Profil

Kamis, 25 Mei 2017

Kedai Sufi Kasabullah jilid 27






ALLAH GAK BUTUH PAHALA PUASA KITA  
Oleh : R. YUDHISTIRA RIA, M.MPd 
(Pimpinan Pusat/Guru Besar Lembaga Dzikir Kasabullah)


Cak Kasab :
Tanpa terasa, kita udah mo ketemu puasa lagi ya mas......?

Mad Bullah :
Ya bener cak....... sama dengan tidak terasanya sampean,  merasakan manfaat dari puasa yang kita kerjakan sejak dulu hingga sekarang

Cak Kasab :
Lho kok bisa mas, pahala puasa kan  memang untuk Allah, jadi kita jangan mengharap yang  lain lain dong......  ne haditsnya “Setiap amalan manusia adalah untuknya kecuali puasa, sebab ia hanyalah untukku dan Akulah yang akan memberikan ganjaran padanya secara langsung ”. (HR Bukhari dalam Shahihnya: 7/226 dari hadis Abu Hurairah radhiyallahu’anhu).

Mad Bullah :
Ya saya juga udah tahu cak, hehe.......kalau sampean ngeluarin dalil untuk memperkuat pendapatnya, saya juga mau ngeluarin firman Allah agar sampean gak mengira ini Cuma pendapat pribadi  “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (Qs. Al Baqoroh 183)

Cak Kasab :
Kok gak nyambung mas, tadi aku jelaskan bahwa Allah butuh pahala puasa kita, sementara mas menjawab gitu, maksudnya gimana?

Mad Bullah : 
Maksudnya biar sampean paham bahwa “la allakum tattaqun” (agar kamu bertakwa) itu bukan lagi menjadi kebutuhan Allah, melainkan Allah hanya sekedar  memberi konsep bagaimana caranya sampean dapat  memenuhi kebutuhan akan ketaqwaan kepada Allah dengan baik
Cak Kasab :
Tapi mas yang dawuh kalau “ibadah puasa itu untukku” kan Allah SWT sendiri

Mad Bullah :
ya jelaslah, emang Allah yang bilang gitu. Tapi ingat Firman Allah dalam Al Quran tidak ada satupun ayat yang bersebrangan apalagi bertentangan satu dengan yang lainnya

Cak Kasab :
Maksudnya gimana itu mas?

Mad Bullah :
Begini cak dalam salah satu firman Allah mengatakan  “Hai manusiakamulah yang membutuhkan  Allah  dan Allah Dialah Yang Maha Kaya (tidak membutuhkan sesuatu dari kita) lagi Maha Terpuji.

Cak Kasab :
Bentar...bentar...mas kalau begitu berarti hadits itu bertentangan dengan firman Allah, begitu ya mas

Mad Bullah :
Huus......sama sekali tidak, cuma sampean saja cak yang mengimplementasikan “untukku” terlalu sempit, akhirnya kalimat “untukku” dikira Allah yang butuh, padahal untukku bisa saja berarti tujuan,arah atau sasaran

Cak Kasab :
Ya sama saja mas, apa bedanya?

Mad Bullah :
jelas beda dong, kalau ibadah lainnya bersifat umum dan terbuka serta masih terbesit dalam hati sekalipun teramat samar dari adanya unsur-unsur penyertaan hawa nafsu dirinya untuk menjadi riya’ diantaranya nafsu ingin dipuji dan mendapat pengakuan dari masyarakat, saat berjuang ingin disebut pahlawan, saat memberi ingin disebut dermawan, saat  mengajar ingin disebut guru/kyai, saat bertabliq ingin disebut mubaliq saat rajin ibadah ingin disebut alim

Cak Kasab :
kalau ibadah puasa emangnya gak bisa punya pikiran nakal kayak gitu, ya mas?
  
Mad Bullah :
Saya gak mau jawab, nanti sampean jawab sendiri sajalah, setelah mendapat penjelasan, mengapa ibadah puasa itu menjadi sangat istimewa :  1. Puasa itu menjadi satu satunya ibadah yang amat rahasia,karena nawaituh bathin hanya dirinya dan Allah saja yang tahu 2. karena yang mengerjakan ibadah puasa sudah mengikhlaskan diri untuk  meninggalkan berbagai kesenangan utamanya kesenangan syahwat.



Cak Kasab:
Hehe sorry mas belum bisa jawab, soalnya belum jelas dilanjut.......

Mad Bullah :
Oke.... yang dimaksud ibadah puasa itu untukku, manusia yang beriman diarahkan agar dalam melakukan ibadah puasa semata-mata hanya tertuju kepada lillahitaala, tidak ada penyertaan kesenangan dirinya dalam melakukan ibadah yang dilakukan, seperti ibadah ihram misalnya, memang Allah   memerintahkan untuk meninggalkan persetubuhan  (berhubungan badan dengan istrinya) dan menjauhi segala bentuk harum-haruman, tetapi untuk melakukan bentuk kesenangan lainnya masih bisa kan?. Sebagaimana juga ibadah shalat yang tidak diperbolehkan makan dan minum, namun itupun kan bersifat sementara tidak kurang dari 10 menit, bahka boleh jadi seandainya makanan sudah disajikan kita bisa menunda waktu sholatnya, untuk menyantap makanan terlebih dahulu kayak saat berbuka puasa misalnya. Apakah yang sedemian itu terjadi pada ibadah puasa? Tidak kan.......itu yang dimaksud ibadah puasa untukku, semua kebutuhan dan kesenangan pelakunya diabaikan demi pengabdian kepada Allah SWT  


Cak Kasab :
Sekarang aku baru bisa jawab mas, ternyata pelaku ibadah puasa emang tidak bisa berpikiran nakal atau disejajarkan dengan ibadah lainnya, yang di dalamnya masih berpeluang mengharap  pujian dari sesama manusia, misalnya pura pura semaput ditengah orang banyak biar puasanya dianggap hebat. Kalau ibadah sholat atau mengaji kan masih bisa cari peluang riya’ misalnya saat ke masjid  atau suaranya dimerdukan dan dikeraskan, begitu juga dengan bersodeqoh atau berinfaq masih menunggu orang lain melihat biar disebut dermawan, satunya lagi menyebut Hamba Allah biar orang lain penasaran dan mencari tahu siapa sebenarnya hamba Allah itu,  termasuk yang bakal  mendapat predikat mabrur atau ibadah haji. juga tidak terlepas dari adanya unsur sir riya’ dari ketokohan di kampungnya.  

Mad Bullah :
Luar biasa......ternyata sampean jelek-jelek begitu juga pinter berdakwah....kwakak kak...

Cak Kasab :
Ngeyek ya.........?, soal ibadah itu jangan diliat dari casingnya mas,  tetapi perhatikan dari amaliyahnya sehari-hari, bisa jadi orang itu berpenampilan islami pakai sarung, baju koko, kuplukan, pakai hijab cara bicarabya selalu nyaranin orang lain untuk bersabar, bertawakkal dan menjaga tali silaturakhmi ternyata musuhnya bertebaran di mana-mana.

Mad Bullah :
Subhanallah, benar cak...apa yang sampean jelaskan itu justru orang-orang yang punya tabiat kayak gitu sekarang lagi mewabah di negeri ini, orang begitu gampangnya membid’ah bid’ahkan, mengkafir kafirkan bahkan dengan leluasanya mereka mengajak orang lain untuk membenci bersama-sama terhadap seseorang yang sebenarnya dirinya sendiri yang membencinya, hingga akhirnya yang diajak menjadi merasa sangat hebat apabila  merusak fasilitas umum dengan teriakan “Allah Akbar”

Cak Kasab :
Oh ya mas, adakah gambaran lain yang lebih masuk akal soal “ibadah yang lain untukmu (selain dirinya) sedang puasa itu untukku”

Mad Bullah :
Wualah cak...cak belum kering bibirku memuji kepintaran sampean, malah sampean tetep aja oon..., gini-gini kalau ada orang jatuh, lalu sampean tolong siapa yang untung, yang jatuh kan?. Ada orang kelaparan,sampean kasih makan,siapa yang untung,yang kelaparan kan? Orang pinjam uang,lalu sampean beri pinjam siapa yang untung, dia yang meminjam kan? Sekalipun semuanya itu sampean sendiri yang melakukan..

Cak Kasab :
Stop...stop..... gak usah dilanjutin dengan contoh yang lain, aku dah ngerti maksudnya...entar bisa seharian sampean beri contoh....maksudku itu yang untukku sendiri mana?

Mad Bullah :
Hahaha.......untuk sampean? Em...mm....untuk sampean?.....untuk sampean apa ya...? oh ya ada....sampean kan sekarang sakit kencing manis........jadi kalau sampean mencegah atau puasa tidak konsumsi gula...yang untung siapa? sampaian sendiri kan bisa mencapai kesembuhan.......sedang penjual gula pasti rugilah karena sampean udah gak beli gula lagi..... penjual makanan manis-manis juga gitu gak bakalan diuntungkan.......jadi itu untungnya sampean kalau ngelakuin puasa gak konsumsi gula....... sedang bagi orang lain gak da gunanya cak.  

Cak Kasab :
???


Tidak ada komentar:

Posting Komentar