Profil

Jumat, 30 Desember 2016

Kedai Sufi Kasabullah jilid 17





 DALAM SETAHUN 2 KALI KAFIR

Oleh : R. YUDHISTIRA RIA, M.MPd
(Pimpinan Pusat/Guru Besar Lembaga Dzikir Kasabullah)

Rona kehidupan beragama di negeri katulistiwa ini, terbilang paling unik dibanding dengan negara-negara mayoritas islam lainnya, unik dalam perform dan displaynya ada yang berpenampilan elegan dengan mengenakan baju taqwa, sarung dan songkok sebagai muslim Indonesia yang arif dan tidak neka neko, ada yang berpenampilan nyentrik agar bisa disebut akhli tasawwuf, ada yang berpenampilan ala timur tengah biar distempel sayyid/syekh dan ada juga yang keluar dari ketiganya dengan cukup mengenakan kaos oblong dipadu dengan celana levis agar bisa didaulat sebagai akhli hakikat . Tidak cukup sampai di situ saja dalam mengexplore keunikan. Hampir setiap permasalahan yang muncul, baik bersifat insidental maupun secara berkala juga ditanggapi dengan begitu uniknya “kalau tidak,klenik, bid’ah,sesat ya kafirlah”

Cak Kasab :
Tanpa terasa ya mas.......dalam hitungan jam, kita akan memasuki tahun baru 2017.... bagaimana menurut sampean mas.... hukum orang islam merayakan tahun baru?

Mad Bullah :
Wualah cak....cak.....yang ditanya kok kayak gitu-gitu terus sich, bosen tauk.........

Cak Kasab :
lho ini penting mas.......buat bekal generasi muda agar pemahaman agamanya tidak dangkal...
 
Mad Bullah :
okey.....okey....hebat buanget omongan sampean cak....., sayangnya sampean kurang intropeksi, generasi muda iku sopo?

Cak Kasab :
ya anak – anak mudalah mas, masa awak-awak  sing wes mambu tanah?

Mad Bullah
La iya....?  berarti termasuk anak sampean juga kan? Lalu kenapa jawaban dan penjelasan tentang perayaan tahun baru 2016 dan sebelum-sebelumnya, yang sudah sampean terima tidak sampean jelaskan saja ke anak sampean? Kok pertanyaan dan pembahasan tentang itu muncul di setiap ujung dan awal tahun? Jangan-jangan pertanyaan dan pembahasan kayak gitu itu..... memang udah diprogram jadi pronyek tahunan ya cak........ untuk mengais rejeki dengan cara menulis dan bertablig...   Kalau itu kenyataannya........ sungguh “terlalu”

Cak Kasab :
Bukan gitu mas......masalahnya aku sendiri udah lupa....ekh

Mad Bullah :                                                                                                                     
Ya....ya...ya.....kalau sampean saja yang sudah dewasa dan punya pikiran matang, lupa. Mengapa sampean begitu yakinnya kalau tausiyah merayakan tahun baru yang ditujukan kepada generasi muda akan mengena? Ingat lho ya, pendidikan yang paling efektif itu justru dikembangkan di lingkungan keluarga, sebab orangtua paling tahu bagaimana caranya dan saat kapan wejangan sampean itu diserap dengan baik oleh anaknya, sedang yang lain itu sifatnya tentatif untuk membackup dari apa yang sudah sampean berikan

Cak Kasab :
Lalu bagaimana mas kalau orangtuanya sendiri benar-benar tidak punya kemampuan untuk itu?


Mad Bullah :
Itu kan masalah pribadi sampean bukan masalah nasional, yang arif dong.... jangan bikin kekisruhan dengan cara berpikir bahwa semua bangsa ini punya kasus yang sama seperti sampean, dengan cara diunggah di publik, entar kalau dibaca orang-orang bodoh di dunia, kita itu jadi bahan tertawaan mereka lho cak........” bangsa Indonesia itu gimana sich, ngebahas soal natal dan tahun baru saja sampai ratusan tahun gak tamat-tamat..... selalu ribut..?  


Cak Kasab :
he..he....aku jadi malu nich mas........lalu gimana mas?
 
Mad Bullah :
Begine saja, kalau kondisi sampean sudah kayak gitu, antar saja anak-anakmu ke pondok pesantren atau cukup mengaji pada kyai-kyai, ustat-ustat di kampung sini saja, mereka hamba-hamba Allah yang suhut dan tawaddu terhadap hukum-hukum Allah, tidak berpolitik, tidak butuh popularitas dan juga tidak memburu materi.

Cak Kasab :

Yang dimaksud kyai dan ustat suhut dan tawaddu itu kayak apa,...mas?

 

Mad Bullah :
Ya kayak kyai dan ustat di kampung sinilah.....mo kayak apa lagi? Sampean tahu sendiri kan kalau kyai dan ustat yang ada di kampung sini sebelum memberi mauidhah hasanah, beliaunya sudah punya pribadi yang uswatun hasanah, sebagaimana yang dicontohkan Rosulullah Muhammad SAAW.

Dalam suatu kesempatan ada seorang sahabat bertanya kepada istri beliau yang bernama Siti Aisyah ra “akhlak Rosulullah itu seperti apa”? apa jawab Siti Aisyah ra? Tidakkah anda mengaji Al Quran? Akhlak Rosulullah itu sama persis dengan Al Quran atau istilahnya Al Quran berjalan, sebelum beliau mengajak sholat beliau adalah orang pertama yang melakukan sholat, begitu juga dengan zakat, puasa, haji, mengajak rukun dengan keluarga dan para tetangga, menghargai yang muda dan menghormati yang lebih tua,mengajak membangun silaturakhmi dan membangun kerukunan antar ummat beragama semua beliau istiqomahkan sebelum mengajak orang lain dengan kalimat  “ballighu ‘anni walau ayah” (sampaikan dariku walau satu ayat)  (HR. Al-Bukhori 3461)
Cak Kasab :
Subhanallah...sungguh mulia akhlak beliau ya mas, perintah Allah dan larangannya ditoati terlebih dahulu, baru kemudian mengajak umatnya melaksanakan ayat per ayat, sampai klakon semua .....beda sekali dengan sebagian dari mereka yang suka bertausiyah di tipi, radio, medsos mengajak kerukunan antar ummat beragama, ekh malah dirinya sendiri yang justru ngompor-ngompori bentrok antar umat beragama “masyaallah”. Ibarat mengajak orang berjalan ke selatan kalau ingin selamat, malah dirinya nylonong ke arah utara... begh....beegh....beeegh, seandainya dirinya diam saja itu sudah lumayan ya mas.......? Yang penting orang yang dipesan melakukan kebaikan udah baik.

Mad Bullah :
Lho....lho....kok malah sampean cak, yang nyeramain aku.......?

Cak Kasab :
Ya maaf mas.......kepenakan ngomong, sampai gak terkontrol...kalau tindakanku ini dapat diklasifikasikan pada delik hukum “perbuatan tidak menyenangkan” aku mohon ketedoran ini  jangan diperkarakan ya mas?  karena setahuku, Allah itu tidak mengajari kita memperkarakan salah ngomong, melainkan menyuruh kita memaafkan, kalau sampean mau memaafkan aku akan ngakuin kalau sampean itu benar-benar seorang muslim yang taat, sekalipun perform sampean itu biasa saja tidak memaksakan orang lain untuk mengakui kalau sampean itu akhli agama dengan berpakaian ala timur tengah.


Mad Bullah :
Bukan gitu maksudku cak.......mek sampean mau nemani anakmu jalan-jalan di malam tahun baru, ya ditemani saja...gak usah ada beban apa-apa.......dari pada anak sampean berangkat sendiri, entar di tempat keramaian malah kecelakaan lalu lintas atau malah diculik........soal anak sampean minta mainan  seperti  mobil-mobilan, balon.....terompet dan semacamnya, ya kalau sampean punya uang belikan saja......

Cak Kasab :
Tapi.......mas?

Mad Bullah :
Ayo ......, mo tanya hukum lagi.....kan?  Sampean itu bok yo berpikir sedikit... beli mainan untuk merayakan tahun baru atau kasihan saat melihat anaknya menangis karena tidak dibelikan? Kalau karena kasihan ya belikan saja.  Tetapi misalnya sampean udah prinsip yang absolut dan  tidak bisa diotak atik, gunakan dong nalar sampean secara arif dan bijak untuk menghalaunya kepada pilihan mainan lain atau bisa juga diajak makan-makan. Jangan lantas kesulitan sampean melarang anaknya beli trompet, lalu ngajak ngajak orang lain berdemo tidak beli terompet....sehingga anak sampean yakin kalau itu memang terlarang.  Itu bukan perbuatan amar makruf menahi mungkar, karena bisanya hanya mengajak kebaikan tanpa memikirkan nilai-nilai keburukan yang diakibatkan, seperti nasib si penjual terompet itu sendiri itu bagaimana? sedang modalnya saja pakai pinjam ke tetangga

Semua itu kan tergantung sampean cak gimana cara ngaturnya? Kalau hidup sampean terombang ambing kayak gitu terus. Entar aku beri gelar “talbis”,  ngerti  talbis? Yaitu mencampur adukkan antara yang haq dengan yang bathil.....Sampean gak suka dengan performnya........ sementara bagian lain dari apa yang diributkan dan dikafirkan itu, justru sampean nikmati dengan teramat senang dan puasnya.

Cak Kasab :
Misalnya seperti apa?

Mad Bullah :
Hahahaha.....penasaran nich ye, “hari ini sampean libur kan? Itu liburnya siapa......untuk merayakan apa?” Kalau sampean memang benar-benar konsukwen, semestinya sampean itu cak........ tetep masuk kerja....kerja....kerja gak pakai libur, jangan mau diliburkan, bilang ke bosnya saya tetep akan masuk kerja, karena ini libur untuk kegiatan keagamaan mereka, kalau saya sampai ikutan libur berarti saya menyerupai kondisi mereka, gitu....
Mengapa saya sarankan begitu cak? Sebab kalau sampean tetep ikut menikmati liburnya mereka dalam setiap merayakan kegiatan keagamaan yang sampean kafirkan itu, setidak-tidaknya sampean dalam setiap tahunnya 2 kali kafir ya kan? Kemaren ribut dengan ngucapin selamat natal, liburnya sampean embat, sekarang ribut dengan tahun barunya yahudi, liburnya sampean nikmati juga.

Bahkan tanggalan almanak kamu juga memakainya sebagai pedoman, semestinya sampean itu pakai tanggalan hijriyah bukan masehi kalau buat undangan atau surat menyurat karena semua jelas menyerupai kegiatan mereka. Hehehe jangan nyesel dulu atas ucapan sampean yang menyoroti sesuatu dengan mengkafir-kafirkan itu. 2 kali kafir dalam setahun itu udah untung banget cak, semestinya sampean itu kafirnya 6 kali dalam setahun....

Cak Kasab :
???

#makrifat#lembagadzikirkasabullah#tahunbaru

5 komentar:

  1. Alhamdulillah terimakasih guru atas pencerahan hati lewat cak kssab dan madbullahnya semoga ini semua bisa di mengerti juga untuk yang lain amiin bismillah

    BalasHapus
  2. Alhamdulillah terimakasih guru atas pencerahan hati lewat cak kssab dan madbullahnya semoga ini semua bisa di mengerti juga untuk yang lain amiin bismillah

    BalasHapus
  3. Alhamdulillah terimakasih guru atas pencerahan hati lewat cak kssab dan madbullahnya semoga ini semua bisa di mengerti juga untuk yang lain amiin bismillah

    BalasHapus
  4. Subhanalloh trmksh sang pencerah

    BalasHapus
  5. Aliamdulillah cak kasab dan matbullah dengan obrolan panjenengan bisa menambah ilmu dan wawasan yang sangat luas bagi kami tentunya juga saudara yang lain trimakasih cak kasab,matbullah

    BalasHapus