“OM TELOLET OM” HARAM ?
Oleh : R. YUDHISTIRA RIA, M.MPd
Pemimpin Pusat/Guru Besar Lembaga Dzikir Kasabullah Indonesia
Entah kurang kerjaan atau memang terlalu kreatif? Hampir setiap apapun yang fenomenal di bumi nusantara ini selalu direspon dengan perasaan “gerah” mengatasnamakan SARA, ini bukan luar biasa, melainkan biasa di luar. Menjelang pergantian tahun 2016, sudah waktunya di tahun 2017 bangsa ini berhenti sensitifitasnya terhadap hal hal yang tidak mendasar, Karena itu perbuatan yang melampaui batas, resikonya putar baliknya jauh, akhirnya kita juga yang kerepotan mengembalikan kepada kehidupan yang aman dan damai.
Cak Kasab :
Ck...ck.....Mas ternyata, “om telolet om” yang lagi ngetrend itu, menurut salah satu artikel adalah misionaris dalam pendangkalan aqidah.....
Mad Bullah :
Bagus.....bagus.......kelihatan lho ya sekarang, kalau oon banget.
Cak Kasab :
oon ......oon gimana, ini yang nulis pengamat lho mas...
oon ......oon gimana, ini yang nulis pengamat lho mas...
Mad Bullah :
ya, khusus ngamati sampean yang mudah terpancing emosinya itu.....
ya, khusus ngamati sampean yang mudah terpancing emosinya itu.....
Cak Kasab :
bener mas.........., katanya “om” itu merupakan aksara suci untuk Sang Hyang Widhi atau Tuhan orang Hindu yang biasanya disebut dengan “om swastiaastu. Sedang “Telolet” simbul terompet orang yahudi.
Mad Bullah :
ngene lo cak, biar sampean itu tidak mudah “terkontaminasi” dengan seruan yang tidak seru. Islam itu mengenal kontek “al ajalu minassyaiton, addzikri minallah” maksudnya yang tergesa-gesa tanpa dipikirkan terlebih dahulu itu semata mata mengikuti jalannya syaiton (nabsu) sedang yang masih dipikirkan terlebih dahulu mengikuti jalan-jalan Allah. Di sinilah letak perbedaan manusia dengan binatang, manusia Allah lengkapi dengan akal untuk berfikir sedang binatang tidak. Oleh sebab itu para ulama, kyai dan para arifillah apabila ada “kasus” selalu meresponnya dengan “asbabun nuzur” atau asal muasalnya. Maka dari itu lain kali sampean kalau ada apa-apa dipikirkan terlebih dahulu, jangan asal share...shere wae
Cak Kasab :
Okey....okey asal muasalnya gimana, mas?
Okey....okey asal muasalnya gimana, mas?
Mad Bullah :
“om telolet om” itu sebenarnya berasal dari hobby iseng saudara-saudara kita di Jawa Timur, beberapa tahun yang lalu, yang sukanya berkelompok di bibir jalan, kemudian saat bus akan melintas mereka meminta supir bus untuk membunyikan klakson “om telolet om” atau “pak telolet pak”. Saat dibunyikan itulah mereka merekamnya, ntah kurang jelas atau gimana, hampir setiap ada bus lewat selalu meminta supirnya untuk membunyikan klakson telolet.
Dan pemandangan semacam itu telah menginpirasi kelompok anak jalanan lain di Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Barat sampai akhirnya ke Jakarta. Kemudian kebiasaan itu diunggah via twiter, youtube, facebook . maka jadilah viral di dunia maya sampai mendunia. Semestinya kita bersyukur kegiatan tersebut secara tidak langsung turut memperkenalkan budaya Indonesia di mata dunia,bukan malah diberati. Entar om teloletnya reda, om-omnya yang gegeran ikut mendunia.
Cak Kasab :
Tapi mas, panggilan om itu kan jelas mewakili mereka.....
Tapi mas, panggilan om itu kan jelas mewakili mereka.....
Mad Bullah :
Ya kalau sampean, udah sepakat kayak gitu...ntar pamanmu gak usah dipanggil om, panggil saja dengan kata-kata atau kalimat yang tidak ada di agama lain. Sampean ingat gak dulu merk salah satu rokok yang dikonotasikan dengan agama? Ya kayak gitu, kerjaan orang usil dan gak da kerjaan. mereka tidak pernah berpikir duluan mana antara nama benda yang dibuat merk dengan penggunaan nama benda untuk merk oleh perusahaan rokok. Sampean itu kayak orang aneh aja, dulu sebelum ada om telolet om, fun fun saja memanggil orang yang agak tua dengan panggilan om, termasuk juga kepada saudara orang tua kita. Sekarang kok panggilan om jadi subhat?
Cak Kasab :
Kalau begitu gak apa apa ya mas....
Kalau begitu gak apa apa ya mas....
Mad Bullah :
Ya gak apa-apalah.....memangnya ada kewajiban apalah-apalah gitu? Gine aja sampean cak biar gak ragu lagi.....tanya pada hati sampean sendiri atau surve ke jalan, tanya tuh anak-anak yang menghadang supir bus dengan tulisan “om telolet om” apakah saat mereka melakukan kegiatan itu terbesit dalam hatinya sedikit saja gak usah banyak banyak bahwa itu salah satu siar agama lain? Kalau gak ngapain sampean ribet.
Lagian kenapa sich, sekarang itu banyak orang sibuk dengan urusan agama orang lain? Agama itu urusan yang bersangkutan dengan Tuhan yang diyakini, bukan urusan kita. Kalau kita mau banyak temannya dalam agama islam ya bersiar dengan baik, dikantong kantong non muslim bukan di lingkungan muslim dengan akhlak yang baik,
Bukankah mereka masuk islam disaat Rosulullah karena keunggulan akhlak beliau dan bukan karena ceramahnya. hehehe kalau memang merasa jadi polisinya Tuhan, tangkep tuh orang yang gak sholat dan yang gak puasa..... seperti halnya densus 88 yang menangkap teroris.
Lebih baik kita saranin saja kepada mereka yang suka ngemis "om trelolet" ,agar lebih berhati-hati di jalan dan kalau bisa jangan sampai mengganggu perjalan bus,karena di dalam bus itu ada penumpang yang ingin segera sampai di tujuan.
Cak Kasab :
Mungkin ada dalilnya mas?
Mungkin ada dalilnya mas?
Mad Bullah :
Dalal-dalil terus, emangnya sampean itu kalau gak ada dalilnya gak sreg ya cak? dalilnya gine, “di masa Rosulullah gak ada “om telolet om” , puaaas?
Subhanalloh mantap sang pencerah
BalasHapus