DERADIKALISASI
by .Yudhistira Ria,M.MPd / Pimp. Pusat-Guru Besar Lembaga Dzikir Kasabullah Indonesia
Seperti biasanya di
hari minggu aku manfaatkan jalan santai mengitari pematang sawah, tuk melepas kepenatan jasmani dan rohani setelah sepekan lamanya, bertarung mengais rejeki menyambung
hidup anak dan istri hingga ajal
ditentukan nanti.
Sesekali pandanganku
mengitari jagat raya mengagumi ciptaan ilahi robbi yang begitu rapi, indah dan
kayanya.
Taman-taman surga tampak
begitu jelas dirasakan, setiap tarikan nafas menyegarkan rongga-rongga keimanan
tuk berucap alhamdulillah karena pepohonan yang tidak berakal itu telah
menyuplai oksigen begitu luasnya, keaneka ragaman hayati dari jasat yang semuanya
tidak berakal juga tak kalah rajinnya memberi asupan energi kepadaku membuat
diriku bisa berdiri dan berlari mengejar ridho ilahi di bawah terangnya cahaya
mentari pagi yang juga tidak berakal, namun jasanya tidak diragukan lagi, ultra
violetnya telah membantuku menangkal racun agar metabolisme tubuhku bersikulasi
dengan baik
Kegembiraan hatiku
sebagai wujud rasa syukur telah membuat kesedihanku semakin menganga, memikirkan
saudara-saudaraku yang berakal, ternyata tidak lebih hebat dari mereka yang
tidak berakal. Mereka semua patuh kepada Sang Pencipta untuk menjadi satgasnya Allah
(satuan tugas) sebagai pelindung,penerang dan penyuplai makanan tanpa berkeluh
kesah apalagi berontak, sedang kita yang disebut makluk mulia karena dilengkapi
akal untuk berpikir serta ditunjuk sebagai kholifah justru sering membuat
kekacauan dan keonaran. Sungguh suatu fenomena yang tidak ada habis-habisnya untuk
disesalkan.
Mentari nampak mulai
meninggi seakan menegorku, kalau aku terlalu lama memikirkan sesuatu yang tidak
ada gunanya untuk dipikirkan. Akhirnya kuputuskan untuk kembali ke rumah menemui
istri yang menyiapkan sarapan pagi, di tengah perjalanan tiba-tiba aku tertarik
singgah di sebuah warung kecil berdindingkan gedek berpilar bambu, kulihat kanan
kiri tidak ada satupun menu makanan yang terpangpang, ternyata warung itu cuma menjual
kopi dan rokok, terlanjur masuk dan kawatir membuat perasaan pemilik warung
kecewa kalau aku kembali, aku pesan kopi dan sebungkus rokok kesukaanku. Sungguh
menjadi menu yang tidak menyehatkan menurut pandangan akhi kesehatan, pagi-pagi
belum kemasukan apa-apa sudah diracuni dengan kafein dan nikotin
Di saat aku sedang
terlena mengisap rokok, perhatianku mengarah kepada 2 sosok manusia tampak asik
berdiskusi, dilihat dari penampilannya membuatku heran, Pelajar dan Mahasiswa
yang jelas-jelas memburu pengetahuan saja, tidak begitu tertarik untuk membahas
apa yang mereka diskusikan. Ada apa dengan nalar pelajar dan mahasiswa kita yang hanya tertarik mengikuti kehidupan gonjang-ganjingnya rumah tangga artis, hingga keamanan negara yang seharusnya menjadi tanggungjawabnya kelak,menjadi terabaikan?
Agar rasa penasaranku tidak “to be continued” radar telingaku diarahkan ke hadapan mereka, yang
akhirnya aku tahu kalau orang-orang itu namanya Cak Kasab, penjual kerupuk
keliling dari Jawa, sedang satunya lagi Mad Bullah petani lokal Madura, wah
heboh tuh pikirku kalau orang Madura sampai berdiskusi dengan orang Jawa, karena
keduanya sama-sama faseh dengan bahasanya sendiri, tapi hebatnya kalau kita mau
berpikir jujur, walau mereka tidak terlebih dahulu bersidang kayak Anggota
Dewan di Senayan, mereka sudah mampu memutuskan suatu masalah tanpa bertengkar
dan tanpa biaya bermilyar dengan cukup bersepakat menggunakan bahasa Indonesia sebisa
dan seadanya mereka sudah bisa menggelar acara diskusi bertaraf nasional. Sungguh luar biasa mereka, walau tidak dihormati dengan sebutan “yang mulia” mereka benar benar sudah melakukan kemuliaan secara
alami
Cak
Kasab : “ mas...sampean tahu gak, kalau Santoso iku
wes mampus dibedil Satgas
Gabungan Ops
Tinombala?”
Mad Bullah : “ Santoso sapa cak ? ”
Cak
Kasab : “ alah mas...mas, awakmu ketinggalan banget, masa
Santoso ae gak tahu,
itu lho mas, teroris sing lari nang hutan
Poso, gak baca koran ta? ”
Mad
Bullah : “ gak
cak, sampean itu kayak pengamat politik aja baca koran segala,
aku tuh sukanya
mengikuti berita harga pupuk dan gabah di tipi, kalau
turun pemerintahnya apik
kalau naik,aku menyesal memilihnya dan yang
akan datang pasti
aku gak bakalan milih lagi, itu sama saja dengan
memilih jalan
penderitaanku sendiri ”
Cak
Kasab : “ tapi soal Santoso ini penting lho mas,
kalau gak segera diatasi oleh
pemerintah, bisa-bisa awakmu ke sawah
gak iso tenang karena Santoso
itu orang berbahaya
lho mas bawaannya kemana-mana bedil dan bom
bisa
kacau negara ini lho mas“
Mad
Bullah : “ wualah
walah, cak...cak sedikit-sedikit pemerintah sedikit-sedikit negara
masa ngatasi Santoso
aja ngundang-ngundang negara, aku tuh udah biasa
carok mas...,
kalau ada yang mengacau kampungku gak sampai diatasi
aparat negara udah
tamat, kesuen cak”
Cak
Kasab : “ wah.... mas nich ya, gak ngerti banget, Santoso
tuh pemimpinnya sedang
anggota banyak lho
mas “
Mad
Bullah : “
iya sudah ngerti, tapi Santoso sampai punya anggota banyak itu, kan
lantaran disaat
sedikit dibiarin oleh masyarakat sekitarnya, coba diatasi
langsung, kan gak sampai banyak kayak gitu, kayak
dikampungku mana
ada kelompok kelompok kayak gitu? awakmu sich ditinggal-tinggal
terus, keliling jualan kerupuk, udah
pertahanan di belakang kedodoran
” Coba seperti di kampungku,kalau udah dari sawah
jagongan di
Pos kamlin sambil mengamati penduduk yang punya gerak-gerik aneh
langsung
diatasi atau dilaporin ma RT
Cak
Kasab : “ bener juga ya mas, berarti yang lemah itu
intelejen kita,ya? “
Mad
Bullah : “
cak...cak...kok berpikirnya ma pemerintah terus, kita itu siapa? Bagian
dari pemerintah to, ya tanggungjawab kita
dong, soalnya kalau semua
ditangani
pemerintah uang rakyat habis mas, buat biaya operasi kayak itu,
tuh bukan jutaan mas,tapi milyaran kan
mending dibuat subsidi pupuk,
gabah,tepung,bawang dan minyak goreng buat awak-awak ?”
Subhanallah,
sebenarnya aku tertarik sekali mengikuti perbincangan mereka, tapi karena
waktunya sudah teramat siang, keburu sarapan pagi jadi makan siang dan agar
istri tidak berpikir suaminya hilang,kutinggalkan warung itu dengan penuh penasaran.
Sambil
berjalan aku berpikir, benar juga apa yang dikatakan Mad Bullah. kalau kita
bisa mengutuhkan “Deradikalisasi” atau sosialisasi penanggulangan gerakan
separatisme dan suversif, kepada masyarakat luas, melalui lembaga pemerintah maupun organisasi kemasyarakan, pastilah teroris itu tidak akan pernah berkembang di
bumi pertiwi ini.#kedaisufikasabullah
Terimakasih Guru atas pesan dan ilmu yg diberikan
BalasHapusSubhnalloh walhamdulilla walailahaillalo huallo huakbar
BalasHapusSubhanlah terimakasih guru yang telah menyampaikan pesan pesan ilmu pengetahuan buat kami aemua, memang benar kita sebagai dari bagian negara ini harus ikut bertanggung jawab atas kedaulatan negara ini semoga ini semua bisa di pahami oleh semua kalangan sebagai warga negara amiin bismillah
BalasHapusAlkhamdulillah dg ilmu yg guru berikan murid sangat senang sekali,sangat berarti bagi murid,amiin.
BalasHapus