Profil

Sabtu, 21 Januari 2017

Kedai Sufi Kasabullah jilid 20




FATWA ULAMA JANGAN KOTOR DAN DIKOTORI
Oleh : R. YUDHISTIRA RIA, M.MPd 
(Pimpinan Pusat/Guru Besar Lembaga Dzikir Kasabullah)


Bukan mau tunjuk hidung... apalagi membuat kita jadi tersinggung... ini hanya sebuah kemauan hati yang tak terbendung... tuk merangkul para ulama yang belum tinggalkan akhlaknya yang agung... agar tidak suka latah membuat fatwa terselubung... yang membuat umat di pelosok kampung semakin bingung dan linglung... bahkan ada yang bersedia singsingkan sarung dan kedurung.... bertarung debat di warung... bak suara unggas terseret puting beliung... membuat kita jadi murung.
Cak Kasab :
Mas fatwa itu siapa sich......kok gaya tenan, pakai dikawal segala...emangnya gak bisa jalan sendiri apa?


Mad Bullah :
Ck...ck....ck... cak...cak, badan aja gede, otaknya kayak pepesan kosong ....fatwa aja gak tahu, gimana bisa mengerti isi pesan-pesannya?


Cak Kasab :
wualah...... jadi fatwa itu, penceramah ta mas........?


Mad Bullah :
masyaallah cak....cak, fatwa itu kata sifat, dalam termologi bahasa artinya jawaban atau respon ,saran, pendapat atas suatu peristiwa yang sedang terjadi, sedangkan menurut istilah syara’nya adalah menerangkan ikhwal hukum syara’ sebagai jawaban atas persoalan yang dipertanyakan maupun tidak dipertanyakan oleh siapapun baik sendiri maupun kelompok, diketahui identitasnya atau tidak.


Cak Kasab :
Ooo fatwa itu kayak pesan sponsor ya mas, berarti fatwa itu tidak mutlak dan mengikat serta harus kita ikuti, ya mas?


Mad Bullah :
Yayalah........fatwa itu kan sifatnya saran, himbauan, ajakan atas suatu perkara yang abal-abal, he...he...sampean kalau udah bicara begitu......kayak orang alim saja, padahal aslinya....? jangankan ajakan sesama manusianya, ajakan Allah saja sampean abaikan.


Cak Kasab :
He...he.... mas ne pakai buka-buka rahasia segala, bikin aku malu aja.... “ oh ya mas, gimana menurut pendapat sampean dengan kondisi orang kampung sini? kan......rodo-rodo stupit tentang rububiyah bisanya cuman fanatik dan sensitif doang.... Kalau ada fatwa-fatwa kayak gitu, sukanya bikin heboh bahkan cenderung kisruh....yang satu haramkan yang lain kalau ngikutin fatwanya karena katanya ulamanya berpolitik, sedang yang satunya lagi mengkafirkan yang lain kalau menentangnya karena itu merupakan pendapat ulama se kampung ini.


Mad Bullah : 
Misalnya ada orang yang berpendapat kayak gitu... ya gak salah-salah banget sich....., asal pemberi fatwanya benar-benar bersih serta tidak dikotori oleh apa dan siapapun, sebab bagaimanapun kedudukan pemberi fatwa itu adalah seorang “mufti” yang mewarisi dan meneruskan tugas-tugas nabi Muhammad SAAW atau para nabi / ambiya’ lainnya “Dan sesungguhnya para ulama itu adalah pewaris para nabi. Dan sungguh para nabi tidaklah mewariskan dinar maupun dirham, hanya saja mereka mewariskan ilmu. Maka barangsiapa yang mengambilnya (ilmu tersebut) berarti dia telah mengambil bagian ilmu yang banyak.” (HR. Abu Dawud, At-Tirmidzi, dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shahih Al-Jami’ no. 6298 dari Abud Darda’ radhiyallahu ‘anhu)


Cak Kasab :
Emangnya ada ulama yang kotor, ya mas?


Mad Bullah :
Ya banyaklah..... baik dan buruk itu kan sunnahtullah? Jadi ada ulama pewaris para nabi dan ada juga ulama suu’. “Allah meninggikan derajat orang-orang yang beriman dan berilmu di antara kalian beberapa derajat, dan Dialah yang Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Mujadilah 11) - “katakanlah (wahai Muhammad) apakah sama antara orang yang mengetahui dan orang yang tidak mengetahui?” (QS.Az-Zumar: 9).


Cak Kasab :
Contohnya kayak apa?


Mad Bullah :
Yang pasti ulama itu adalah hamba yang alim diantara yang alim (bentuk jamak dari kata ‘aalim - isim fa’ilnya dari ilmu) Jelasnya ulama itu harus dari manusia berilmu agama yang mumpuni, agar peran sertanya dapat meredakan situasi dari kekisruhan, agar keberadaannya dapat memberi solusi berupa pencerahan, memotivasi, pembinaan, pembimbingan serta mampu mengayomi umat Islam secara lintas kelompok, golongan dan suku, baik menyangkut urusan keagamaan maupun ketimpangan sosial di masyarakat, berdasar sunnatullah (al Quran) dan sunnahrosul (hadits) “Kami jadikan di antara mereka pemimpin-pemimpin yang memberikan petunjuk dengan perintah Kami selama mereka bersabar. Dan mereka adalah orang-orang yang yakin terhadap ayat-ayat kami” (QS.As-Sajdah: 24)


Cak Kasab :
Lalu seperti apa ulama yang kotor itu mas.......


Mad Bullah :
Alaaaah....sampean itu gaya banget cak..... pakai nanya segala....kalau sudah dijelaskan ulama yang bersih, semestinya sampean gak perlu nanya ulama yang kotor...soalnya sampean sering liat sinetron di TV, kan ada aktor yang berperan dengan karakter antogonis........ya itulah ulama suu’ setiap tindak tanduknya selalu berlawanan...bersebrangan bahkan menentang dan menantang pemeran utama (ulama)


Cak Kasab :
Hehe...kalau tanya Fatwa Ulama jangan dikotori boleh kan? Ini kan bukan soal antagonis melainkan soal parabola...


Mad Bullah :
Parabola gundulmu tuh....., hiperbola.....kale?


Cak Kasab :
Ya bener itu mas.... maksudku hiperbola, maklumi aja, gelar pendidikanku kan cuman sarkrupuk (ke pasar jualan krupuk) bukan sarjana, jadi pantes kalau kliruk-kliruk titik... Yang gak pantes itu kalau gelarnya profesor doktor tapi berprilaku kayak krupuk “murah meriyah” gampang gomong, bikin ramai dan gak mengeyangkan, kalau disiram gas airmata anti huru hara mlempem, udah gak kriuk-kriuk lagi......


Mad Bullah :
ok...ok.....yang dimaksud dikotori gine cak, sepeninggal Rosulullah Muhammmad Shallallhu Alaihi wa Alihi Wassalam (SAAW), yang diberi amanat mengemban tugas-tugasnya bersiar kan ulama, atas garansi Allah terhadap orang yang dimaksud “Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama.” (Fathir: 28), ya, jadi aneh saja kalau derajat ulama yang mulia karena melaksanakan amanat al Quran dengan benar itu, masih ada yang berpikir harus dikawal fatwanya karena dikawatirkan kurang greget kalau tanpa pengawalannya, tuh kan melemahkan keunggulan ulama dalam berfatwa, kemudian apa mereka sudah lupa ya? dengan janji Allah menyatakan akan mengawalnya sendiri “Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya” (QS.Al Hijr 9 )


Cak Kasab :
Subhanallah...., berarti ulama yang mengeluarkan fatwa dan yang mengawal fatwa di kampung ini, salah ya mas?


Mad Bullah :
Sampean itu tanya sama siapa? emangnya ulama yang buat fatwa dan pengawal fatwa ulama itu aku......?


Cak Kasab :
???

#kedaisufikasabullah#lembagadzikirkasabulla#makrifat#fatwaulama

11 komentar:

  1. Subhnlloh ...mantap bgt cak kasab dn MAT bullah

    BalasHapus
  2. Subhnlloh ...mantap bgt cak kasab dn MAT bullah

    BalasHapus
  3. Subhnlloh ...mantap bgt cak kasab dn MAT bullah

    BalasHapus
  4. Subhnlloh ...mantap bgt cak kasab dn MAT bullah

    BalasHapus
  5. hehe semantap yang berkomentar mendalami Rububiyah, selamat menemuiNYA di tempat yang tidak terjangkau oleh siapun agar pertemuannya benar-benar "mesra".

    BalasHapus
  6. Alhamdulillah guru dengan tausyiah,obrolan cak kasab dan matbullah bisa menjadi tambahan ilmu bagi murid amin trimakasih guru

    BalasHapus
  7. Injih guru sae sanget fatwanipun

    BalasHapus
  8. Injih guru sae sanget fatwanipun

    BalasHapus
  9. Injih guru sae sanget fatwanipun

    BalasHapus
  10. Terimakasih Guru atas ilmu nya

    BalasHapus