PENGAKUAN BIANG KEROK MALAPETAKA
Oleh : R. YUDHISTIRA RIA, M.MPd (Pimpinan Pusat/Guru Besar Lembaga Dzikir Kasabullah)
Diantara sekian banyak kegiatan manusia sebagai makhluk sosial, issu agama menjadi suatu hal yang tidak pernah mengenal istilah “ the end ” hampir di setiap saatnya kita dibuat terperanjat, miris, tegang dan ketakutan oleh mereka yang memproklamirkan diri sebagai manusia yang paling dekat dengan Allah.
Padahal di muka bumi ini tidak ada satupun manusia yang lebih dekat selain Rosulullah Muhammad SAAW, karena beliau dapat bertatap muka langsung dengan Allah saat isra’ mi’raj sedang rosul dan nabi lainmya melalui wasilah para malaikat, Hebatnya walau beliau teramat dekat dengan Allah tetapi sosoknya tetap arif dan bijaksana dalam bersiar, tidak ada satupun yang mengaku ditekan apalagi ditakut-takuti.
Cak Kasab :
Mas ini cuma dialog dari hati ke hati, “apakah sampean hidup di kampung ini udah merasakan kenyamanannya? Lantaran tetangga kita semua islam
Mad Bullah :
Ya kalau sampean mengajak aku dari hati ke hati, aku juga mo ngajak sampean dari akal ke akal.....
Cak Kasab :
lho kok gitu mas........ ?
Mad Bullah :
ya gak papa kan? Setiap orang kan punya kebebasan menafsir sesuai kadarnya.....coba sampean gunakan akalnya, posisi hati yang sampean maksud itu ada dimana? amat sangat dekat dengan tempat kotoran dan syahwat, bukan? jadi pantaslah kalau maunya hati itu yang keji-keji, kotor-kotor, ngeres-ngeres, dengki-dengki........
Cak Kasab :
stop....stop....ntar kalau disebutin semua bakal habis ne waktu....
Mad Bullah
La iya....? aku kan cuman jelasin bukan nyalahin, tuh bukti kalau sampean cara berpikirnya pakai hati...belum apa-apa sewotnya udah jalan.....entar ngajak orang lain untuk benci bersama-sama kepadaku, tuh namanya dajjal.....jadi gak usah nunggu lama-lama kapan dajjal itu datang? udah datang kok cuma saat sampai di kampung kita namanya diganti jadi provokator.....makanya biar sampean gak jadi dajjal dengerin dan tafakkurin dulu, baru sharing....... lagian apa gunanya juga sich ngomongin kejelekan orang lain, seandainya itu benar namanya ghibah dan seandainya yang sampean omongin itu salah namanya fitnah
Cak Kasab :
Iki sing edan sampean opo siro mas?
Mad Bullah :
Ya....gak ada yang gilalah.........cuman human eror aja, sampean itu sukanya bentar-bentar pakai hati nurani, padahal hati itu sukanya nakal, bukti kalau hati itu nakal.....mau lakuin apa-apa pasti selalu dipesan “hati-hati”
Cak Kasab :
Kalau soal itu sama aja dengan akal mas, kalau mau lakuin apa-apa juga dipesan “gunakan akalmu”
Mad Bullah :
Ya gak sama dong...... antara diperintah dengan diperingati? Kalau diperintah sifatnya baik apabila sampe dikerjakan ada upahnya, sedang diperingati itu pertanda tidak baik kalau sampai dikerjakan ada sanksinya.......
Cak Kasab :
Contohnya kayak apa?
Mad Bullah :
Contohnya? ya kayak sampean itu cak....., cuman sayangnya sampean gak merasa, sehingga orang lain terus jadi sasaran kesalahan
Cak Kasab :
Lalu aku yang bener harus gimana mas?
Mad Bullah :
Yang bener sampean itu jangan mencari pengakuan dengan menyalahkan orang lain, titik
Cak Kasab :
Maksudnya gimana mas?
Mad Bullah :
Ya kalau sampean mau berbuat baik, berbuat baik saja gak usah sambil nyalain orang lain. Apalagi memprovokasi orang lain untuk ikutan nyalain.....itu sungguh contoh pribadi yang buruk.
Sampean mengerti tidak, mengapa kampung ini gak pernah damai dan aman? Ya karena sebagian penduduknya haus akan pengakuan, sehingga setiap apa saja yang dikerjakan bukan menjadi tujuan sebenarnya, melainkan berkampanye bagaimana dirinya sendiri agar diakui oleh masyarakat luas sebagai sosok yang kontroversi dan fenomenal
Jadi sampean tidak usah heran apabila ada beberapa sosok yang selalu mengumpulkan orang banyak kemudian mendoktrinnya dengan informasi yang tidak berimbang dengan menyebut bahwa tokoh ini dan tokoh itu mengajari kebid’ahan, kesesatan bahkan sesama muslimnya tega-teganya mengkafir-kafirkan, sampai yang mendengarkan tersulut emosinya kemudian ramai-ramai eksodus meninggalkan gurunya yang tulus, meninggalkam pondoknya yang teduh bahkan ada yang rela meninggalkan kebiasaan-kebiasaan religius orangtuanya karena dianggapnya klenik dan lebih memilih menjadi pengikutnya karena diyakini punya banyak tiket ke surga.
Semestinya soal agama kita tidak perlu terus menerus mempermasalahkan apabila kita mau memahaminya, karena semua itu urusan hidayah Allah, katakan untuk urusan Tauhid biarlah Allah dan yang bersangkutan menyelesaikannya, Urusan Fiqih percayakan kepada siapa saja yang mereka angkat sebagai pembimbingnya sedang untuk urusan Tasawwuf biarlah mereka mencari jalannya sendiri untuk mentoriqoti para ambiya wal mursalin. Beres kan?
Cak Kasab :
Bener juga ya mas, kalau kita gak perlu pengakuan buat apa ngumpulin orang banyak, kayak kita liat orang jatuh di jalan, kalau kita orang baik kan biasanya langsung menolong agar jiwanya segera terselamatkan, bukan malah teriak-teriak agar orang lain bisa menyaksikan kalau dia terjatuh, buat apa juga? Malah bikin ribet yang mau evakuasi korban. Lalu gimana dengan soal hati yang katanya mas berdekatan dengan tempat kotoran dan syahwat itu?
Mad Bullah :
Lho....lho....lho jangan bilang itu kataku....entar bisa-bisa aku kena sanksi kejahatan cyber, maksudku begini cak........ hati itu kan ngurusin keimanan sedang akal itu ngurusin ilmu kemudian Allah itu kan ada di atas begitu juga otak (akal) tempatnya sangat jauh dari isi perut dan syahwat, sedang hati ada di bawahnya berdekatan dengan seisi perut dan syahwat,
jadi secara geografisnya kalau Allah ada di atas. Ayo lebih dekat mana antara otak dengan hati? Itu artinya otak mempunyai tingkat relatif lebih dekat mendapat petunjuk dari nuruh tuhan dibanding dengan hati, Entah karena aku sukanya ngotak-ngatik dan mengkait-kaitkan atau memang menjadi rahasia Allah, sebagaimana Allah menjelaskan dalam surat Mujadalah ayat 11, kalau orang berilmu itu lebih tinggi beberapa derajat dibanding orang beriman
Cak Kasab :
Berarti hati itu gak perlu diturutin ya mas?
Mad Bullah :
Ya perlulah kalau hati sampean sakit liver
Cak Kasab :
???
Subhanlloh
BalasHapusRobbi zidni ‘ilma warzuqni fahma , Amin Bismillah,Terimakasih Guru
BalasHapus