Profil

Sabtu, 23 Maret 2019

REJEKI


Tafakur Kasabullah jilid 33

DIBERI REJEKI MALAH MARAH
Oleh : R. YUDHISTIRA RIA, M.Pd 
(Pimpinan Pusat/Guru Besar Lembaga Dzikir Kasabullah Indonesia)

Sudah menjadi kebiasaan bagi kita, ketika ditanya urusan rejeki di tempat tempat umum apalagi yang bertanya orang yang paling dihormati, pasti akan dijawab dengan kalimat diplomatis "alhamdulillah" untuk menandai dirinya seorang muslim yang taat. Ada kalanya dibumbui kalimat sanjungan "semua berkat bimbingan dan doa bapak, ustat, kyai" sungguh mengesankan sekali.

Sayangnya adegan itu hanya panggung sandiwara dan tidak bertahan lama, giliran penanya dari kalangan sendiri, justru direspon dengan keluh kesah, kecewa, putus asa, bahkan tidak sedikit menyalahkan kebijakan pemerintah dan kasih sayang Allah yang tidak terbatas itu

Bertemu dengan sosok manusia yang tidak mau diuntung seperti itu, tanpa disadari terkadang pertahanan keimanan dan kesabaran kita terbobol juga, dengan ikutan latah berkomentar yang tidak semestinya dilakukan oleh seorang muslim yaitu mengumpat Presiden, mengejek Menteri, Gubernur, Wali Kota, Bupati, Camat, Lurah, Pedagang, Orang China, Orangtua, Mertua, Pimpinan, Juragan dan terakhir kepada Allah yang disalahkan, dianggap tidak mengasihi dirinya, karena doanya yang bertubi tubi dalam urusan rejeki tidak satupun dikabulkan.

Huuuus....tuman, masa lihat orang berkeluh kesah kayak gitu langsung dibilang murtad.....munafik....bangsat. Hehehe jangan jangan kita sendiri yang murtad, munafik dan bangsat, karena dungunya diri dalam urusan agama, sehingga sifat tepo seliro, tenggang rasa dan saling memaklumi sebagai ciri khas seorang muslim gak singkron, singkron bisanya cuma membangun konflik horisonal.

Memang kalau kita mau fair, faktor penyebab mengapa ekonomi kita jalan ditempat bahkan cenderung mundur, kuncinya sangat sedehana Allah bersemangat menambah, sedang kita justru lebih memilih dikurangi, Bagaimana tidak? silahkan perhatikan "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (QS. Ibrahim ayat 7)

Itulah faktor penyebab, Mengapa ekonomi kita kembang kempis, karena kita benar benar kurang memahami agama sehingga tanpa disadari ada kecenderungan melakukan kesesatan kepada Allah dengan berkeluh kesah, ngomel. seakan Allah tidak memperhatikan rejekinya. Padahal Allah secara nyata sudah membuat MOU yang ditandatangani bersama, yang isinya kalau mau mengakui (bersyukur) terhadap pemberian Allah walau sedikit, bakal ditambah. tetapi kalau tidak mau mengakui bakal dikurangi bahkan tidak akan diberi sama sekali.

Dalam kasus ekonomi bernuansa agama ini, yang patut disayangkan adalah kita sendiri, yang mengaku lebih tahu agama dibanding mereka, justru tidak mau mengamalkan apalagi mengedukasi mereka, yang ada justru sibuk ikut memusuhi dan mengeksekusi mereka dengan kata kata yang menjadikan semakin jauh dari nuruh tuhan.

Seandainya mereka yang awam dan kita sendiri yang mengaku jago dalam urusan agama, mau memahami Kasta Rejeki dari Allah kepada hambanya, pastilah tidak ada yang bakalan marah (kufur), malah berterimakasih (bersyukur) sehingga janji Allah siapa yang bersyukur akan ditambah syukurnya hingga makmur akan terukur.

Kasta Rejeki dari Allah dimaksud, kalau memperhatikan al Quran secara garis besar menjadi 2 bagian, yaitu Rejeki bersifat Khusus dan bersifat Umum
Rezeki bersifat Khusus, menyanngkut urusan Rohani berupa Iman dan Islam, Rakmat dan Hidayah atau Petunjuk Allah berupa ilmu pengetahuan yang bermafaat dalam kehidupan dunia dan akhirat. Yang begini ini hanya diperuntukkan bagi hamba hambanya yang mengakui keberadaan Allah dan Rosulnya, sedang Rezeki yang sifatnya umum lebih diarahkan kepada kebutuhan Jasmaniyah belaka, seperti sandang, pangan, papan, kendaraan, jabatan, wanita idaman yang diberikan kepada semua makhluk ciptaanNya sekalipun tidak beriman, yayalah mama ada binatang beriman? 

Sekalipun rejeki yang bersifat umum atau hanya menyangkut urusan kelangsungan hidup jasmaniyah atau kehidupan dunia saja, akan tetapi kalau kita tidak mampu menempatkan diri ada di kelas mana tingkatan rejeki saya? atau kita tidak paham kepada klasifikasi dan kriteria sumber rejeki yang diterima, maka sangat dimungkinkan rejeki khususpun (rohani) tidak diperolehnya, Alasannya karena kita telah melakukan kekufuran/kekafiran kepada Allah dengan ungkapan keluh kesah, kecewa dan marah dengan membanting apa saja yang ada didekatnya karena merasa gagal memperoleh rejeki sekalipun sudah berusaha bekerja, berdagang dan pinjam)

Ayok.....kita pilih kelas sendiri, sesuai bakat dan kemampuan, kalau sudah ketemu langsung akui, kemudian masuklah dengan basmalah, duduk manis dan belajarlah menghadapi segala bentuk ujian dan cobaan baik dianggap ringan atau berat, agar kelas kita segera beranjak naik menuju impian terbaik kita

KELAS 1
REJEKINYA DIJAMIN ALLAH 
“Tidak suatu binatangpun (termasuk manusia) yg bergerak di atas bumi ini yang tidak dijamin oleh Allah rezekinya.” ( surat Hud ayat 6).
sekalipun ini kelas awal atau terendah setidaknya kita jadi pede kalau kita tetap akan bisa makan, sekalipun tidak bekerja. Apa mereka yang makan itu pasti orang bekerja? ya sudah kalau paham.

KELAS 2
REJEKI DIBAYAR SESUAI USAHANYA
Mendulang rejeki pada kelas 2 dikembalikan kepada tingkat kecerdasan, ketangkasan dan keuletan kita dalam bekerja
“Tidaklah manusia mendapat apa-apa kecuali apa yang telah dikerjakannya” (Surat An-Najm: ayat 39).

KELAS 3, 
REJEKI BAGI MEREKA YANG PANDAI BERSYUKUR
Ingat yang dimaksud bersyukur bukan sekedar hanya padai mengulang ngulang ucapan Alhamdulillah beberapa kali dengan faseh, melainkan bagaimana caranya agar yang diterima menjadi amanat (titipan yang harus dijaga) yang perlu ditindaklanjuti dengan amanah (dilaksanakan sesuai prosedur) sehingga tercapai amanu (aman,sejahtera dan makmur) Banyak kan pejabat yang sudah melimpah hartanya malah korupsi karena dianggap yang ada tidak cukup, akhirnya Allah cabut paksa rejekinya melalui KPK sehingga azabku sangat pedih/penderitaan benar benar dirasakan.
“… Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (Surat Ibrahim ayat 7)

KELAS 4
REJEKI YANG TERAMAT ISTIMEWA
Istimewanya karena tingkatan yang ke 4 ini, sangat boleh jadi mendapatkan sesuatu dari hal hal yang tidak ada korelasinya dengan apa yang dikerjakan, seperti halnya pegawai dapat gaji, buruh dapat upah, pedagang dapat ungtung, petani dapat panen dst. 
Untuk memperoleh rejeki ditingkatan yang terakhir ini memang diperlukan suatu proses panjang yang didasari ketulusan dan keikhlasan kepada Allah dan manusia, siapa penerima rejeki itu? yaitu manusia yang peduli pada lingkungannya sebut saja tokoh masyarakat, tokoh agama sekalipun beliau tidak berstatus pegawai, buruh tetapi gaji dan upah ada saja yang memberi, sekalipun bukan petani aneka buah buahan selalu dicukupi bahkan tidak punya katar belakang sebagai politik juga menempati jabatan politik dari presiden, menteri, gubenur,wali kota,bupati minimal jadi dewan sungguh benar dengan apa yang telah Allah ucapkan
“…. Barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezki dari arah yg tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan) nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan (yang dikehendaki) Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.” ( Surat Ath Thalaq ayat 2 - 3 )

Hal terpenting dari tulisan ini, ada 2 pesan yang hendak disampaikan :

1. Menghilangkan rasa galau terhadap situasi ekonomi kita, karena kita sudah memahami berada di kelas mana, kalau awalnya kita suka mengamuk karena ekonominya begitu begitu saja. Padahal kelakuan kita dalam setiap harinya, kadang pukul 11.00 sudah ongkang ongkang di rumah dengan alasan dikantor tidak ada kerjaan, akhirnya pimpinan tidak memberi job ke kita bahkan boleh jadi kita dipecat, sementara mereka yang ekonominya berada, kadang dini hari masih ada di kantor, ada di jalan mengais rejeki sampai lupa makan segala

2. Menghilangkan rasa suudzon kepada Allah dan manusia, terkadang dalam kesendirian atau berdiskusi sesama akhli suudzonnya, menggugat dirinya merasa paling alim karena sholatnya rajin, ngajinya okey, puasanya mantap, zakat fitrahnya gak pernah absen, bahkan sudah haji. Tetapi ekonominya kok begine begine aje, sedang tetangganya yang dianggap murtad justru semakin makmur ujung ujungnya suudzon kepada Allah tidak adil dan suudzon kepada manusia pelihara tuyul dan pesugihan.

Mengapa mereka begitu lancar berprasangka buruk kepada Allah dan Manusia? jawabannya karena mereka tidak tahu Kelasnya Rejeki dan tidak tahu kalau urusan Rejeki Bersifat Umum berlaku bagi hambanya yang mukmin maupun kafir.

salam santun kasabullah.

#kedaisufikasabullah #kedaisufi #makrifat #akalsehat #rejeki

3 komentar:

  1. Subhanallah....
    Guruku tercinta...

    Penyampaian yg sungguh luar biasa...
    "Hanya setan saja yang akan menentang" apa yang tlah disampaikan...

    Trimakasih guru atas tambahan ilmunya...

    BalasHapus
  2. Alhamdulillah
    terima kasih guru atas tambahan ilmunya

    BalasHapus
  3. terima kasih GURU atas bimbingan tafakur,agar diri ini dapat memahami kesejatian hidup dan kesejatian diri dalam menghamba.

    BalasHapus