Profil

Sabtu, 16 Juli 2016

Pokemon Go, mengapa harus heboh?


by R. Yudhistira Ria, M.MPd / Pimpinan Pusat -Guru Besar Lembaga Dzikir Kasabullah Indonesia

Dalam kegelapan malam, ada sekelompok anak-anak yang sedang mengendap-ngendap mengundang perhatian penulis untuk mencari tahu, tentunya bukan kepada hal-hal baik, sebab di abad modern ini anak-anak tidak lagi bisa dibebaskan dari kecurigaan sebagai pelaku tindak kriminal, bukan saja soal kejahatan pencurian tetapi sudah merambah kepada kejahatan pembunuhan, tidak sedikit para orang tua dibunuh oleh anak-anaknya sendiri yang masih usia sekolah dasar lantaran hal sepele seperti tidak dibelikan hp atau motor.

Walau anak-anak sudah dianggap berpeluang melakukan tidak kriminal, penulis selaku orang waras masih berpikir normatif dengan tidak membawa senjata apa-apa atau berteriak minta bantuan tetangga, sebab dalam analisa sepintas kalau cuma empat anak usia dini dengan tangan kosongpun tidak akan pernah kewalahan menghadapinya, usut punya usut ternyata sangkaan buruk itu sama sekali tidak benar, sebab mereka sedang “bermain” waralaba media dengan aplikasi Pokemon Go dengan memburu XP (Experience Point ) tiga pilihan yang diberikan, yakni Bulbasaur, Charmander, dan Squirtle.

XP merupakan target poin yang harus dikumpulkan oleh pemain, agar bisa melangkah ke jenjang / level yang lebih tinggi. Berbagai cara yang dapat diupayakan oleh para pemain dalam mengumpulkan dan menambah XP, diantaranya dengan menangkap Pokemon  ke Pokeball, dan secara otomatis pemain mendapat 100 XP  dan begitulah selanjutnya permainan terus dilakukan sampai lavelnya ada di puncak yang konon katanya Aplikasinya bisa dijual dengan ratusan ribu rupiah.
Kalau cuma bermain semacam itu mengapa Pokemon Go telah membuat para orang tua kebakaran jenggot dan sibuk agar anak-naknya tidak mengunduh game Pokemon Go? Bahkan banyak yang usul kepada pemerintah agar permainan itu di Indonesia di blokir.

Keberatan dan usul orang tua itu penulis nilai wajar-wajar saja, kalau kita terima dengan hal yang wajar, akan tetapi kalau kita terima dengan hal yang tidak wajar, maka orangtua yang berinisiasi begitu dianggap terlalu proteksi terhadap anak-anaknya, tidak pede atau kita anggap hanya mencari sensasi belaka. Mengapa kita bisa bisa menuduh begitu?

Adakah kita yang comen begitu mempunyai anak dan mengurusnya langsung? Kalau tidak, mari kita mulai belajar untuk membiasakan diri agar tidak ikut-ikutan “resek” dengan urusan orang lain yang sama sekali kita tidak mengalaminya, sekalipun seorang ayah sekalipun belum tentu mempunyai pemikiran sekawatir ibunya, karena apa yang dikawatirkan seorang ibu bagi seorang ayah dianggap hanya bagian dari proses pengerdilan terhadap kemadirian seorang anak.



Pokemon Go, tidak boleh kita anggap permainan biasa, sebab permainan ini mulai mengajari anak-anak kita yang lucu-lucu dan polos untuk berlomba-lomba berlarian ke luar rumah, menyebar ke berbagai lokasi dengan tidak memperhatikan waktu, yang terpikir hanya untuk memburu dan menangkap monster agar XP-nya terposisi pada level bergenggsi
Pengembangan permainan Video Nitendo yang diciptakan  Satoshi Tajiri tahun 1995 itu, sekarang sudah dikemas menjadi Game Online Pokemon Go, kalau kita para orangtua tidak bijak menyikapinya, maka dampaknya akan sangat buruk bagi masa depan anak kita diantaranya :
1.      Kalau anak kita hanya sekedar melarang dan tidak memberi wawasan mengapa dilarang. maka secara tidak langsung kita para orang tua, akan memberi peluang kepada anak-anak kita yang semula jujur dan berbakti menjadi anak yang suka berontak dan berbohong, dengan beralasan belajar kelompok atau bermain ketemannya, padahal kenyataannya mereka memanfaatkan untuk memburu monster pokemon

2.      Apabila kita berikan izin tanpa pesan-pesan yang membuatnya berpikir kongkrit,akan membuat anak-nak kita yang semula dijaga pshikis dan phisiknya akan terkoyak-koyak akibat kejahatan di luar rumah, sebut saja anak-anak kita yang kurang berpengalaman memasuki wilayah-wilayah edotorial rumah tangga, lembaga dan pemerintahan bisa saja dikenai sanksi oleh pemilik editorial itu, karena masuk tanpa terlebih dahulu “kulo nuwun” sebab yang terpikir oleh anak kita adalah target XP hal ini belum lagi berhadapan dengan mereka yang memanfaatkan situasi hanya untuk memuluskan rencana kejahatannya dengan membuat aplikasi palsu, dan anak-anak kita tergiring ketempat sepi yang dimaksud, kemudian dijarah apa yang dimiliki, kita semua tahu kalau HP sampai bisa mempunyai aplikasi Game Online harganya minaimal 1 juta syukur kalau cuma hp-nya kalau sampai  nyawanya juga yang diambil bagaimana?

Sebagai langkah terbaik dalam menyikapi situasi yang mau tidak mau tetap terjadi? Kita dampingi saja anak-anak kita saat bermain, ya hitung-hitung meriview masa kecil kanak-kanak kita yang belum pernah menjumpai permainan game online semacam Pokemon Go, terkecuali bermain dengan bahan yang ramah lingkungan seperti pelepas pisang buat kuda-kudaan dan bedil untuk perang-perangan. Dengan begitu anak-anak kita tetap terakomodasi rasa keingintahuannya dan rasa penasarannya terhadap kehebohan cerita-cerita temannya di sekolah. Disisi lain anak-anak kita akan tetap diuntungkan karena bisa mengikuti perkembangan tekhnologi.

Bagaimanapun anak-anak kita yang polos dan lucu-lucu itu menjadi tanggungjawab bersama dalam rumah tangga yang terstruktur ada Ayah, Ibu, Kakak dan adik, tentunya kalau ada diantara mereka yang tidak sempat mendampingi adik kita yang mau bermain game online Pokemon Go setidaknya ada dua pendamping yang siap menggantinya yaitu ibu atau kakak, kalau tidak ada kakak ya ibu, kalau tidak sempat semuanya? Buatlah janji kepada adik kita untuk memenuhinya, karena janji menjadi suatu harap yang membuat anak kita tetap bersemangat sedang larangan yang tidak beralasan hanya akan membuat anak-anak kita menjadi penasaran untuk mencari tahu mengapa dilarang.


Lebih baik kita repot mendampingi anak kita saat bermain game online Pokemon Go dibanding repot menjemput anak kita di pos satpam,pos kampling dan pos polisi karena masuk wilayah orang lain tanpa pamit apalagi sampai direpotkan mengurus jenasah anak kita lantaran tewas saat mempertahankan hp-nya diambil paksa oleh penjahat, naudzubillahiminzaliq.#nasehatorangtua

4 komentar:

  1. setuju banget yg Guru sampaikan diatas, menjadikan murid semakin ingat dan peduli terhadap tanggungjawab sbg orangtua dalam membimbing anak khususnya terkait dgn teknokogi yg sdh menjadi bagian dari kehidupan anak.
    mohon ijin share. terimakasih Guru

    BalasHapus
  2. Permainan yang sangat meruginkan itu memang berdampak buruk bagi anak
    anak krn akan membuat anak tidak berfikir positif akan menanam hayalan didalam fikiranya mencari sesuatu yang tidak nyata,dan mbembahayan dirinya apalagi bermain diluar rumah akan lengah dgn keadaan krn banyak kendaraan berlalu lalang,apalagi kalau ada yg celaka siapa yg disalahkan?demi keselamatan anak2 kita hindarilah permainan itu demi generasi penerus indonesia,kita orang tua harus bisa berfikir positif demi anak kita,betul kata guru saya sangat setuju untuk permainan itu ditiadakan,trimakasih Guru.

    BalasHapus
  3. Terimakasih Guru , murid upayakan untuk menindaklanjuti pesan Guru

    BalasHapus
  4. Terimakasih Guru , murid upayakan untuk menindaklanjuti pesan Guru

    BalasHapus