(Pimpinan
Pusat/Guru Besar Lembaga Dzikir Kasabullah)
Rona kehidupan beragama
di negeri katulistiwa ini, terbilang paling unik dibanding dengan negara-negara
mayoritas islam lainnya, unik dalam perform dan displaynya ada yang
berpenampilan elegan dengan mengenakan baju taqwa, sarung dan songkok sebagai
muslim Indonesia yang arif dan tidak neka neko, ada yang berpenampilan nyentrik
agar bisa disebut akhli tasawwuf, ada yang berpenampilan ala timur tengah biar
distempel sayyid/syekh dan ada juga yang keluar dari ketiganya dengan cukup
mengenakan kaos oblong dipadu dengan celana levis agar bisa didaulat sebagai
akhli hakikat . Tidak cukup sampai di situ saja dalam mengexplore keunikan.
Hampir setiap permasalahan yang muncul, baik bersifat insidental maupun secara berkala
juga ditanggapi dengan begitu uniknya “kalau tidak,klenik, bid’ah,sesat ya
kafirlah”
Cak Kasab :
Tanpa
terasa ya mas.......dalam hitungan jam, kita akan memasuki tahun baru 2017....
bagaimana menurut sampean mas.... hukum orang islam merayakan tahun baru?
Mad
Bullah :
Wualah cak....cak.....yang ditanya kok kayak gitu-gitu terus
sich, bosen tauk.........
Cak Kasab :
lho ini penting mas.......buat bekal generasi muda agar pemahaman agamanya tidak dangkal...
lho ini penting mas.......buat bekal generasi muda agar pemahaman agamanya tidak dangkal...
Mad Bullah :
okey.....okey....hebat buanget omongan sampean cak....., sayangnya sampean kurang intropeksi, generasi muda iku sopo?
Cak Kasab :
ya anak – anak mudalah mas, masa awak-awak sing wes mambu tanah?
ya anak – anak mudalah mas, masa awak-awak sing wes mambu tanah?
Mad Bullah
La iya....? berarti termasuk anak sampean juga kan? Lalu
kenapa jawaban dan penjelasan tentang perayaan tahun baru 2016 dan
sebelum-sebelumnya, yang sudah sampean terima tidak sampean jelaskan saja ke
anak sampean? Kok pertanyaan dan pembahasan tentang itu muncul di setiap ujung
dan awal tahun? Jangan-jangan pertanyaan dan pembahasan kayak gitu itu..... memang
udah diprogram jadi pronyek tahunan ya cak........ untuk mengais rejeki dengan cara
menulis dan bertablig... Kalau itu
kenyataannya........ sungguh “terlalu”
Cak Kasab :
Bukan gitu mas......masalahnya aku sendiri udah lupa....ekh
Mad Bullah :
Ya....ya...ya.....kalau sampean saja yang sudah dewasa dan
punya pikiran matang, lupa. Mengapa sampean begitu yakinnya kalau tausiyah
merayakan tahun baru yang ditujukan kepada generasi muda akan mengena? Ingat
lho ya, pendidikan yang paling efektif itu justru dikembangkan di lingkungan
keluarga, sebab orangtua paling tahu bagaimana caranya dan saat kapan wejangan
sampean itu diserap dengan baik oleh anaknya, sedang yang lain itu sifatnya
tentatif untuk membackup dari apa yang sudah sampean berikan
Cak
Kasab :
Lalu
bagaimana mas kalau orangtuanya sendiri benar-benar tidak punya kemampuan untuk
itu?
Mad
Bullah :
Itu kan masalah pribadi sampean bukan masalah nasional, yang
arif dong.... jangan bikin kekisruhan dengan cara berpikir bahwa semua bangsa ini
punya kasus yang sama seperti sampean, dengan cara diunggah di publik, entar
kalau dibaca orang-orang bodoh di dunia, kita itu jadi bahan tertawaan mereka lho
cak........” bangsa Indonesia itu gimana sich, ngebahas soal natal dan tahun
baru saja sampai ratusan tahun gak tamat-tamat..... selalu ribut..?
Cak Kasab :
he..he....aku jadi malu nich mas........lalu gimana mas?
Mad
Bullah :
Begine
saja, kalau kondisi sampean sudah kayak gitu, antar saja anak-anakmu ke pondok
pesantren atau cukup mengaji pada kyai-kyai, ustat-ustat di kampung sini saja,
mereka hamba-hamba Allah yang suhut dan tawaddu terhadap hukum-hukum Allah, tidak
berpolitik, tidak butuh popularitas dan juga tidak memburu materi.
Cak
Kasab :
Yang dimaksud kyai dan ustat
suhut dan tawaddu itu kayak apa,...mas?
Mad
Bullah :
Ya kayak kyai dan ustat
di kampung sinilah.....mo kayak apa lagi? Sampean tahu sendiri kan kalau kyai
dan ustat yang ada di kampung sini sebelum memberi mauidhah hasanah, beliaunya
sudah punya pribadi yang uswatun hasanah, sebagaimana yang dicontohkan
Rosulullah Muhammad SAAW.
Dalam suatu kesempatan
ada seorang sahabat bertanya kepada istri beliau yang bernama Siti Aisyah ra “akhlak
Rosulullah itu seperti apa”? apa jawab Siti Aisyah ra? Tidakkah anda mengaji Al
Quran? Akhlak Rosulullah itu sama persis dengan Al Quran atau istilahnya Al Quran
berjalan, sebelum beliau mengajak sholat beliau adalah orang pertama yang
melakukan sholat, begitu juga dengan zakat, puasa, haji, mengajak rukun dengan
keluarga dan para tetangga, menghargai yang muda dan menghormati yang lebih
tua,mengajak membangun silaturakhmi dan membangun kerukunan antar ummat
beragama semua beliau istiqomahkan sebelum mengajak orang lain dengan kalimat “ballighu ‘anni walau ayah” (sampaikan dariku
walau satu ayat) (HR. Al-Bukhori 3461)
Cak
Kasab :
Subhanallah...sungguh
mulia akhlak beliau ya mas, perintah Allah dan larangannya ditoati terlebih
dahulu, baru kemudian mengajak umatnya melaksanakan ayat per ayat, sampai klakon
semua .....beda sekali dengan sebagian dari mereka yang suka bertausiyah di
tipi, radio, medsos mengajak kerukunan antar ummat beragama, ekh malah dirinya sendiri
yang justru ngompor-ngompori bentrok antar umat beragama “masyaallah”. Ibarat
mengajak orang berjalan ke selatan kalau ingin selamat, malah dirinya nylonong
ke arah utara... begh....beegh....beeegh, seandainya dirinya diam saja itu
sudah lumayan ya mas.......? Yang penting orang yang dipesan melakukan kebaikan
udah baik.
Mad
Bullah :
Lho....lho....kok
malah sampean cak, yang nyeramain aku.......?
Cak Kasab :
Ya
maaf mas.......kepenakan ngomong, sampai gak terkontrol...kalau tindakanku ini
dapat diklasifikasikan pada delik hukum “perbuatan tidak menyenangkan” aku
mohon ketedoran ini jangan diperkarakan
ya mas? karena setahuku, Allah itu tidak
mengajari kita memperkarakan salah ngomong, melainkan menyuruh kita memaafkan,
kalau sampean mau memaafkan aku akan ngakuin kalau sampean itu benar-benar seorang
muslim yang taat, sekalipun perform sampean itu biasa saja tidak memaksakan
orang lain untuk mengakui kalau sampean itu akhli agama dengan berpakaian ala
timur tengah.
Mad Bullah :
Bukan gitu maksudku cak.......mek sampean mau nemani
anakmu jalan-jalan di malam tahun baru, ya ditemani saja...gak usah ada beban
apa-apa.......dari pada anak sampean berangkat sendiri, entar di tempat keramaian
malah kecelakaan lalu lintas atau malah diculik........soal anak sampean minta
mainan seperti mobil-mobilan, balon.....terompet dan
semacamnya, ya kalau sampean punya uang belikan saja......
Cak Kasab :
Tapi.......mas?
Mad Bullah :
Ayo ......, mo tanya hukum lagi.....kan? Sampean itu bok yo berpikir sedikit... beli
mainan untuk merayakan tahun baru atau kasihan saat melihat anaknya menangis
karena tidak dibelikan? Kalau karena kasihan ya belikan saja. Tetapi misalnya sampean udah prinsip yang
absolut dan tidak bisa diotak atik, gunakan
dong nalar sampean secara arif dan bijak untuk menghalaunya kepada pilihan
mainan lain atau bisa juga diajak makan-makan. Jangan lantas kesulitan sampean
melarang anaknya beli trompet, lalu ngajak ngajak orang lain berdemo tidak beli
terompet....sehingga anak sampean yakin kalau itu memang terlarang. Itu bukan perbuatan amar makruf menahi
mungkar, karena bisanya hanya mengajak kebaikan tanpa memikirkan nilai-nilai
keburukan yang diakibatkan, seperti nasib si penjual terompet itu sendiri itu
bagaimana? sedang modalnya saja pakai pinjam ke tetangga
Semua itu kan tergantung sampean cak gimana cara ngaturnya? Kalau
hidup sampean terombang ambing kayak gitu terus. Entar aku beri gelar “talbis”,
ngerti talbis? Yaitu mencampur adukkan antara yang
haq dengan yang bathil.....Sampean gak suka dengan performnya........ sementara
bagian lain dari apa yang diributkan dan dikafirkan itu, justru sampean nikmati
dengan teramat senang dan puasnya.
Cak
Kasab :
Misalnya seperti
apa?
Mad Bullah :
Hahahaha.....penasaran
nich ye, “hari ini sampean libur kan? Itu liburnya siapa......untuk merayakan
apa?” Kalau sampean memang benar-benar konsukwen, semestinya sampean itu
cak........ tetep masuk kerja....kerja....kerja gak pakai libur, jangan mau
diliburkan, bilang ke bosnya saya tetep akan masuk kerja, karena ini libur
untuk kegiatan keagamaan mereka, kalau saya sampai ikutan libur berarti saya menyerupai
kondisi mereka, gitu....
Mengapa saya
sarankan begitu cak? Sebab kalau sampean tetep ikut menikmati liburnya mereka dalam
setiap merayakan kegiatan keagamaan yang sampean kafirkan itu, setidak-tidaknya
sampean dalam setiap tahunnya 2 kali kafir ya kan? Kemaren ribut dengan
ngucapin selamat natal, liburnya sampean embat, sekarang ribut dengan tahun
barunya yahudi, liburnya sampean nikmati juga.
Bahkan tanggalan almanak kamu juga memakainya sebagai pedoman, semestinya sampean itu pakai tanggalan hijriyah bukan masehi kalau buat undangan atau surat menyurat karena semua jelas menyerupai kegiatan mereka. Hehehe jangan nyesel dulu atas ucapan sampean yang menyoroti sesuatu dengan mengkafir-kafirkan itu. 2 kali kafir dalam setahun itu udah untung banget cak, semestinya sampean itu kafirnya 6 kali dalam setahun....
Bahkan tanggalan almanak kamu juga memakainya sebagai pedoman, semestinya sampean itu pakai tanggalan hijriyah bukan masehi kalau buat undangan atau surat menyurat karena semua jelas menyerupai kegiatan mereka. Hehehe jangan nyesel dulu atas ucapan sampean yang menyoroti sesuatu dengan mengkafir-kafirkan itu. 2 kali kafir dalam setahun itu udah untung banget cak, semestinya sampean itu kafirnya 6 kali dalam setahun....
Cak
Kasab :
???#makrifat#lembagadzikirkasabullah#tahunbaru