Profil

Senin, 12 Juni 2017

hakekat manusia

PEMILIHAN PARTAI SYETAN

Oleh : R. YUDHISTIRA RIA, M.MPd 
(Pimpinan Pusat/Guru Besar Lembaga Dzikir Kasabullah)

KEMULYAAN manusia sebagai satu satunya makluk ciptaan Allah SWT  di alam fana ini sudah tidak terbantahkan lagi, dari sudut naqli dengan gamblang Allah SWT jelaskan “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya” surah (QS. At-Tin ayat 4). Sedang penalaran melalui hukum aqli tampaknya lebih clear lagi karena sifatnya faktual dan umum, sebut saja saat anak ayam jatuh ke selokan, maka anak ayam itu bisanya cuma bercuap cuap, mondar mandir ke sana ke mari tanpa ada yang bisa  dilakukan. Beda dengan anak manusia saat jatuh di tempat yang sama, dikumpulkannya bebatuan, potongan kayu, kaleng susu, kaleng cat,  pokoknya benda apa saja yang ada dan dilihat di tempat itu diambil, kemudian disusun sedemikian rupa untuk  dijadikan alat bantu memanjat, Subhanallah, Mengapa manusia bisa lakukan itu sedang binatang tidak? Jawabnya, karena Allah SWT memang medesain manusia dengan piranti canggih berupa  akal untuk berpikir.

Kehebatan piranti manusia yang begitu canggihnya semestinya menolak keraguan kita untuk melakukan perbuatan yang tidak mulia, sayangnya analisa semacam itu tidak selamanya benar, sebab dibalik keistimewaan manusia ada prangkat lunak “ chip minal khotoya’”   yang sengaja Allah SWT pasang pada setiap qolbun hambanya, faktor kecil inilah yang menyebabkan manusia anemsia terhadap keunggulan pirantinya sendiri, yang apabila tidak ditunjang dengan iman yang kuat akan tertarik meminjam piranti binatang yang super bodoh, tamak, egois dan tidak punya rasa malu “Dan kalau Kami menghendaki, sesungguhnya Kami tinggikan (derajat)nya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah, maka perumpamaannya seperti anjing jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya dan jika kamu membiarkannya dia mengulurkan lidahnya (juga). Demikian itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Maka ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berfikir(QS. Al A’raf ayat 176)

Sekalipun manusia dianggap sangat rendah kalau sampai meniru sifat binatang, tetapi “mental juara” kemulyaan yang menjadi “trademerknya” tetap efektif mendorong dirinya untuk melebihi keunggulan prestasi binatang yang ditirunya, biasanya binatang saat mencuri makanan hanya secukup yang ia makan di hari itu, sedang manusia dengan keunggulan akalnya malah berpikir mengapa tidak dicuri semua untuk hari esok dan hari hari berikutnya? Binatang saat melakukan kejahatan teramat jujur dengan insting yang dimiliki kalau yang jadi target makanan, dalam praktiknya ya makanan yang di curi, kalau  pasangan yang jadi sasaran maka pasangan yang disasar, binatang tidak pernah berfikir melakukan pengembangan apalagi pengayaan saat melakukan aksi kejahatannya, boleh jadi binatang tidak melakukan begitu  karena tidak dilengkapi akal untuk berpikir mengambil lebih banyak atau binatang itu memang tidak tamak? (tidak usah dipikirkan, biar binatang saja yang tahu)

Beda dengan manusia yang berakal dan disebut paling mulia diantara makhluk yang dihinakan itu, dari rumah berniat mencuri seekor ayam, sesampai di TKP ternyata pemiliknya tertidur pulas dan lupa mengunci pintu rumahnya, apakah manusia peniru sifat binatang itu akan patuh kepada gurunya ikhwal  pelajaran 1 “kalau mencuri harus fokus kepada satu benda yang jadi target” ya bodohlah kalau pelajaran 1 itu diikuti, begitu kira-kira jawaban pencuri itu “ kan di situ ada HP eman-eman, kan di situ  ada setumpuk uang bisa buat foya foya, kan di situ ada perhiasan bisa dijual dengan harga waw, kan di situ ada laptop  biar gak ketinggalan ITE, kan di situ ada kendaraan buat wira wiri, peristiwa itu menunjukkan bahwa kalau manusia sampai meniru sifat binatang, maka bukan sifat tamaknya saja yang diungguli, tetapi sifat kejam dan biadap juga dilampaui.

Bukan kali pertama dan kedua saja kita mendengar berita di media sosial, saat pencuri dan perampok beraksi disamping harta bendanya dikuras istri, anak gadis dan pembantu korban juga diperkosa bahkan tidak sedikit yang diakhiri dengan pembunuhan, Naudzubillahimin dzaliq. Itulah yang dimaksud Allah dalam surat Al Furqon ayat 43 - 44 “Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya. Maka apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya? atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami. Kejahatan manusia yang mensifati binatang bisa jadi sementara waktu yang diadopsi sifatnya tetapi dalam kehidupan yang lain (hari pembalasan) bukan lagi sifatnya melainkan jazatnya,  Katakanlah: "Apakah akan aku beritakan kepadamu tentang orang-orang yang lebih buruk pembalasannya dari (orang-orang fasik) itu disisi Allah, yaitu orang-orang yang dikutuki dan dimurkai Allah, di antara mereka (ada) yang dijadikan kera dan babi dan (orang yang) menyembah thaghut?". Mereka itu lebih buruk tempatnya dan lebih tersesat dari jalan yang lurus (Qs. Al Maidah ayat 60)

Kalau sudah begitu, kadang kita sukanya lempar batu sembunyi tangan dan mengkambing hitamkan pihak lain, Dalam hal kejahatan biasanya yang dikambing hitamkan syetan atau iblis dengan comen “tidak kuat dengan godaan syetan/iblis” Anehnya, yang mendengar pengakuannya justru manggut manggut sebagai tanda setuju. Untung syetan/iblis itu teramat sabarnya tidak pernah protes, unjuk rasa atau mempraperadilkan kita, Seandainya syetan/iblis itu seperti kita yang mudah tersinggung,sensitif dan sok tahu hukum, pasti setiap hari syetan, iblis dan jin ramai ramai turun ke jalan bawa spanduk, bakar ban, merusak fasilitas umum bahkan seluruh penjara sesak oleh manusia akibat tuntutan syetan/iblis, tetapi karena semua bentuk fitnah, penistaan, pelecehan, perbuatan tidak menyenangkan dan hoax dengan syetan/iblis diterima dengan tabah dan sabar akhirnya sejak dicipta hingga sekarang belum pernah mendengar syetan unjuk rasa turun ke jalan.

Sesungguhnya syaitan itu tidak ada kekuasaannya atas orang-orang yang beriman dan bertawakkal kepada Tuhannya. (QS. An Nahl ayat 99)  lalu kenapa kita mengkambinghitamkan setan? sebagai biang kerok dari semua aksi kejahatan manusia, sedang berdasar firman Allah tersebut jelas jelas syetan menyerah kepada manusia yang beriman? Kalau memang begitu adanya, lalu mengapa dalam kesempatan yang lain Allah dan Rosulullah Muhammad SAAW masih berkampanye agar kita berhati-hati terhadap syeta/iblis? Mungkin itu hanya sekedar wujud kasih sayang atas hambanya dan ummatnya disaat ada pilkatan (pemilihan kepala syetan) agar mencoblos partainya syetan  “Sesungguhnya kekuasaannya (syaitan) hanyalah atas orang-orang yang mengambilnya jadi pemimpin dan atas orang-orang yang mempersekutukannya dengan Allah”  (QS. An Nahl ayat 100) Kalau begitu berarti kita sendiri yang menjadikan syetan itu berkuasa dan mengatur kita, bukan syetan/iblis. Menjadi jelaslah kalau Allah menyatakan bahwa dalam bulan Ramadhan, semua syetan/iblis itu dibelenggu, tetapi yang dimaksud dibelenggu di sini bukan berarti Allah minta bantuan Densus 88 dan Satpol menangkap semua syetan/iblis yang berkeliaran di bulan puasa, melainkan karena dengan berpuasanya manusia maka hawa nafsunya bisa terkendali untuk tidak melakukan kejahatan, sehingga syetan/iblis dengan sendirinya tidak punya pekerjaan alias terPHK alias dibelenggu

Dengan begitu berarti cikal bakal runtuhnya kemulyaan manusia dibanding makhluk makhluk lainnya bukan karena binatang memberi inspirasi melakukan kejahatan dan juga bukan karena syetan/iblis telah mengajak kita melakukan kejahatan, melainkan karena diri ini teramat lemahnya merespon Perintah dan Larangan Allah melalui Al Quran serta sulitnya mengakui keteladan Rosulullah Muhammad SAAW  “Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahannam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakan untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Meraka itulah orang-orang yang lalai. (QS. Al A’raf ayat 179) “Dan sesungguhnya Rasul Allah itu menjadi ikutan (tauladan) yang baik untuk kamu dan untuk orang yang mengharapkan menemui Allah di hari kemudian dan yang mengingati Allah sebanyak-banyaknya”. (QS. Al-Ahzab ayat 21)

Seandainya manusia mau bertafakkur sejenak, tentang Al Quran maka pastilah manusia itu akan lebih hebat dari kitab suci Al Quran, kalau beberapa carik kertas putih bersih kemudian ditulis dengan serangkain firman Allah SWT kemudian kita sebut Al quran atau Juzamma, siapa yang berani menginjaknya? Sekarang mengapa diri kita yang menyemayamkan sekian banyak firman Allah pada qolbun dan otak, mereka tidak menghargai kita, bahkan ada yang tega menganiaya dan meludahi? Jawabannya karena kita menyemanyamkan firman Allah pada qolbun dan otak yang kotor sehingga firman Allah yang ditanam tidak terbaca oleh orang lain, seperti halnya kita menulis firman Allah pada selembar kertas koran yang lusuh,kumuh,kotor dan lettek, jangankan dihormati disentuhpun tidak sudi. #makrifat#kedaisufi#tasawwuf#hakekatmanusia

Senin, 05 Juni 2017

Kedai Sufi Kasabullah jilid 28






PERSEKUSI HALUSINASI SORGA

Oleh : R. YUDHISTIRA RIA, M.MPd 
(Pimpinan Pusat/Guru Besar Lembaga Dzikir Kasabullah)


Cak Kasab :
Waduh......waduh...ngeri ngeri, mas aku liat siaran di tipi, anak kecil didatangi orang dewasa ramai-ramai......

Mad Bullah :
Wah alamat bangus tuh...gak biasanya orang dewasa perhatikan pendapat anak kecil.....yang ada justru dilecein...... kok anak ingusan,....anak bau kencur,.....anak kemaren sore......berarti penduduk kampung sine udah mulai maju....cak  


Cak Kasab :
Maju.....maju..... gundulmu itu mas......?

Mad Bullah :
Lhoh .....gimana sampean itu cak, tadi bilang orang dewasa ramai ramai datangi anak kecil, biasanya kalau anak kecil kasi pendapat kan disuruh minggir, sekarang kok malah tertarik untuk ditanggapi........apa itu bukan kemajuan cak?

Cak Kasab :
Masalahnya bukan diapresiasi mas, melainkan anak kecil itu dituding tuding,digebrak gebrak sampai depresi

Mad Bullah : 
Masyaallah......sampean itu kasi berita  hoax atau serius ta, cak?
Cak Kasab :
Ya seriuslah mas, makanya sampean itu jangan putar tasbeh terus biar tahu situasi di lingkungan kita

Mad Bullah :
Ekh, denger ya kupingmu lebar lebar......apa putar tasbeh begini perbuatan jelek?

Cak Kasab :
Ya kurang baiklah mas, karena orang baik itu kata Rosulullah “khoirunnas anfa ahum linnas”  yaitu apa yang dilakuin disamping ada manfaat untuk dirinya juga ada manfaat bagi orang lain, sedang mas cuma dzikir terus terusan itu kan untuk kepentingan mas sendiri, sekali waktu buat sesuatu untuk orang lain gituh?

Mad Bullah :
Astargfirullah...terimakasih cak, atas masukannya...terus gimana ceritanya tentang anak tadi

Cak Kasab :
Gak tahu ya mas, pokoknya anak itu diberitakan diperkusi

Mad Bullah :
Hahaha......perkusi itu alat alat musik cak...... yang dimainkan dengan cara dipukul,dikocok dan digesek kayak beduk,rebana,tamboren,snare bass, bass drum, gong, cymbals, triangle, maracas, piano, timpani dan semacamnya

Cak Kasab :
Ck....ck...ck...sampean itu kyai apa pemain band mas, kok bisa afal dengan alat alat musik....

Mad Bullah :
Lho gimana sampean itu cak..cak, ganteng ganteng gine kan aku guru Seni Budaya di SMA Negeri  

Cak Kasab :
Oh ya sorry....sorry, aku lupa.....pokoknya gine mas, yang aku dengar anak itu diperkusi oleh segerombolan orang dewasa, lalu mengintimidasinya lantaran dia memposting pendapatnya di metsos yang bernada satir kepada pimpinan kelompoknya   

 
Mad Bullah :
Wualah.......cak...cak maksudnya “Persekusi” tah? Kalau itu artinya beda yaitu “suatu tindakan menginstruksikan massa untuk memburu target yang sudah diketahui identitasnya, foto alamat kantor/rumahnya


Cak Kasab:
Yaya betul itu maksudku mas, kalau menurut sampean gimana itu mas?

Mad Bullah :
Menurut aku? Ya gak tahulah....kan aku bukan pemegang kekuasaan, tetapi kalau menurut hukum positif di kampung ini dan menurut hukum agama, jelas tindakan itu melampaui batas,melawan hukum dan salah


Cak Kasab :
Terus salahnya gimana?

Mad Bullah :
Gine...gine...sebelum aku membahas dari perspektif hukum positif dan hukum islam, kita kembali kepada inner beauty personal, kalau memang sudah tahu pelakunya adalah anak-anak kenapa harus didatangi ramai-ramai? Kan bisa saja didatangi sendirian dan temuin orangtuanya agar anaknya diarahkan, dia kan masih tanggungan orangtuanya betul gak?. Model model persekusi kayak gine sekarang malah  ngetrend dan fenomenal lho cak, lihat tuh kasus Ahok yang cuma satu orang hampir sebagian besar penduduk kampung kita ngluruk kesana.....kenapa  yang keberatan kok tidak mendatangi secara gentle (kayak orang madura) kemudian memberi saran dan masukan kepada mereka,  bahwa apa yang dilakukan itu tidak benar, baru ketika yang bersangkutan tidak mau dan “melawan” dilanjutkan ke ranah hukum......kalau sikap itu yang dikembangkan pasti kampung ini gak bakalan ribut ribut terus.

Cak Kasab :
Subhanallah....saya amat setuju mas dengan pendapat sampean. Lalu bagaimana dalam pandangan hukum negara dan agama mas?

Mad Bullah :
Bagi yang memposting dengan tuduhan tertentu dapat diperkarakan berdasar UU ITE Pasal 27 ayat (3) dan KUHP Pasal 310 ayat (1) Barang siapa sengaja menyerang kehormatan atau nama baik seseorang dengan menuduhkan sesuatu hal, yang maksudnya terang supaya hal itu diketahui umum, diancam karena pencemaran dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.
Sedang bagi mereka yang keberatan nama baiknya dihancurkan kalau tidak menggunakan jalur hukum melainkan melakukan tindakan sendiri atau disebut persekusi maka akan dijerat melalui KUHP, seperti pengancaman pasal 368, penganiayaan 351, pengeroyokan 170, dan lain-lain," .

Cak Kasab :
Nah itu kan udah jelas ya mas, tetapi kenapa penduduk kampung ini justru lebih memilih melanggar hukum, kayak hidup di negeri bar bar aja......., terus mas kalau dalam pandangan agama

Mad Bullah :
Em......em...........

Cak Kasab :
Kenapa diam mas?  ayo teruskan.......!

Mad Bullah :
Aku kok jadi malu ya cak menjelaskannya? soalnya yang melakukan itu justru manusia-manusia yang memproklamirkan diri sebagai orang akhli agama, tetapi mengapa kok justru bertentangan dari ruh islam yang rakhmatan lil alamin?  Lalu dalil apa yang dijadikan rujukan? Kalau menggunakan dalil Al Qur’an Surat Asy-Syura ayat 40  yang berbunyi “Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa. Barangsiapa memaafkan dan berbuat baik maka pahalanya atas (tanggungan) Allah. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang zalim.”  Semestinya kalau mereka ingin MEMBALAS DENGAN KEADILAN (1), balas saja via metsos atau dengan yang serupa. Kalau mau MEMBALAS DENGAN KEMULYAAN (2), ya maafkan saja toh dalam ayat itu Allah tetap lebih suka apabila hambanya memilih jalur  memaafkan dengan iming-iming pahalanya luar biasa. Kalau yang dilakukan persekusi berarti mereka lebih memilih MEMBALAS DENGAN CARA YANG ZALIM (3)  padahal Allah sama sekali tidak suka kepada orang orang zalim

Cak Kasab :
Luar biasa pendapat sampean mas..

Mad Bullah :
Huss itu bukan pendapatku tauk, tetapi pendapat Al Qur’an khususnya Surat Asy-Syura ayat 40  yang aku urai maknanya menjadi begitu.......soal sampean berpendapat lain monggo silahkan,karena amal perbuatan itu ditanggung nafsi nafsi bukan ditanggung bos kita, paham. Jadi jangan mimpi sampean itu berbuat gitu nanti bosnya yang nanggung perhatikan ne ayatnya  "Jika kamu berbuat baik, berarti kamu berbuat baik untuk dirimu sendiri. Dan jika kamu berbuat jahat, maka kejahatan itu untuk dirimu sendiri." (QS. Al-Isra:7)
Cak Kasab :
Sampean enak saja bilang gitu, karena sampean guru, kalau aku kan jemaah gimana menolaknya  kalau guruku menyuruh gitu?

Mad Bullah :
Aku sangat memahami tentang ketoatan sampean pada gurumu, oleh karena itu Allah bekali dengan suatu pesan “Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia. Dan sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keuntungan yang besar.” ( Qs. Fushshilat: 34-35)

Cak Kasab :
Mungkin ada contoh yang lebih seru lagi mas...... soal persekusi sehingga aku menjadi lebih yakin dan mantap

Mad Bullah :
Okey....okey boleh.........tetapi ne agak panjang  dikit ya ? soalnya yang  mo djelaskan ini  “kisah” Tentang  keteladanan Rosulullah Muhammad SAAW yang wajib kita toati kalau memang kita mau diakui ummatnya dan golongannya  “di sudut pasar Madinah Al Munawarah ada seorang pengemis tua,buta dari bangsa yahudi, Rosulullah sangat simpati dan empati kepadanya sehingga setiap harinya diberinya makan dengan cara disuapi dan saat disuapi orang itu selaruh berseloroh “Wahai saudaraku, jangan dekati Muhammad, dia itu orang gila, dia itu pembohong, dia itu tukang sihir. Apabila kalian mendekatinya, maka kalian akan di pengaruhinya.” Hebatnya baginda Rosul sekalipun dibuli begitu tidak lantas marah dan berhenti memperhatikan orang itu, tiap pagi tetap didatangi dan disuapi dengan tetap dipesan seperti sebelimnya, padahal seandainya baginda Rosul marah dan berhenti menurut kita manusiawi, lalu lebih sakit mana dibuli lewat metsos dengan secara langsung? Itulah akhlak penghulu kita.

Singkat cerita kegiatan Rasulullah SAAW tersebut dilakukan hingga wafat, sepeninggal beliau pengemis tua itu tidak ada lagi yang sudi membawakan makanan dan menyuapinya.

Atas tawaran Aisyah kepada Abu Bakar ra bahwa “Setiap pagi, Rasulullah SAW selalu pergi ke ujung pasar membawakan makanan untuk seorang pengemis Yahudi buta yang ada di sana“ akhirnya tugas itu digantikanya oleh Abu Bakar, begitu makanan itu disuapkan sontan saja pengemis itu marah sambil berteriak: “Siapa kamu!” Abu Bakar menjawab: “Aku orang yang biasa“. “Bukan! Engkau bukan orang yang biasa mendatangiku.” sahut pengemis buta itu.“Aku memang bukan yang biasa datang kepadamu, Aku sahabatnya lanjut abu bakar. Orang yang mulia itu sekarang telah tiada. Ia adalah Muhammad, Rasulullah saw. yang sering anda maki dan fitnah”  “Benarkah demikian?”, saut  pengemis, spontan kepalanya tertunduk air matanya terus berlinang “Selama ini aku selalu menghinanya dan memfitnahnya”, Tetapi ia tidak pernah marah kepadaku, sedikitpun!”tandas pengemis itu “Ia selalu mendatangiku, sambil menyuapiku dengan cara yang sangat lemah lembut”  menahan kesedihan sambil berteriak teriak, “Ia begitu mulia !Ia begitu mulia…!” tiba-tiba  kepalanya didongakkan ke langit biru. Kedua tangannya dibuka lebar layaknya berdoa kemudian kembali duduk simpuh seraya  bersyahadat dihadapan Abu Bakar. Jadilah pengemis itu seorang muslim yang berserah diri kepada Allah SWT.

Mad Bullah :
Subahanallah......subhanallah.....luar biasa keteladanan beliau.....lalu masih bisakah kita berharap surga kalau yang  dilakukan tidak sesuai dengan apa yang ditauladankan Rosulullah Muhammad SAAW?

Mad Bullah :
Bisa.....asal dalam halusinasimu saja......

Mad Bullah :
???

Rabu, 31 Mei 2017


“ TERORIS BUKAN UMMAT MUHAMMAD “
Oleh : R. YUDHISTIRA RIA, M.MPd 
(Pimpinan Pusat/Guru Besar Lembaga Dzikir Kasabullah)


SETIAP peristiwa pasti ada riwayatnya, begitu juga dengan rangkaian insiden bom yang terjadi di Indonesia, terakhir bom meledak di Terminal Kampung Melayu Jakarta Timur (Rabu malam. 24/5/2017), yang menyebabkan 3 aparat Kepolisian Republik Indonesia gugur saat melaksanakan tugas, serta beberapa orang warga sipil terluka, disamping 2 orang yang diduga pelaku bom bunuh diri juga tewas seketika.
Bom yang disalahgunakan sebagai alat sabotase oleh sekelompok orang yang tidak bertanggungjawab, bagi bangsa Indonesia sudah tidak asing lagi, setidaknya sejak tahun 1978 kerap terjadi, sekalipun bom yang digunakan saat itu bersifat tradisional dan konvesional yaitu molotof, konon insiden itu dimaksudkan sebagai bentuk protes dari sekelompok pemuda dan mahasiswa terhadap kebijakan pemerintah. Sejak insiden tersebut seakan menjadi lampu hijau, bagi insiden berikutnya bahwa bom sebagai satu satunya alat yang efektif dalam melakukan sabotase berdampak mencekam dan rasa takut yang luar biasa.
Peristiwa demi peristiwa terus terjadi dengan alasan yang sulit dipahami dengan keluhuran naluri apalagi nurani, riwayatpun setia mendampingi sebagai saksi bahwa mereka tidak pernah berhenti dan terus berinovasi dari bom molotof berganti TNT, bom buku, bom mobil, bom bunuh diri dan terakhir bom panci (hehe kita berharap aparat tidak melarang orang jual panci,kasian ibu-ibu yang mau masak)
Semula kita gamang bilamana mereka melakukan sabotase yang sekarang pelakunya disebut “teroris” karena alasan yang bersifat duniawi, soal perlakuan pemerintah yang dinilai oleh bangsanya tidak adil, satunya lagi melakukan teror bom dengan alasan persaingan bisnis dan sebagian lagi dengan tega-teganya menyebut itu sebagai rekayasa intelejen. Yang tidak habis pikir mengapa para teroris itu dengan bangga dan nyamannya menyebut sebagai bentuk dari Jihad, siapa sesungguhnya orang yang paling bertanggungjawab atas doktrinasi sehingga para teroris menyakini betul bahwa yang dilakukan itu untuk meraup pahala yang bernilai tinggi dan mendapat porsi exlusif di sorga?
Dikatakan membela islam, justru sebaliknya islam bukan semakin populer dan digandrungi oleh penduduk non muslim dan para atheis, malah di mata internasional islam semakin terpuruk, diantaranya diidentikkan dengan teroris, islam yang punya jargon rakhmatan lilalamin dianggap pepesan kosong, islam dipahami sebagai satu satunya agama yang paling intoleran kondisi semacam itu bukan terbentuk secara natural, melainkan dipaksa membentuk “islamu pobia” oleh para teroris itu sendiri dengan cara gencarnya menebar aksi kekerasan teror bom di berbagai belahan dunia.
Benarkah para teroris telah memberi andil yang besar bagi semakin terpuruknya islam? untuk menjelaskan bab teroris ayo sementara, dengan tidak mengurangi rasa hormat kepada guru kita,kyai kita,ustat kita ayo kita tinggalkan sejenak dan kita berguru kepada Al Quran dan hadits, mengingat di abad melenium ini sulit mencari ulama yang sebenarnya. Kalau ulama itu pangkat dari Allah pasti benarnya karena ulama adalah pewaris para ambiya’, tetapi kalau pangkat ulama itu dari sebutan manusia, maka menjadi sulit mengukurnya misalnya kita bentuk perkumpulan ulama maka yang menjadi anggotanya mau tidak mau jadi ulamanya juga, ya kan?, Apa di Indonesia tidak ada ulamanya, sehingga harus ditinggalkan?
Bukan begitu di Indonesia justru gudangnya ulama dibanding negara lainnya, beliau tersebar di antero kampung kampung nusantara. Kok tidak disebut? justru kalau disebut, nanti yang tidak disebut malah marah......aneh kan? masa ada ulama marah? Mendingan tidak disebut saja agar mereka yang mengaku ngaku ulama tetap bangga dengan jabatan yang tidak sepantasnya disandang, lagian arahan meninggalkan beliau kan sematas memurnikan tafakkur kita disaat mengurai dalil dalam tulisan ini saja, setelah itu ya kita kembali lagi mentoati guru kita,kyai kita dan ustat kita sebagai wujud kewajiban murid dan santri .
Siapa manusia yang paling benar dalam menafsir Al Quran? Tentu jawabannya Rosulullah Muhammad SAAW, mengapa? Karena beliau penerima wahyu langsung dari dari Allah SWT melalui malaikat Jibril serta beliau sempat bertemu langsung dengan Allah SWT saat Isra’ Mi’raj sehingga paham betul apa yang dimaui Allah, sedang yang lain bagaimana, apa tidak bisa dipercaya? Ya bisalah asal yang lain itu ulama dan kita juga pemegang kebenaran kalau berguru kepada ulama itu atau kita berguru kepada gurunya yang berguru kepada ulama. Kalau begitu sulit mencari ulama? Tidak juga, justru teramat gampangnya ciri-cinya tidak suka popularitas,santun dalam berucap,mudah memaklumi kelemahan orang lain, merangkul semua semua umat dan tidak pernah menggalang kebencian sebab beliau bermaqom kepada Rakhman Rakhim Allah.
Penganut Agama islam mau tidak mau tercatat sebagai ummat Muhammad SAAW, sedang Nabi Muhammad sendiri Allah percaya sebagai satu satunya manusia yang mampu mengemban amanat Allah SWT, apa amanat Allah kepada Nabi Muhammad SAAW? Dan tidaklah Kami mengutus kamu melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam. (QS. Al-Anbiyaa’ : 107), Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada ummat manusia seluruhnya, sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. (QS. Saba’ 28). Berdasarkan 2 dalil tersebut sudah cukup untuk mengarahkan kita bagaimana semestinya kita membawa diri utamanya menjaga perdamaian di muka bumi ini, kalau Nabi Muhammad “disuruh” menjadi rakmat bagi semesta alam dan pesan itu bukan hanya bagi ummat islam saja melainkan seluruh manusia (di luar islam)
Dengan begitu menjadi wajiblah bagi kita untuk mewarisi keteladanan Rosulullah atas pesan Allah dimaksud, kalau tidak mau berarti kita bukan umatnya Rosulullah Muhammad SAAW itu pasti, karena mengganggap dirinya lebih hebat dari Rosulullah dan merasa beliau sangat lemah yang membiarkan orang di luar islam tetap hidup. Jadi kalau ada guru, kyai dan ustat yang tidak mengajari kedamaian, mengayomi yang lemah, memberi rasa aman dan bisanya hanya menebar kebencian dan permusuhan, maka jangan diikuti karena beliau beliau bukan ulama atau gurunya tidak berguru kepada ulama
Sedang bagi saudara saudara kita yang “terlanjur” melakukan kesalahan dengan membuat kerusakan atau teroris lantaran terlalu takdim kepada gurunya yang bukan ulama atau tidak berguru kepada ulama, maka berhentilah dengan memahami peringatan Allah kepada saudara, sebab setiap amal baik dan buruk tetap ditanggung diri kita masing masing “Barangsiapa yang berbuat sesuai dengan hidayah (ALLAH), maka sesungguhnya dia berbuat itu untuk (keselamatan) dirinya sendiri, dan barangsiapa yang sesat maka sesungguhnya dia tersesat bagi (kerugian) dirinya sendiri. Dan seorang yang berdosa tidak dapat memikul dosa orang lain, dan Kami tidak akan meng'azab sebelum Kami mengutus seorang Rasul” ( Qs. Al Israa' 15 )
Kalaupun aksi teror itu dianggap jalan jalan jihadfillah perhatikan firman Allah dalam Al Quran surat Al Maidah 32 “Barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan dimuka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya” maksudnya apakah korban korban dari aksi pengeboman seperti yang terjadi di Terminal Kampung Melayu Jakarta Timur seperti 3 orang polisi yang gugur itu memang benar orangnya,? Kalau tidak, berarti tindakan itu sudah melampaui batas dan Allah tidak mengamini hamba-hambanya yang melampaui batas
.
Dengan mengucapkan bismillahirakhmanirrakhim ayo kita mulai menebarkan kasih dan sayang sebagai alat peraga af’al Allah Yang Maha Pengasih lagi Penyayang, kita jaga persatuan dan kesatuan dan keutuhan NKRI agar Indonesia menjadi satu satunya negara di alam fana ini yang dirakhmati “ baldzatun thoyyibatun wa ghoffurrofun” #kedaisufi #NKRI#tasawwuf #Kasabullah

Kamis, 25 Mei 2017

Kedai Sufi Kasabullah jilid 27






ALLAH GAK BUTUH PAHALA PUASA KITA  
Oleh : R. YUDHISTIRA RIA, M.MPd 
(Pimpinan Pusat/Guru Besar Lembaga Dzikir Kasabullah)


Cak Kasab :
Tanpa terasa, kita udah mo ketemu puasa lagi ya mas......?

Mad Bullah :
Ya bener cak....... sama dengan tidak terasanya sampean,  merasakan manfaat dari puasa yang kita kerjakan sejak dulu hingga sekarang

Cak Kasab :
Lho kok bisa mas, pahala puasa kan  memang untuk Allah, jadi kita jangan mengharap yang  lain lain dong......  ne haditsnya “Setiap amalan manusia adalah untuknya kecuali puasa, sebab ia hanyalah untukku dan Akulah yang akan memberikan ganjaran padanya secara langsung ”. (HR Bukhari dalam Shahihnya: 7/226 dari hadis Abu Hurairah radhiyallahu’anhu).

Mad Bullah :
Ya saya juga udah tahu cak, hehe.......kalau sampean ngeluarin dalil untuk memperkuat pendapatnya, saya juga mau ngeluarin firman Allah agar sampean gak mengira ini Cuma pendapat pribadi  “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (Qs. Al Baqoroh 183)

Cak Kasab :
Kok gak nyambung mas, tadi aku jelaskan bahwa Allah butuh pahala puasa kita, sementara mas menjawab gitu, maksudnya gimana?

Mad Bullah : 
Maksudnya biar sampean paham bahwa “la allakum tattaqun” (agar kamu bertakwa) itu bukan lagi menjadi kebutuhan Allah, melainkan Allah hanya sekedar  memberi konsep bagaimana caranya sampean dapat  memenuhi kebutuhan akan ketaqwaan kepada Allah dengan baik
Cak Kasab :
Tapi mas yang dawuh kalau “ibadah puasa itu untukku” kan Allah SWT sendiri

Mad Bullah :
ya jelaslah, emang Allah yang bilang gitu. Tapi ingat Firman Allah dalam Al Quran tidak ada satupun ayat yang bersebrangan apalagi bertentangan satu dengan yang lainnya

Cak Kasab :
Maksudnya gimana itu mas?

Mad Bullah :
Begini cak dalam salah satu firman Allah mengatakan  “Hai manusiakamulah yang membutuhkan  Allah  dan Allah Dialah Yang Maha Kaya (tidak membutuhkan sesuatu dari kita) lagi Maha Terpuji.

Cak Kasab :
Bentar...bentar...mas kalau begitu berarti hadits itu bertentangan dengan firman Allah, begitu ya mas

Mad Bullah :
Huus......sama sekali tidak, cuma sampean saja cak yang mengimplementasikan “untukku” terlalu sempit, akhirnya kalimat “untukku” dikira Allah yang butuh, padahal untukku bisa saja berarti tujuan,arah atau sasaran

Cak Kasab :
Ya sama saja mas, apa bedanya?

Mad Bullah :
jelas beda dong, kalau ibadah lainnya bersifat umum dan terbuka serta masih terbesit dalam hati sekalipun teramat samar dari adanya unsur-unsur penyertaan hawa nafsu dirinya untuk menjadi riya’ diantaranya nafsu ingin dipuji dan mendapat pengakuan dari masyarakat, saat berjuang ingin disebut pahlawan, saat memberi ingin disebut dermawan, saat  mengajar ingin disebut guru/kyai, saat bertabliq ingin disebut mubaliq saat rajin ibadah ingin disebut alim

Cak Kasab :
kalau ibadah puasa emangnya gak bisa punya pikiran nakal kayak gitu, ya mas?
  
Mad Bullah :
Saya gak mau jawab, nanti sampean jawab sendiri sajalah, setelah mendapat penjelasan, mengapa ibadah puasa itu menjadi sangat istimewa :  1. Puasa itu menjadi satu satunya ibadah yang amat rahasia,karena nawaituh bathin hanya dirinya dan Allah saja yang tahu 2. karena yang mengerjakan ibadah puasa sudah mengikhlaskan diri untuk  meninggalkan berbagai kesenangan utamanya kesenangan syahwat.



Cak Kasab:
Hehe sorry mas belum bisa jawab, soalnya belum jelas dilanjut.......

Mad Bullah :
Oke.... yang dimaksud ibadah puasa itu untukku, manusia yang beriman diarahkan agar dalam melakukan ibadah puasa semata-mata hanya tertuju kepada lillahitaala, tidak ada penyertaan kesenangan dirinya dalam melakukan ibadah yang dilakukan, seperti ibadah ihram misalnya, memang Allah   memerintahkan untuk meninggalkan persetubuhan  (berhubungan badan dengan istrinya) dan menjauhi segala bentuk harum-haruman, tetapi untuk melakukan bentuk kesenangan lainnya masih bisa kan?. Sebagaimana juga ibadah shalat yang tidak diperbolehkan makan dan minum, namun itupun kan bersifat sementara tidak kurang dari 10 menit, bahka boleh jadi seandainya makanan sudah disajikan kita bisa menunda waktu sholatnya, untuk menyantap makanan terlebih dahulu kayak saat berbuka puasa misalnya. Apakah yang sedemian itu terjadi pada ibadah puasa? Tidak kan.......itu yang dimaksud ibadah puasa untukku, semua kebutuhan dan kesenangan pelakunya diabaikan demi pengabdian kepada Allah SWT  


Cak Kasab :
Sekarang aku baru bisa jawab mas, ternyata pelaku ibadah puasa emang tidak bisa berpikiran nakal atau disejajarkan dengan ibadah lainnya, yang di dalamnya masih berpeluang mengharap  pujian dari sesama manusia, misalnya pura pura semaput ditengah orang banyak biar puasanya dianggap hebat. Kalau ibadah sholat atau mengaji kan masih bisa cari peluang riya’ misalnya saat ke masjid  atau suaranya dimerdukan dan dikeraskan, begitu juga dengan bersodeqoh atau berinfaq masih menunggu orang lain melihat biar disebut dermawan, satunya lagi menyebut Hamba Allah biar orang lain penasaran dan mencari tahu siapa sebenarnya hamba Allah itu,  termasuk yang bakal  mendapat predikat mabrur atau ibadah haji. juga tidak terlepas dari adanya unsur sir riya’ dari ketokohan di kampungnya.  

Mad Bullah :
Luar biasa......ternyata sampean jelek-jelek begitu juga pinter berdakwah....kwakak kak...

Cak Kasab :
Ngeyek ya.........?, soal ibadah itu jangan diliat dari casingnya mas,  tetapi perhatikan dari amaliyahnya sehari-hari, bisa jadi orang itu berpenampilan islami pakai sarung, baju koko, kuplukan, pakai hijab cara bicarabya selalu nyaranin orang lain untuk bersabar, bertawakkal dan menjaga tali silaturakhmi ternyata musuhnya bertebaran di mana-mana.

Mad Bullah :
Subhanallah, benar cak...apa yang sampean jelaskan itu justru orang-orang yang punya tabiat kayak gitu sekarang lagi mewabah di negeri ini, orang begitu gampangnya membid’ah bid’ahkan, mengkafir kafirkan bahkan dengan leluasanya mereka mengajak orang lain untuk membenci bersama-sama terhadap seseorang yang sebenarnya dirinya sendiri yang membencinya, hingga akhirnya yang diajak menjadi merasa sangat hebat apabila  merusak fasilitas umum dengan teriakan “Allah Akbar”

Cak Kasab :
Oh ya mas, adakah gambaran lain yang lebih masuk akal soal “ibadah yang lain untukmu (selain dirinya) sedang puasa itu untukku”

Mad Bullah :
Wualah cak...cak belum kering bibirku memuji kepintaran sampean, malah sampean tetep aja oon..., gini-gini kalau ada orang jatuh, lalu sampean tolong siapa yang untung, yang jatuh kan?. Ada orang kelaparan,sampean kasih makan,siapa yang untung,yang kelaparan kan? Orang pinjam uang,lalu sampean beri pinjam siapa yang untung, dia yang meminjam kan? Sekalipun semuanya itu sampean sendiri yang melakukan..

Cak Kasab :
Stop...stop..... gak usah dilanjutin dengan contoh yang lain, aku dah ngerti maksudnya...entar bisa seharian sampean beri contoh....maksudku itu yang untukku sendiri mana?

Mad Bullah :
Hahaha.......untuk sampean? Em...mm....untuk sampean?.....untuk sampean apa ya...? oh ya ada....sampean kan sekarang sakit kencing manis........jadi kalau sampean mencegah atau puasa tidak konsumsi gula...yang untung siapa? sampaian sendiri kan bisa mencapai kesembuhan.......sedang penjual gula pasti rugilah karena sampean udah gak beli gula lagi..... penjual makanan manis-manis juga gitu gak bakalan diuntungkan.......jadi itu untungnya sampean kalau ngelakuin puasa gak konsumsi gula....... sedang bagi orang lain gak da gunanya cak.  

Cak Kasab :
???


Minggu, 30 April 2017

Kedai Sufi Kasabullah jilid 26


Kedai Sufi Kasabullah jilid 26

“   R.E.K.E.N.I.N.G   B.A.N.K  
Oleh : R. YUDHISTIRA RIA, M.MPd 
(Pimpinan Pusat/Guru Besar Lembaga Dzikir Kasabullah)

Cak Kasab :
Hoooooooooh.........

Mad Bullah :
dari mana cak kok lemes gitu ?

Cak Kasab :
Ini baru pulang dari Bank, bayar SPP ne, tole......  

Mad Bullah : 
wah kemajuan banget sampean cak.....bayar SPP aja pakai Rekening Bank

Cak Kasab :
Kemajuan apanya mas, justru ini awal dari kebangkrutanku........

Mad Bullah : 
Lo...lo...  kok bisa ngomong gitu sampean cak.....?
Cak Kasab :
Awakmu iku mas......, orang setengah pinter apa setengah bodoh sich? Gimana bisa bilang kemajuan...Banknya aja adanya di kota, pakai transpot lagi, buka Rekening juga pakai uang....pikir dong ini ekonomi pro rakyat apa pro perBankan sich? Apalagi kalau udah ingat Rekening listrik.... tambah sebel aku,  naiknya gak ketulungan..mas.


Mad Bullah : 
Ha...ha...bener-bener, ternyata sampean itu gak bodoh-bodoh amat cak

Cak Kasab :
He...he....jelek-jelek begini lulusan sarjana ekonomi lho mas....hehe tapi anakku, ...La ya, maksudnya lurah kita itu apa?  kok semuanya dibayar melalui Rekening Bank


Mad Bullah : 
Kalau maksud hati pak Lurah yang paling dalam saya gak tahu..., yang tahu itu pak lurahe sendiri,..... tetapi setahu saya, Pak Lurah bikin kebijakan kayak gitu untuk menekan jumlah koruptor

Cak Kasab :
Bentar...bentar....jumlah koruptor dengan jumlah penduduk yang gak koruptor itu lebih banyak mana...?  masa cuma gara gara itu kita  dijadikan pelengkap penderita?  sampean tahu gak kalau ke Bank tuh pakai ngantri panjang....sedang di sawah banyak garapan, jangan jangan dibalik kebijakan ne antara pak lurah dengan perBankan ada udang di balik udang, bisa-bisa yang makmur cuma parBankannya saja..mas

Mad Bullah : 
Huus......sampean gak boleh ngomong kayak gitu cak, itu namanya Suudzon, sebagai orang islam sampean harus hati hati mana perbuatan yang Allah perintahkan dan mana yang gak, Pastinya berprasangka buruk itu dilarang “Dan orang-orang yang mengganggu dan menyakiti orang-orang mukmin lelaki dan perempuan yang beriman, dengan perkataan atau perbuatan yang tidak tepat atau sesuatu kesalahan yang tidak dilakukannya, maka sesungguhnya mereka telah memikul kesalahan menuduh secara dusta dan berbuat dosa yang amat nyata.”
(QS. Al-Ahzab, Ayat 58)
  
Cak Kasab :
Gimana aku gak ngomong gitu mas, aku kan pelaku langsung tentunya rugi dan ribetnya tahu, apalagi sampean juga tahu kalau penduduk kampung sini banyak yang buta huruf, mereka pada minta tolong didampingi pemuda sing iso baca tulis, apa itu gak kasi uang rokok  mas? belum lagi transport  2 orang, belum lagi ngantrinya lama banget kerjaan malah kleleran kondisi kayak gitu bukan satu kali lho mas tapi tiap bulan

Mad Bullah : 
ya katakan sampean bilang pembayaran lewat Rekening itu wes elek kabeh, tapi Allah kan berpesan  “ binikmati robbika fahaddits “ sebaiknya kita bercerita dari sisi baiknya saja.

Cak Kasab :
lah iya baiknya dimana, mas ?
  
Mad Bullah : 
Haha....sampean pernah lihat berita di TV ada tim sukses dari salah satu kandidat yang bagi bagi uang saat kampanye ternyata uangnya palsu, begitu juga para koruptor kadang mengeluh karena diantara segebok uang yang diterima diselipi uang palsu. Jadi kalau sekarang Pak Lurah buat aturan setiap transaksi keuangan harus melalui transfer Rekening Bank, mereka kan gak bakalan ketipu lagi, masa Bank mau terima uang palsu?


Cak Kasab :
Busyet sampean mas....mas, yang dengerin udah serius malah dibuat guyonan , aku ne serius mas.....maksudku gine mas,  kyai ngajiku dulu bilang Bank itu haram



Mad Bullah : 
oke...oke... tetapi sampean sendiri, juga paham  kan bahwa tidak semuanya ulama itu bersepakat mengharamkan Bank

Cak Kasab :
Gak...gak...aku gak pernah dengar itu, soalnya aku ngajinya ke Kyai kampung yang tawaddu banget, saking tawadduknya gak punya harta sama sekali....


Mad Bullah : 
Pantesan.......apanya yang mau disimpan di Bank,cak?

Cak Kasab :
Bukan gitu mas, kyaiku tuh orangnya alim banget tawadduk, gak mau cawe cawe politik, bahkan beliau bilang gine   “ le awakmu menangi jaman uwedan se uwedan-uwedannya, semestinya ulama tuh didatangi pejabat untuk dimintai pendapatnya atas kebijakan dan keputusan yang akan disebar ke rakyatnya,  sekarang kok malah aneh kyai iku gak merasa mulia dan bangga kalau gak sampe nginjakkan kakinya di istana dan kantor-kantor elit pemerintahan.... wes.... wes.... dadi opo bangsa ini bubrah bubrah bubrah.

Mad Bullah : 
Subhanallah sungguh mulia akhlak kyai sampean itu cak....Cuma sayang?

Cak Kasab :
Sayang di mana mas?

Mad Bullah : 
Sayangnya di sampean itu cak......santri kok beda jauh dengan kyainya? Kyainya gak mau uang malah sampean cuma dengan uang 50 ribu perak, udah sampai kemana-mana dampingin pengunjuk rasa.......

Cak Kasab :
Tetapi aku kan bukan kyai mas?

Mad Bullah : 
Justru itu aku menyayangkan......., kalau sampean sampe jadi kyai tambah celaka cak, bisa bisa semua kantor didatangi tuk cari popularitas dan keuantungan, semestinya sampean itu  sebagai santrinya yang mentoati kyainya, wajib menjaga dan mengawal keluhuran akhlak kyainya?

Cak Kasab :
Astargfirullah hal adzim, aku benar-benar hilaf mas...aku mo tobat, lalu bagaimana soal Bank kata kyaiku itu mas?

Mad Bullah : 
Lo....lo....itu bukan kata kyai sampean cak...... melainkan kata Allah SWT:
وَأَحَلَّ اللهُ الْبَيْعَ وَحَرَّمَ الرِّبَا
............................Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. (QS al-Baqarah 275).

Cak Kasab :
Jelasnya seperti apa itu mas......

Mad Bullah : 
Bank yang bergerak dibidang keuangan dan memberlakukan bunga (keuntungan) dalam hukum islam dikatagorikan riba, sedang riba itu sendiri hukumnya haram berskala dosa besar dikarenakan dapat menyebabkan kesengsaraan yang luar biasa bagi kaum dhuafa, menzalimi orang miskin bahkan membuka peluang emas bagi orang kaya mengeruk keuntungan dengan memanfaatkan orang miskin sebagai pangsa pasar, kondisi semacam itu kalau dibiarkan akan menutup peluang sedekah, mematikan rasa simpati dan empati kepada sesama manusia utamanya dalam urusan ekonomi.
Akan tetapi kalau Bank itu hanya bergerak di bidang jasa seperti jasa penyimpanan uang agar selamat dari pencurian, jasa Transfer uang untuk memudahkan transaksi keuangan dalam jarak tertentu, Jasa pengambilan simpanan melalui ATM atau untuk memudahkan kerjasama antar negara,  karena negara lain semua menggunakan Bank tidak masalah, sekalipun Bank membebani biaya-biaya. Toh semua untuk biaya operasional personal atas keuangan yang dikelola oleh Bank seperti biaya pengiman,biaya penyimpanan dll.

Cak Kasab :
Kalau hukum islam memang tidak menghalalkan Bank, lalu dikemanakan bunga Ongkos Naik Haji (ONH) yang jumlahnya milyaran itu, dan sudah berlangsung bertahun-tahun mas?

Mad Bullah : 
Ya ...dibuang ta cak, masa orang islam mo makan hasil riba.......

Cak Kasab :