Profil

Kamis, 30 Maret 2017

313

“ 313 “ 
Oleh : R. YUDHISTIRA RIA, M.Pd
( Pimpinan Pusat / Guru Besar Lembaga Dzikir Kasabullah Indonesia )

TIGA SATU TIGA, bukan sekedar angka yang disusun agar mempunyai nilai estetika tinggi, melainkan suatu upaya pengingat etika yang mengarahkan diri kepada sang pencipta, bagaimana caranya bersikap dalam mengabdikan diri secara kaffah, agar diri ini dapat mencapai ridhoNYA dan bukan lagi berkutat pada situasi aneh dengan dalih mengharap ridhoNYA, sesuatu yang diharap itu pasti belum ada sedang ridho Allah itu bertaburan di jagat ini tinggal kita saja yang ditantang, mau merebut atau tidak? sama halnya dengan surga itu sudah ada, sehingga kita tidak perlu bersusah payah mengharap surga itu ada, tetapi tempuh dan capailah dengan apa yang sudah menjadi SOP masuk surga.

Kecerdikan kita merangkai angka cantik 313 setidaknya dapat dijadikan momentum penting dalam bermuhassabah agar diri ini bisa terus menyibukkan diri mengoreksi diri tentang kelemahan ibadah diri kepada sang kholik, sehingga diri kita bisa membelenggu diri untuk tidak disibukkan mengoreksi ibadah orang lain, sebab bagaimanapun bentuknya nilai ibadah itu tetap mempertanggungjawabkan perbuatan diri sendiri, kecuali mereka-mereka yang mendapat tambahan tanggungjawab seperti guru,kyai dan pemimpin  terhadap murid,santri dan yang dipimpin.

Apabila kita memahami diri “man arofa nafsahu fakot arofa robbahu” maka saat kita diajak atau dipengaruhi orang lain untuk mengoreksi perbuatan orang lain, maka tanyakan pada diri bathin ini, korelasinya diri terhadap yang dikoreksi itu sebagai apa? Guru, Kyai atau Pemipin? Kalau tidak? lalu mengapa kita ini merasa merasa berdosa apabila tidak ikut  mengurusi sesuatu yang bukan menjadi urusannya? Bukankah Allah SWT dan Rosulullah Muhammad SAAW sudah memperingati kita ” Dan apabila datang kepada mereka suatu berita tentang keamanan ataupun ketakutan, mereka lalu menyiarkannya. Dan kalau mereka menyerahkannya kepada Rasul dan Ulil Amri di antara mereka, tentulah orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya (akan dapat) mengetahuinya dari mereka (Rasul dan Ulil Amri).” (Qs. An-Nisaa: 83)
إِذَا وُسِّدَ الْأَمْرُ إِلَى غَيْرِ أَهْلِهِ فَانْتَظِرِ السَّاعَةَ( البخاري)
“ Apabila perkara diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya maka tunggulah kiamat. (HR Al-Bukhari dari Abi Hurairah).

Angka 313 kita jadikan jalan tafakkur menyisir ikhwal mengenal Allah dari suka ke bilangan ganjil “Innallaha wahidin”  kemudian apabila kita tingkatkan nilai-nilai tafakkur lebih jauh maka angka 313 akan menjadi bilangan tujuh, yang di dalamnya ada wujud keanguangan Allah dalam mencipta alam atau makhluk yang terstruktur 7 lapis, baik langit, bumi sampai kepada tubuh diri manusia, bahkan suratul fatehah juga disebut “Absaul Matsani” tujuh ayat yang diulang-ulang.  Entah itu diulang-ulang saat menunaikan ibadah sholat 5 waktu dan sholat sunnah, diulang-ulang saat bertawassul kepada para ambiya’,waliullah, para guru, para kyai, orang tua atau suratul fatehah diulang-ulang saat melaksanakan tahlilan yang menjadi budaya kaum nahdliyin.

Sejalan dengan ilustrasi di atas, maka TIGA SATU TIGA, dapat diasumsikan sebagai momen penting pada diri sendiri dalam membangun muhassabah, dengan penjelasan angka TIGA pertama sebagai Pilar Agama Islam, angka SATU di tengah Manunggaling Kawula Gusti  sedang angka TIGA ketiga sebagai Hakikat Manusia

TIGA PILAR AGAMA

1.      Aspek Islam, Agama merupakan salah satu kebutuhan rohani manusia dalam  menentukan pilihan kepada Tuhan yang diyakini.  Dan kita sejak lahir sudah ditentukan oleh orangtua tua untuk menganut agama islam yang kemudian setelah dewasa kita membenarkan apa yang telah ditetukan oleh orangtua kita dengan melaksanakan syari’at dan amal perbuatan. Sebagaimana yang Rosulullah Muhammad SAAW paparkan "Islam adalah engkau bersaksi bahwa tidak ada ilah (tuhan yang disembah) selain Allah, dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah, engkau mendirikan shalat, menunaikan zakat, puasa Ramadhan, dan pergi haji jika mampu." Dengan begitu kita yang mengaku beragama islam serta merasa sebagai ummat Rosulullah Muhammad SAAW dituntut untuk dapat melaksanakan  syari’at secara benar  rukun islam dengan mematuhi segala perintah dan larangan Allah SWT

2.      Aspek Iman, merupakan kata kunci dari nilai-nilai ibadah yang  kita lakukan sebab boleh jadi mereka di luar islam bisa dan mampu mengerjakan seperti apa yang kita kerjakan, apakah mereka tidak mampu puasa? Sangat mampu. Kalau puasa saja mereka mampu mengerjakan,apalagi mengerjakan zakat atau bagi-bagi uang atau ibadah haji atau rekreasi ke mekkah pasti mereka mampu karena secara finansial mereka memadai, tetapi apakah kemampuan mereka akan mendapat nilai ibadah ? Jawabannya tidak !  karena mereka tidak beriman kepada Allah. Apakah nilai-nilai keimanan itu hanya kepada Allah saja, sesuai dengan penjelasan Rasulullah Muhammad SAAW bahwa "Iman adalah engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari akhir dan engkau beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk

Sesederhana itukah nilai-nilai keimanan yang perlu kita pahami? Asal bisa menyebut satu-persatu rangkaian rukun iman dari percaya kepada Allah sampai takdir buruk dan baik, serta-merta kita disebut hamba yang beriman?  Untuk jelasnya perhatikan surat dan ayat-ayat  Al Quran yang menjelaskan tentang iman yang sebenarnya "Orang-orang Arab Badui itu berkata: 'Kami telah beriman'. Katakanlah: 'Kamu belum beriman, tapi katakanlah 'kami telah tunduk', karena iman itu belum masuk ke dalam hatimu.'" (Q.S. Al-Hujuraat 14) sebab imam itu bukan pengakuan melainkan suatu upaya maksimal seorang hamba kepada sang kholik melaksanakan segala perintah dan larangannya, kemudian Allah merakhmatinya dengan Nur orang-orang yang dikehendaki Allah (Q.S. Yunus 100).

3.      Aspek Ihsan, adalah Tatakrama,etika,akhlak mulia berbudi pekerti luhur dalam mengabdikan diri kepada Allah SWT atau lebih populernya disebut  tasawwuf . Sering kali kita dalam melaksanakan  ibadah apa adanya dan cederung sembrono hampir tidak  ada hal yang diistimewakan seperti halnya kita menghadap pimpinan atau calon mertua, Memang banyak dari kalangan “oknum” tasawwuf yang menjelaskan bahwa ibadah itu yang penting adalah hatinya,soal pakaian dan tampilan itu menjadi nomor seribu, Bagaimana itu bisa terucap? Padahal apabila hatinya bersih maka bersihlah semuanya dari anggapan-anggapan menyepelekan Allah sebagai dzat yang Maha Mulia dengan lebih memuliakan kepada pimpinan.

Atau apakah lantaran kita melakukan ibadah merasa tidak diperhatikan Allah sehingga berbuat semrono?  Tidak ingatkah kita akan janji Allah sendiri “Apabila hamba-hambaKu bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawa­blah),bahwasanya aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang mendo'a  apabila ia berdo'a kepada-Ku...(QS Al-Baqarah: 186).Dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan (QS. Al-Hadid  4) begitu juga dengan hadits Rasulullah Muhammad SAAW menjelaskan bahwa "Ihsan adalah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihat-Nya. Jika engkau tidak melihatnya, maka Dia melihat engkau." Hadist tersebut mengarahkan kita agar kita bisa menjadi al Ihsan yaitu membangun tatakrama yang elok disaat melaksanakan ibadah, kalau sholat gunakan pakaian yang pantas,kalau menolong orang tolonglah dengan baik jangan dengan terpaksa,kalau bersodekoh sodekohkan yang baik-baik bukan sisa-sia dan berikan dengan cara yang baik baik pula.
SATU MANUNGGALING KAWULA GUSTI

Setiap ada istilah  “Manunggaling Kawula Gusti”, ingatan kita pasti terseret kepada ajaran Syekh Siti Jennar itu bukan soal biasa, melainkan luar biasa. Karena kita merasa kebakaran jenggot sendiri apabila menyebut istilah itu, alasannya apa? Apa kita takut dituduh sebagai penerus ajarannya atau bagaimana? Memangnya kita muridnya, kalau tidak mengapa jadi kebakaran jenggot? Biasa aja kale. Apalagi kita paham sekali dengan hakikat surat Al Ikhlas. bahwa Allah itu berdiri sendiri, di luar itu adalah alam, di luar itu adalah makluk dan di dalam alam atau makluk tidak ada unsur ketuhanan begitu juga di dalam Tuhan tidak ada unsur kealaman atau unsur kemakhlukan, maka jangan sedikitpun ada kekawatiran ini sebagai ajaran kesesatan apabila memahami tentang rububiyah.

Manunggaling Kawula Gusti, tidak bisa diumpamakan seperi halnya manusia dirasuki jin, atau orang yang sedang kesurupan/instrans, melainkan suatu perumpamaan bahwa apa yang kita kehendaki sudah sesuai dengan kehendaki Allah. Seperti program TNI masa lalu ABRI manunggal rakyat, apa lantas ABRInya jadi rakyat atau rakyatnya jadi ABRI? Toh praktiknya ABRI punya program membangun desa, kemudian rakyatnya menyambut dengan dibangunnya infra struktur sesuai dengan program ABRI itu sendiri diantaranya membangun jembatan,MCK dlb.

Manunggaling Kawula Gusti merupakan pernyataan bathin bahwa ibadah yang dilakukan manunggal/menyatu/sesuai dengan kehendak Allah atau lillahitaala.


TIGA HAKIKAT HIDUP

Mau tidak mau diri manusia  yang terdiri dari jasmani dan rohani ini terurai menjadi 3 bagian penting, apakah sebagai hamba Allah SWT atau sebagai ummat Muhammad SAAW yaitu satu bagian Ruh milik Allah, satu bagian jazat/badan menjadi milik cacing tanah sedang satu bagian lagi yaitu ibadah menjadi milik kita.
1.      Ruh milik Allah : “Jawablah! Nyawa (ruh) itu termasuk urusan Tuhanku” (QS. Al-Isra’ : 85) “Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniup kan ke dalamnya ruh (ciptaan)-Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud”. (QS. Al-Hijr : 29)
2.      Tubuh milik cacing tanah “Dari bumi (tanah) itulah Kami menjadikan kamu dan kepadanya Kami akan mengembalikan kamu dan dari padanya Kami akan mengeluarkan kamu pada kali yang lain,” (QS. Thaha: 55).
3.      Amal ibadah milik diri : “…Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Rabb-nya maka hendaklah ia mengerjakan amal yang shalih dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadah kepada Rabb-nya.” (Qs. Al Kahfi 110)Barangsiapa menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya kami berikan kepada mereka balasan amal perbuatan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. Merekalah orang-orang yang di akhirat (kelak) tidak akan memperoleh (balasan) kecuali neraka dan lenyaplah apa (amal kebaikan) yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka lakukan” (QS Huud 15-16).

Ingat TIGA SATU TIGA, ingat jalan-jalan bermuhassabah, bahwa diri ini teramat banyak yang harus dibenahi agar setiap saatnya selalu disibukkan dengan membenahi diri, sebab pola pikir yang salalu mengarah kepada kelemahan orang lain akan membuat hati kita menjadi mati dan sombong karena menganggap hanya dirinya saja yang baik sedang orang lain sebagai pendosa. Naudzubillahimindzaliq.
  
#tasawwuf #kedaisufi




Rabu, 15 Maret 2017


Kedai Sufi Kasabullah jilid 24





e-KTP REDAKAN SUHU POLITIK YANG MEMANAS

Oleh : R. YUDHISTIRA RIA, M.MPd 
(Pimpinan Pusat/Guru Besar Lembaga Dzikir Kasabullah)


Ribut-ribut mega proyek e-KTP yang menelan biaya tidak kurang Rp 6 triliun dari kas negara itu, mampu redakan suhu politik yang memanas akibat seorang tokoh bernama Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) yang tetep pede mencalonkan diri sebagai Gubenur DKI tanpa penonaktifan sekalipun berstatus tersangka Penodaan Agama.
Hampir seluruh issu-issu yang bermunculan atau dimunculkan? Seperti kehadiran Antasari yang “menggugat” kasusnya diusut kembali, Kasus penghinaan kepada lambang negara. Kasus tawuran antar warga Jakarta dan Kasus transportasi reguler dengan online, semua tidak mampu redakan suhu politik yang memanas.
Lalu apa kehebatan kasus e-KTP sampai hiruk pikuknya politik mendadak menciut? Apakah karena tokoh tokoh partai dan pentolan anggota dewan mulai sibuk mendesain SDM? (Selamatkan Diri Masing-masing) sampai tidak lagi perhatikan kasusnya Ahok? Ini bukan urusan wallahuaklam bissawwab mas, melainkan urusan “aku tidak tahu apa yang kau mau”
Cak Kasab :
Luar biasa pengaruhnya e-KTP itu ya mas

Mad Bullah : 
Dari dulu aku juga dah tahu cak, kalau pengaruh i-KTP itu luar biasa

Cak Kasab : 
masa iya ta mas? kan kasusnya baru saja terbongkar?

Mad Bullah :
Masalahnya i-KTP itu oleh kita tidak pernah dianggap sebuah kejahatan, malah menjadi ejekan yang bersifat kelakar, sekarang aja baru dianggap kejahatan.....

Cak Kasab :
Wah kalau begitu sungguh keterlaluan bangsa kita itu ya mas ?, masa udah jelas-jelas salah malah dibuat dagelan..

Mad Bullah : 
Ya kayak gitu itu sich karakter kita......kalau ada orang lain diluar islam berbohong sedikit saja tentang islam, kita marahnya luar biasa bahkan cenderung melampau batas, giliran orang kita sendiri berbohong tentang i-KTP malah dianggap guyonan,padahal maknanya sama yaitu penodaan agama

Cak Kasab :
Apa hubungannya e-KTP dengan penodaan agama mas, bukankah itu soal penyalahgunaan hak dan wewenang

Mad Bullah :
Masalahnya justru di situ cak, Hak adalah kebebasan manusia untuk memilih, sedang Wewenang merupakan bentuk tanggungjawab yang dituntut dengan suatu kewajiban mempertanggungjawabkan.

Cak Kasab :
Apabila tidak dipertanggungjawabkan, apa konsekwensinya

Mad Bullah :
Ya kalau urusan dunia akan diadili dan dipenjara, sedang urusan akhirat kosekwensi orang berbohong adalah dosa dan setiap dosa itu siksa dan setiap siksa itu eksekusi hukumannya tidak mungkin di surga, beda dengan alam fana ini berbuat baik atau jahat, sama saja diadili di dunia

Cak Kasab :
Gamblangnya seperti apa, mas?

Mad Bullah :
Ya dalam urusan beriman kepada Allah, itu setidaknya 3 unsur dikerjakan antara lain : diucapkan dengan lisan,dihayati dengan hati dan diamalkan dengan perbuatan, dan setiap beriman kepada Allah berarti Islam, lalu bagaimana dengan yang menyalah gunakan i-KTP?

Cak Kasab :
Bukan i-KTP mas tapi e-KTP

Mad Bullah :
wualah cak ...cak......dikandani malah ngandani

Cak Kasab :
Sungguh mas yang aku lihat di berita TV dan baca di koran bener kok e-KTP

Mad Bullah :
Setahuku yang bener itu cak i-KTP maksudnya Islam KTP, itu suatu pribadi manusia yang amat buruk, ngakunya islam tapi sama sekali tidak melakukan syariat islam, tujuannya apa? ya bisa jadi buat sekedar gaya-gayaan, atau cari aman atau barangkali sekedar mengisi format,karena terlanjur ada?

Kalau tujuannya cuma itu bener juga Menteri Dalam Negeri Tjahyo Kumolo mengusulkan agar kolom status agama dihapus, mungkin biar mereka gak lagi jadi seorang yang munafik, Tapi akhirnya gak jadi juga karena Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menentang keras dengan alasan Indonesia adalah negara berketuhanan sebagaimana tertuang dalam sila pertama Pancasila
Cak Kasab:
Tapi maksudku, bukan itu mas......

Mad Bullah :
ya aku juga dah ngerti maksud sampean cak,.......maksudnya begini kan, kalau penulisan status agama di KTP itu tidak sekedar mengisi format, pasti mereka akan Allah SWT jerat dengan perkara dusta,berbohong,hianat, munafiq kita tahu kan bahwa itu termasuk 10 dosa besar itu sanksinya berat amat cak. Apalagi Allah SWT berfirman
“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.(QS. Al Baqarah ayat 208), itu maksudnya kalau memang mengaku islam ya kerjakan syariatnya jangan cuma KTPnya doang yang beragaman Islam
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal. (yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka. Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. Mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Tuhannya dan ampunan serta rezeki (nikmat) yang mulia. (QS. al-Anfaal ayat 2-4), 
Orang-orang yang beriman dan mengerjakan amalan saleh, kelak akan Kami masukkan ke dalam surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah telah membuat suatu janji yang benar. Dan siapakah yang lebih benar perkataannya dari pada Allah? (QS. An Nisaa ayat 122)
Dengan begitu betapa meruginya mereka? udah berbohong berkhianat lagi.......ck.....ck.....ck....

Cak Kasab :
Bentar-bentar mas...... maksudku itu e-KTP ......atau KTP elektrik yang dikorupsi itu......

Mad Bullah :
Wualah cak cak kok senengnya ngebahas soal korupsi, bisa-bisa sampean ketularan jadi koruptor lho...beneran iki.....

Cak Kasab :
???

Jumat, 03 Maret 2017

Kedai Sufi Kasabullah jilid 23






TAMU ITU MEMANG RAJA
Oleh : R. YUDHISTIRA RIA, M.MPd 
(Pimpinan Pusat/Guru Besar Lembaga Dzikir Kasabullah)


Kampung kita ini rodo rodo aneh, biasanya kalau terima tamu prioritas protapnya soal safety tamu, tetapi kali ini kok kayaknya heboh banget, masjid direnofasi, istana dibenahin,gedung tempat berkumpulnya wakil rakyat disulap, bandara dipoles dan jalan tol sepanjang yang dilewati juga dilicinin, wes wes pokoke gawat tenan....Apa karena tamunya seorang raja atau karena tamu itu adalah raja?

Cak Kasab :
mas sampean tahu gak, siapa sich yang bertamu ke kampung kita, kok gak kayak biasanya pak lurah nyiapin segitu gawatnya

Mad Bullah :
masalahnya, lurah kita baru nyadar kalau tamu itu adalah raja ?

Cak Kasab :
wualah mas mas....... emangnya lurah kita gak tahu ya mas, kalau tamunya itu raja

Mad Bullah :
ya pasti gak tahulah cak......coba tahu mulai dulu udah pasti tamu tamunya diistimewaain semua

Cak Kasab :
kasian kasian....padahal lurah kita punya protokoler, masa gak dikabarin kalau mo kedatangan tamu raja mas......


Mad Bullah :
sepertinya begitu ?

Cak Kasab :
Coba aku jadi lurah....punya protokoler kayak gitu, pasti aku pecat mas....

Mad Bullah :
ya benar itu cak.........., semestinya protoler dan penasehat lurah itu beri masukan ke pak lurahe kalau tamu itu adalah raja, sehingga pak lurahe gak nyembarangin tamu, masa tamu-tamu yang datang ke rumahnya kayak ngomong di pinggir jalan aja, gak di suruh duduk,gak dikasi makan,gak dikasi minum apa kopi kek, kalau gak ada kopi ya setidak tidaknya dikeluarin air mineral gitu dah lumayan daripada cuman disuguhi omongan melulu mulai datang pek pulang. Hukum agama itu gak boleh dimentain oleh kondisi kita dengan dalih teman akrap, hehe bisa bisa istri kita main tukar tukaran dong kalau hukum bisa diotak atik sesuai selera kita, Jelasnya hukum tamu itu siapapun yang datang ke rumah kita adalah tamu dan setiap tamu itu ada aturan mainnya.


Cak Kasab :
setuju mas.....kalau boleh tahu, kayak apa sich mas cara menghormati tamu, kalau tamunya seorang raja?

Mad Bullah :
masa sampean seorang muslim yang taat gak tahu juga, cak?

Cak Kasab :
wah.....wah.... mas nich....sukanya bercanda, mana mungkin orang kayak aku ini kedatangan tamu seorang raja, mimpi kale?
.
Mad Bullah :
ha..ha...betul betul..... sampean benar benar mimpi cak, tapi bukan mimpi mo kedatangan tamu seorang raja melainkan mimpi sedang beragama islam

Cak Kasab :
Kok malah jadi berantakan gitu mas, sampean jelasin?

Mad Bullah :
Abis usia setua sampean......gak ngerti hukum menerima tamu, kan aneh, mana mungkin aku percaya sampean beragama islam cak, kalau dah gitu ?

Cak Kasab :
maksudnya?

Mad Bullah :
Semestinya sampean sebagai seorang muslim itu faham, gimana caranya memperlakukan tamu itu layaknya seorang raja, perhatikan sabda Rosulullah Muhammad SAAW dan Fiman Allah SWT

مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَاْليَوْمِ اْلأخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ
“Barang siapa yang beriman pada Allah dan hari akhir maka hendaklah dia memuliakan tamunya.” (HR. Bukhari), “Sudahkah sampai kepadamu (Muhammad) cerita tentang tamu Ibrahim (para Malaikat) yang dimuliakan? (Ingatlah) ketika mereka masuk ke tempatnya lalu mengucapkan salam, Ibrahim menjawab: salamun, (kalian) adalah orang-orang yang tidak dikenal. Maka dia pergi dengan diam-diam menemui keluarganya, kemudian dibawanya daging anak sapi yang gemuk. Lalu dihidangkannya kepada mereka. Ibrahim berkata: Silahkan kalian makan…” (QS. Adz Dzariyat: ayat 24-27)
Dan ingat ya, bahwa yang dimaksud tamu dalam hadits tersebut meliputi semua unsur, tidak khusus mukmin saja dan juga tidak khusus kafir saja, entar udah bener tata cara menerima tamunya, bagian terima tamu orang kafir dibedain lagi itu kaspo namanaya, sebab kata “dlaifahu” merupakan lafadz umum, maksudnya meliputi semua jenis tamu baik dari sisi jenis kelamin,keyakinan beragama,usia dan status sosialnya. Pokoknya semua tamu wajib diperlakukan sama dari penyambutan, penghormatan dan memulyakan berdasarkan kaidah kaidah yang disyariatkan dalam hadits.

Cak Kasab:
Tapi mas, yang aku maksud tamu diistimewain oleh lurahe itu bukan sekedar raja dalam istilah, melainkan raja beneran mas......


Mad Bullah :
hehe kalau udah urusan kayak gitu, aku no comen aja cak?

Cak Kasab :
kok gitu mas?

Mad Bullah :
he he.......karena aku belum bisa bedain antara persahabatan dengan perusahaan