak
Kasab:
Hehe sorry mas belum bisa jawab,
soalnya belum jelas dilanjut.......
Mad Bullah :
Oke.... yang dimaksud ibadah puasa itu untukku,
manusia yang beriman diarahkan agar dalam melakukan ibadah puasa semata-mata
hanya tertuju kepada lillahitaala, tidak ada penyertaan kesenangan dirinya
dalam melakukan ibadah yang dilakukan, seperti ibadah ihram misalnya, memang
Allah memerintahkan untuk meninggalkan
persetubuhan (berhubungan badan dengan
istrinya) dan menjauhi segala bentuk harum-haruman, tetapi untuk melakukan
bentuk kesenangan lainnya masih bisa kan?. Sebagaimana juga ibadah shalat yang
tidak diperbolehkan makan dan minum, namun itupun kan bersifat sementara tidak
kurang dari 10 menit, bahka boleh jadi seandainya makanan sudah disajikan kita
bisa menunda waktu sholatnya, untuk menyantap makanan terlebih dahulu kayak saat
berbuka puasa misalnya. Apakah yang sedemian itu terjadi pada ibadah puasa? Tidak
kan.......itu yang dimaksud ibadah puasa untukku, semua kebutuhan dan
kesenangan pelakunya diabaikan demi pengabdian kepada Allah SWT
Cak Kasab :
Sekarang
aku baru bisa jawab mas, ternyata pelaku ibadah puasa emang tidak bisa
berpikiran nakal atau disejajarkan dengan ibadah lainnya, yang di dalamnya
masih berpeluang mengharap pujian dari sesama
manusia, misalnya pura pura semaput ditengah orang banyak biar puasanya
dianggap hebat. Kalau ibadah sholat atau mengaji kan masih bisa cari peluang
riya’ misalnya saat ke masjid atau
suaranya dimerdukan dan dikeraskan, begitu juga dengan bersodeqoh atau berinfaq
masih menunggu orang lain melihat biar disebut dermawan, satunya lagi menyebut
Hamba Allah biar orang lain penasaran dan mencari tahu siapa sebenarnya hamba
Allah itu, termasuk yang bakal mendapat predikat mabrur atau ibadah haji.
juga tidak terlepas dari adanya unsur sir riya’ dari ketokohan di kampungnya.
Mad Bullah :
Luar
biasa......ternyata sampean jelek-jelek begitu juga pinter berdakwah....kwakak
kak...
Cak Kasab :
Ngeyek ya.........?,
soal ibadah itu jangan diliat dari casingnya mas, tetapi perhatikan dari amaliyahnya
sehari-hari, bisa jadi orang itu berpenampilan islami pakai sarung, baju koko, kuplukan,
pakai hijab cara bicarabya selalu nyaranin orang lain untuk bersabar, bertawakkal
dan menjaga tali silaturakhmi ternyata musuhnya bertebaran di mana-mana.
Mad Bullah :
Subhanallah, benar cak...apa yang sampean jelaskan itu justru
orang-orang yang punya tabiat kayak gitu sekarang lagi mewabah di negeri ini, orang
begitu gampangnya membid’ah bid’ahkan, mengkafir kafirkan bahkan dengan
leluasanya mereka mengajak orang lain untuk membenci bersama-sama terhadap
seseorang yang sebenarnya dirinya sendiri yang membencinya, hingga akhirnya
yang diajak menjadi merasa sangat hebat apabila
merusak fasilitas umum dengan teriakan “Allah Akbar”
Cak Kasab :
Oh ya mas, adakah
gambaran lain yang lebih masuk akal soal “ibadah yang lain untukmu (selain
dirinya) sedang puasa itu untukku”
Mad Bullah :
Wualah cak...cak
belum kering bibirku memuji kepintaran sampean, malah sampean tetep aja oon...,
gini-gini kalau ada orang jatuh, lalu sampean tolong siapa yang untung, yang jatuh
kan?. Ada orang kelaparan,sampean kasih makan,siapa yang untung,yang kelaparan
kan? Orang pinjam uang,lalu sampean beri pinjam siapa yang untung, dia yang
meminjam kan? Sekalipun semuanya itu sampean sendiri yang melakukan..
Cak Kasab :
Stop...stop.....
gak usah dilanjutin dengan contoh yang lain, aku dah ngerti maksudnya...entar
bisa seharian sampean beri contoh....maksudku itu yang untukku sendiri mana?
Mad Bullah :
Hahaha.......untuk sampean? Em...mm....untuk sampean?.....untuk
sampean apa ya...? oh ya ada....sampean kan sekarang sakit kencing manis........jadi
kalau sampean mencegah atau puasa tidak konsumsi gula...yang untung siapa? sampaian
sendiri kan bisa mencapai kesembuhan.......sedang penjual gula pasti rugilah
karena sampean udah gak beli gula lagi..... penjual makanan manis-manis juga gitu
gak bakalan diuntungkan.......jadi itu untungnya sampean kalau ngelakuin puasa
gak konsumsi gula....... sedang bagi orang lain gak da gunanya cak.
Cak
Kasab :
???
Tidak ada komentar:
Posting Komentar