Profil

Sabtu, 23 Juli 2016

Kedai Sufi Kasabullah

DERADIKALISASI

by .Yudhistira Ria,M.MPd / Pimp. Pusat-Guru Besar Lembaga Dzikir Kasabullah Indonesia

Seperti biasanya di hari minggu aku manfaatkan jalan santai mengitari pematang sawah, tuk melepas kepenatan jasmani dan rohani setelah sepekan lamanya, bertarung mengais rejeki   menyambung hidup  anak dan  istri hingga ajal ditentukan nanti.

Sesekali pandanganku mengitari jagat raya mengagumi ciptaan ilahi robbi yang begitu rapi, indah dan kayanya.

Taman-taman surga tampak begitu jelas dirasakan, setiap tarikan nafas menyegarkan rongga-rongga keimanan tuk berucap alhamdulillah karena pepohonan yang tidak berakal itu telah menyuplai oksigen begitu luasnya, keaneka ragaman hayati dari jasat yang semuanya tidak berakal juga tak kalah rajinnya memberi asupan energi kepadaku membuat diriku bisa berdiri dan berlari mengejar ridho ilahi di bawah terangnya cahaya mentari pagi yang juga tidak berakal, namun jasanya tidak diragukan lagi, ultra violetnya telah membantuku menangkal racun agar metabolisme tubuhku bersikulasi dengan baik

Kegembiraan hatiku sebagai wujud rasa syukur telah membuat kesedihanku semakin menganga, memikirkan saudara-saudaraku yang berakal, ternyata tidak lebih hebat dari mereka yang tidak berakal. Mereka semua patuh kepada Sang Pencipta untuk menjadi satgasnya Allah (satuan tugas) sebagai pelindung,penerang dan penyuplai makanan tanpa berkeluh kesah apalagi berontak, sedang kita yang disebut makluk mulia karena dilengkapi akal untuk berpikir serta ditunjuk sebagai kholifah justru sering membuat kekacauan dan keonaran. Sungguh suatu fenomena yang tidak ada habis-habisnya untuk disesalkan.

Mentari nampak mulai meninggi seakan menegorku, kalau aku terlalu lama memikirkan sesuatu yang tidak ada gunanya untuk dipikirkan. Akhirnya kuputuskan untuk kembali ke rumah menemui istri yang menyiapkan sarapan pagi, di tengah perjalanan tiba-tiba aku tertarik singgah di sebuah warung kecil berdindingkan gedek berpilar bambu, kulihat kanan kiri tidak ada satupun menu makanan yang terpangpang, ternyata warung itu cuma menjual kopi dan rokok, terlanjur masuk dan kawatir membuat perasaan pemilik warung kecewa kalau aku kembali, aku pesan kopi dan sebungkus rokok kesukaanku. Sungguh menjadi menu yang tidak menyehatkan menurut pandangan akhi kesehatan, pagi-pagi belum kemasukan apa-apa sudah diracuni dengan kafein dan nikotin

Di saat aku sedang terlena mengisap rokok, perhatianku mengarah kepada 2 sosok manusia tampak asik berdiskusi, dilihat dari penampilannya membuatku heran, Pelajar dan Mahasiswa yang jelas-jelas memburu pengetahuan saja, tidak begitu tertarik untuk membahas apa yang mereka diskusikan. Ada apa dengan nalar pelajar dan mahasiswa kita yang hanya tertarik mengikuti kehidupan gonjang-ganjingnya rumah tangga artis, hingga keamanan negara yang seharusnya menjadi tanggungjawabnya kelak,menjadi terabaikan?

Agar rasa penasaranku tidak “to be continued” radar telingaku diarahkan ke hadapan mereka, yang akhirnya aku tahu kalau orang-orang itu namanya Cak Kasab, penjual kerupuk keliling dari Jawa, sedang satunya lagi Mad Bullah petani lokal Madura, wah heboh tuh pikirku kalau orang Madura sampai berdiskusi dengan orang Jawa, karena keduanya sama-sama faseh dengan bahasanya sendiri, tapi hebatnya kalau kita mau berpikir jujur, walau mereka tidak terlebih dahulu bersidang kayak Anggota Dewan di Senayan, mereka sudah mampu memutuskan suatu masalah tanpa bertengkar dan tanpa biaya bermilyar dengan cukup bersepakat menggunakan bahasa Indonesia sebisa dan seadanya mereka sudah bisa menggelar acara diskusi bertaraf nasional. Sungguh luar biasa mereka, walau tidak dihormati dengan sebutan  “yang mulia” mereka benar benar sudah melakukan kemuliaan secara alami 

Cak Kasab         :  “ mas...sampean tahu gak, kalau Santoso iku wes mampus dibedil Satgas
                                Gabungan Ops Tinombala?”

Mad Bullah       :  “ Santoso sapa cak ? ”

Cak Kasab         :  “ alah mas...mas, awakmu ketinggalan banget, masa Santoso ae gak tahu,
                                itu lho mas, teroris sing lari nang hutan Poso, gak baca koran ta? ”

Mad Bullah       :  “ gak cak, sampean itu kayak pengamat politik aja baca koran segala,
                                aku tuh sukanya mengikuti berita harga pupuk dan gabah di tipi, kalau  
                                turun pemerintahnya apik kalau naik,aku menyesal memilihnya dan yang
                                akan datang pasti aku gak bakalan milih lagi, itu sama saja dengan  
                                memilih jalan penderitaanku sendiri ”

Cak Kasab         :  “ tapi soal Santoso ini penting lho mas, kalau gak segera diatasi oleh   
                                pemerintah, bisa-bisa awakmu ke sawah gak iso tenang karena Santoso
                                itu orang berbahaya lho mas bawaannya kemana-mana bedil dan bom
                                bisa kacau negara ini lho mas“

Mad Bullah       :  “ wualah walah, cak...cak sedikit-sedikit pemerintah sedikit-sedikit negara
                                masa ngatasi Santoso aja ngundang-ngundang negara, aku tuh udah biasa
                                carok mas..., kalau ada yang mengacau kampungku gak sampai diatasi  
                                aparat negara udah tamat, kesuen cak”

Cak Kasab         :  “ wah.... mas nich ya, gak ngerti banget, Santoso tuh pemimpinnya sedang  
                                anggota banyak lho mas “  

Mad Bullah       :  “ iya sudah ngerti, tapi Santoso sampai punya anggota banyak itu, kan
                                lantaran disaat sedikit dibiarin oleh masyarakat sekitarnya, coba diatasi
                                langsung, kan gak sampai banyak kayak gitu, kayak dikampungku mana
                                ada kelompok kelompok kayak gitu? awakmu sich ditinggal-tinggal
                                terus, keliling jualan kerupuk, udah pertahanan di belakang kedodoran
                                ” Coba seperti di kampungku,kalau udah dari sawah jagongan di
                                Pos kamlin sambil mengamati penduduk  yang punya gerak-gerik aneh
                                langsung diatasi atau dilaporin ma RT

Cak Kasab         :  “ bener juga ya mas, berarti yang lemah itu intelejen kita,ya? “

Mad Bullah       :  “ cak...cak...kok berpikirnya ma pemerintah terus, kita itu siapa? Bagian       
                                dari pemerintah to, ya tanggungjawab kita dong, soalnya kalau semua
                                ditangani pemerintah uang rakyat habis mas, buat biaya operasi kayak itu,
                                tuh bukan jutaan mas,tapi milyaran kan mending dibuat subsidi pupuk,
                                gabah,tepung,bawang dan minyak goreng buat awak-awak ?” 

Subhanallah, sebenarnya aku tertarik sekali mengikuti perbincangan mereka, tapi karena waktunya sudah teramat siang, keburu sarapan pagi jadi makan siang dan agar istri tidak berpikir suaminya hilang,kutinggalkan warung itu dengan penuh penasaran.

Sambil berjalan aku berpikir, benar juga apa yang dikatakan Mad Bullah. kalau kita bisa mengutuhkan “Deradikalisasi” atau sosialisasi penanggulangan gerakan separatisme dan suversif, kepada masyarakat luas, melalui lembaga pemerintah maupun organisasi kemasyarakan, pastilah teroris itu tidak akan pernah berkembang di bumi pertiwi ini.#kedaisufikasabullah

4 komentar:

  1. Terimakasih Guru atas pesan dan ilmu yg diberikan

    BalasHapus
  2. Subhnalloh walhamdulilla walailahaillalo huallo huakbar

    BalasHapus
  3. Subhanlah terimakasih guru yang telah menyampaikan pesan pesan ilmu pengetahuan buat kami aemua, memang benar kita sebagai dari bagian negara ini harus ikut bertanggung jawab atas kedaulatan negara ini semoga ini semua bisa di pahami oleh semua kalangan sebagai warga negara amiin bismillah

    BalasHapus
  4. Alkhamdulillah dg ilmu yg guru berikan murid sangat senang sekali,sangat berarti bagi murid,amiin.

    BalasHapus