Profil

Rabu, 15 Mei 2019

Dogeng Ramadhon Kasabullah jilid 2




TIDURNYA ORANG PUASA
 KURANGI PAHALA

karya : R. Yudhistira Ria,M.Pd.

Pimp.Pusat/Guru Besar Lembaga Dzikir Istiqomah Kasabullah Indonesia

Memasuki pertengahan bulan Ramadhon, seperti biasanya santri ayahku yang dari luar kota, mulai berdatangan untuk mengikuti kegiatan khususiyah lailatur qodar. sekilas bila diperhatikan rata rata santrinya beusia 50 ke aras, dari kerut kerut wajahnya seakan melihat relief di dinding museum, yang menceriterakan tentang keras dan susahnya kehidupan yang dilalui, maklum Indonesia waktu itu baru berusia 25 tahun meraih kemerdekaan dari kaum penjajah Belanda

Begitu juga dengan sosok ayahku, kesan tuanya tak bisa disembunyikan, namun apabila dibandingkan dengan para santrinya sendiri, ayahku masih tampak lebih tegap dan gagah, tidak bungkuk, mungkin karena ayahku mantan TNI AD, veteran pejuang kemerdekaan RI sehingga pendidikan mileternya terus melekat pada ayahku atau ayahku masih tetap merasa jadi militer? (huus gak usah dijawab "wallahuaklam bissawwab, ini urusan sepele)

Pada suatu hari disaat, mentari lagi bermain main diatas ubun ubun kepala, entah dari mana ayahku datang bepergian.....
biasanya langsung masuk ke rumah, tiba tiba membelokkan arah ke tempat wudhu......
"swaaar.....swaaar......" percikan air yang tumpah canting tangan ayahku membasahi tubuh para santrinya yang sedang tertidur lelap di atas tiker daun pandan. Sekalipun tindakan ayahku itu ditujukan kepada para santrinya, perasaanku turut tegang dan merasa iba dibuatnya.
sontak, para santrinya bergegas terbangun bersungut sungut mendekati sumur...yang tak jauh dari langgar....karena paniknya ada juga yang jatuh kepleset

Tak berapa lama kemudian, semua pada rapi sekalipun pada pipi mereka berbekas anyaman tikar tetapi semua tidak peduli dan tak sempat saling mentertawai semua duduk bersila membentuk shouf di langgar kuno yang semua terbuat dari kayu .....ayahku masuk sambil menunjuk salah seorang santrinya untuk iqomat dan ayahku memimpin sholat dluhur hingga salam.

Setelah berdzikir ayahku membalikkan badan berhadapan dengan wajah para santrinya, semua tertunduk malu tak satupun berani menatap wajah ayahku termasuk aku yang ikut ikutan sholat berjamaah berada dibarisan belakan sendiri......"ada apa kalian pada melungker?" tak satupun berani menjawab, hingga ayahku mengulang pertanyaan itu lag "ada apa?" mungkin diantara mereka sangat paham kalau tidak dijawab, pasti ayahku bakal marah besar, akhirnya pak Saterah mengacungkan tangan "maaf Din (raden) katanya tidurnya orang puasa, dapat pahala?
"kata siapa?" ayahku balik bertanya......, suasana kembali mencekam

Disaat semuanya terdiam, tangan ayahku tampak meraih kitab Risalatul Ash Shiyam yang berada ditumpukan kitab kitab lainnya.
kemudian ayahku mencairkan suasana, jadi hadits ini yang kalian maksudkan?
نَوْمُ الصَّائِمِ عِبَادَةٌ ، وَصَمْتُهُ تَسْبِيحٌ ، وَدُعَاؤُهُ مُسْتَجَابٌ ، وَعَمَلُهُ مُضَاعَفٌ
“Tidurnya orang puasa adalah ibadah, diamnya adalah tasbih, doanya terkabulkan dan amalannya dilipat gandakan”.

asal tahu saja ya, kalau hadits ini dengan sebagian ulama masih diragukan keshohehannya hadits ini tergolong lemah, sebab dalam kitab “Syu’abul Iman”, 3/1437, oleh Baihaqi dianggap lemah, mengingat Ma'ruf bin Hasan yang menjadi salah seorang perawi hadits ini lemah, dan Sulaiman bin Amr An-Nakha’i lebih lemah lagi.

Rupanya suasana tegang mulai mencair, karena ayahku tidak fokus marah kepada polah tingkah santrinya, melainkan diarahkan pada tausiyah.... semua tampak bersemangat mengikuti.
Momen bagus itu, tidak disia siakan oleh ayahku "begini saja, kalau kalian masih bingung, siapa diantara kalian yang bisa menyebutkan, saat apa saja, amal baik dan buruk tidak Allah catat sebagai pahala dan dosa?

Seperti dikomando saja, semua tangan diangkat tinggi tinggi, sebagai isyarat kesiapan untuk menjelaskan, Ayahku teramat hebat dalam mengendorkan urat syaraf yang tegang, agar tidak terkesan memihak kepada salah satu santrinya, maka ayahku membagi 3 kelompok dan aku tidak termasuk di dalamnya, karena kehadiranku cuma sebagai pengembira karena usiaku masih ingusan.

Masing masing kelompok hanya boleh menjawab satu dan jawaban itu belum pernah dijelaskan atau dijawab oleh kelompok lainnya., begitu ayahku mengatur diskusi.
kelompok 3 diberi kesempatan pertama :
kelompok 3 "dari masa anak anak hingga
aqil balik"
kelompok 1 "dari tertidur hingga terbangun"
kelompok 2 "dari mabok hingga tersadar"

"Alhamdulillahirobbil alamin" ayahku menghela nafas panjang..... " rupanya kalian itu pada pandai berteori ya? kirain tidak tahu apa apa.... tetapi sayangnya tidak cerdas, tidak pinter dalam beramal sholeh" ayo bagian mana yang kalian langgar itu? "maaf den, bagian tidur hingga terbangun" nah kok tahu....timpal ayahku.

Ayo beri contoh, kalau tidur itu tidak dapat pahala juga tidak dapat dosa, tanya ayahku..... tanpa pikir panjang, salah satu dari mereka menjawab " ya dari salah satu jawaban kelompok tadi, den"
serentak seisi langgar geeer, riuh terpingkal pingkal....

saat sudah reda, ayahku menjelaskan "kalau itu bukan contoh mah, tetapi asbabun nuzur....yang dimaksud contoh itu, kejadian nyata....kayak gine, dul... seandainya saat kamu tidur, lalu kamu mimpi makan sekenyang kenyangnya, apa puasanya kamu jadi batal?" sepontan menjawab "tidak"

Disaat semuanya manggut manggut dan merasa malu karena saat tidur konangan ayahku (hehe mungkin mereka mengira ayahku ke luar kota dan pulangnya sampai malam, husss jangan dijawab insyaallah karena mrreka ada tanya aja langsung), Santrinya bernama pak Zaenab (biasa orang orang dulu benama perempuan, bergantung kepada nama anak tertua yang dilahirkan, kalau diberi nama zaenab, maka walau nama asilnya pak Slamet dipanggil pak Zaenab) "Harap maklum den, lalu apa yang dimaksud Ramadhon sebagai bulan penuh berkah dan marfiroh? bukankah semua yang dilakukan manusia berkah dan semua kesalahan manusia diampuni, di bulan itu?

"Syukur kamu bertanya begitu, biar temanmu sama sama mudeng, sama sama ngerti dan tidak sama sama berpendapat sendiri sendiri....."
Semua tampak konsentrasi menunggu penjelasan ayahku, "begini, dengerin ya...Ramadhon dikatakan sebagai bulan penuh berkah dan marfiroh, itu hanya istilah.....sekali lagi itu hanya istilah istilah saja, kemudianistilah istilah itu dengan kita diterima sebagai bentuk pangkat pangkat yang teramat istimewa dan dielu elukan"

"Kalau begitu, sebutan penuh berkah dan margfiroh itu omong kosong ya den?" saut salah satu santrinya....... "bisa ya bisa tidak, bergantung kepada siapa yang melakukan"
maksudnya, den? kalau kalian di Bulan Puasa kerjaannya ngorok aja kayak tadi, ya omong kosong, berkah dan marfiroh itu diterimakan kepada kalian semua......jadi jangan salah maksud lho ya.....bulan puasa itu gak bagi bagi berokah dan margfiroh gratisan......." semua pada bengong mendengar penjelasan ayahku.

Ayahku melanjutkan, "Barokah dan marfiroh itu mahal harganya, karena untuk memperolehnya kalian harus menjaga hawa nafsu dan memperbanyak ibadah ntah sholat sunnah, mengaji, berdzikir, baca baca buku tentang agama atau melaksanakan tugas dengsn baik.... nah baru kalian mendapat berokah, sedang marfiroh atau ampunan, karena kalian sudah konsen untuk berbuat baik dengan menjaga nafsu dan memperbanyak ibadah sehingga gak memberi kesempatan sedikitpun melakukan kejahatan ngrasani, iri, dengki, hasat, hasut...ngentit, berbohong....maka dengan sendirinya pundi pundi dosa tidak terisi, " Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat, maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri,……”(QS. Al Isra : 7)

"maaf, memotong....den, kalau semua bergantung kepada upaya kita, lalu mengapa pakai istilah bulan Ramadhon Penuh Berokah dan margfiroh?"
"ya karena disaat bulan Ramdhan itu, Allah curahkan pahala yang melimpah atau dilipat gandakan pahalanya sehingga semua orang cenderung berlomba lomba berebuy melakukan hal yang sama.
Kalau kalian belum jelas juga, ne saya beri perumpaaan, misalnya di desa jennengngan semua jatuh bulan panen atau panen raya, siapa yang mendapat keuntungan dari panen raya itu? "ya para petani yang punya sawah, kemudian sawahnya ditanami padi, sedang yang gak punya sawah atau yang punya sawah tetapi tidak ditanami ....ya bulannya saja yang panen raya, sedang kitanya tiwas melongo saja, ya sama persis kalian tidur tadi, bulannya saja yang penuh berkah....bulannya saja yang penuh marfiroh dan ampunan" sedang kalian cuman dapat....iler...."
ya maaf den, atas kelemahan kami.


#kedaisufikasabullah #tasawwuf  #hakikat #dogengindonesia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar