by R. Yudhistira Ria, M.MPd / Pimpinan Pusat -Guru Besar Lembaga Dzikir Kasabullah Indonesia
Dalam kegelapan malam,
ada sekelompok anak-anak yang sedang mengendap-ngendap mengundang perhatian
penulis untuk mencari tahu, tentunya bukan kepada hal-hal baik, sebab di abad
modern ini anak-anak tidak lagi bisa dibebaskan dari kecurigaan sebagai pelaku
tindak kriminal, bukan saja soal kejahatan pencurian tetapi sudah merambah
kepada kejahatan pembunuhan, tidak sedikit para orang tua dibunuh oleh
anak-anaknya sendiri yang masih usia sekolah dasar lantaran hal sepele seperti tidak
dibelikan hp atau motor.
Walau anak-anak sudah
dianggap berpeluang melakukan tidak kriminal, penulis selaku orang waras masih
berpikir normatif dengan tidak membawa senjata apa-apa atau berteriak minta
bantuan tetangga, sebab dalam analisa sepintas kalau cuma empat anak usia dini
dengan tangan kosongpun tidak akan pernah kewalahan menghadapinya, usut punya
usut ternyata sangkaan buruk itu sama sekali tidak benar, sebab mereka sedang “bermain”
waralaba media dengan aplikasi Pokemon Go
dengan memburu XP (Experience Point )
tiga pilihan yang diberikan, yakni Bulbasaur, Charmander, dan Squirtle.
XP merupakan target poin yang harus dikumpulkan oleh pemain,
agar bisa melangkah ke jenjang / level yang lebih tinggi. Berbagai cara yang
dapat diupayakan oleh para pemain dalam mengumpulkan dan menambah XP, diantaranya dengan
menangkap Pokemon ke Pokeball, dan
secara otomatis pemain mendapat 100 XP dan
begitulah selanjutnya permainan terus dilakukan sampai lavelnya ada di puncak
yang konon katanya Aplikasinya bisa dijual dengan ratusan ribu rupiah.
Kalau cuma bermain semacam itu mengapa Pokemon Go telah membuat para orang tua kebakaran jenggot dan sibuk
agar anak-naknya tidak mengunduh game Pokemon
Go? Bahkan banyak yang usul kepada pemerintah agar permainan itu di
Indonesia di blokir.
Keberatan dan usul orang tua itu penulis nilai wajar-wajar
saja, kalau kita terima dengan hal yang wajar, akan tetapi kalau kita terima
dengan hal yang tidak wajar, maka orangtua yang berinisiasi begitu dianggap terlalu
proteksi terhadap anak-anaknya, tidak pede atau kita anggap hanya mencari
sensasi belaka. Mengapa kita bisa bisa menuduh begitu?
Adakah kita yang comen begitu mempunyai anak dan
mengurusnya langsung? Kalau tidak, mari kita mulai belajar untuk membiasakan diri
agar tidak ikut-ikutan “resek” dengan urusan orang lain yang sama sekali kita
tidak mengalaminya, sekalipun seorang ayah sekalipun belum tentu mempunyai
pemikiran sekawatir ibunya, karena apa yang dikawatirkan seorang ibu bagi
seorang ayah dianggap hanya bagian dari proses pengerdilan terhadap kemadirian
seorang anak.
Pokemon Go, tidak boleh kita anggap permainan biasa, sebab
permainan ini mulai mengajari anak-anak kita yang lucu-lucu dan polos untuk berlomba-lomba
berlarian ke luar rumah, menyebar ke berbagai lokasi dengan tidak memperhatikan
waktu, yang terpikir hanya untuk memburu dan menangkap monster agar XP-nya
terposisi pada level bergenggsi
Pengembangan permainan Video Nitendo yang
diciptakan Satoshi Tajiri tahun 1995 itu,
sekarang sudah dikemas menjadi Game Online Pokemon
Go, kalau kita para orangtua tidak bijak menyikapinya, maka dampaknya akan sangat
buruk bagi masa depan anak kita diantaranya :
1. Kalau anak kita hanya
sekedar melarang dan tidak memberi wawasan mengapa dilarang. maka secara tidak
langsung kita para orang tua, akan memberi peluang kepada anak-anak kita yang
semula jujur dan berbakti menjadi anak yang suka berontak dan berbohong, dengan
beralasan belajar kelompok atau bermain ketemannya, padahal kenyataannya mereka
memanfaatkan untuk memburu monster pokemon
2. Apabila kita berikan izin
tanpa pesan-pesan yang membuatnya berpikir kongkrit,akan membuat anak-nak kita
yang semula dijaga pshikis dan phisiknya akan terkoyak-koyak akibat kejahatan
di luar rumah, sebut saja anak-anak kita yang kurang berpengalaman memasuki
wilayah-wilayah edotorial rumah tangga, lembaga dan pemerintahan bisa saja
dikenai sanksi oleh pemilik editorial itu, karena masuk tanpa terlebih dahulu “kulo
nuwun” sebab yang terpikir oleh anak kita adalah target XP hal ini belum lagi berhadapan
dengan mereka yang memanfaatkan situasi hanya untuk memuluskan rencana
kejahatannya dengan membuat aplikasi palsu, dan anak-anak kita tergiring
ketempat sepi yang dimaksud, kemudian dijarah apa yang dimiliki, kita semua
tahu kalau HP sampai bisa mempunyai aplikasi Game Online harganya minaimal 1
juta syukur kalau cuma hp-nya kalau sampai nyawanya juga yang diambil bagaimana?
Sebagai
langkah terbaik dalam menyikapi situasi yang mau tidak mau tetap terjadi? Kita dampingi
saja anak-anak kita saat bermain, ya hitung-hitung meriview masa kecil kanak-kanak
kita yang belum pernah menjumpai permainan game online semacam Pokemon Go,
terkecuali bermain dengan bahan yang ramah lingkungan seperti pelepas pisang
buat kuda-kudaan dan bedil untuk perang-perangan. Dengan begitu anak-anak kita
tetap terakomodasi rasa keingintahuannya dan rasa penasarannya terhadap
kehebohan cerita-cerita temannya di sekolah. Disisi lain anak-anak kita akan tetap
diuntungkan karena bisa mengikuti perkembangan tekhnologi.
Bagaimanapun
anak-anak kita yang polos dan lucu-lucu itu menjadi tanggungjawab bersama dalam
rumah tangga yang terstruktur ada Ayah, Ibu, Kakak dan adik, tentunya kalau ada
diantara mereka yang tidak sempat mendampingi adik kita yang mau bermain game
online Pokemon Go setidaknya ada dua
pendamping yang siap menggantinya yaitu ibu atau kakak, kalau tidak ada kakak
ya ibu, kalau tidak sempat semuanya? Buatlah janji kepada adik kita untuk
memenuhinya, karena janji menjadi suatu harap yang membuat anak kita tetap
bersemangat sedang larangan yang tidak beralasan hanya akan membuat anak-anak kita
menjadi penasaran untuk mencari tahu mengapa dilarang.
Lebih
baik kita repot mendampingi anak kita saat bermain game online Pokemon Go dibanding repot menjemput
anak kita di pos satpam,pos kampling dan pos polisi karena masuk wilayah orang
lain tanpa pamit apalagi sampai direpotkan mengurus jenasah anak kita lantaran
tewas saat mempertahankan hp-nya diambil paksa oleh penjahat,
naudzubillahiminzaliq.#nasehatorangtua
setuju banget yg Guru sampaikan diatas, menjadikan murid semakin ingat dan peduli terhadap tanggungjawab sbg orangtua dalam membimbing anak khususnya terkait dgn teknokogi yg sdh menjadi bagian dari kehidupan anak.
BalasHapusmohon ijin share. terimakasih Guru
Permainan yang sangat meruginkan itu memang berdampak buruk bagi anak
BalasHapusanak krn akan membuat anak tidak berfikir positif akan menanam hayalan didalam fikiranya mencari sesuatu yang tidak nyata,dan mbembahayan dirinya apalagi bermain diluar rumah akan lengah dgn keadaan krn banyak kendaraan berlalu lalang,apalagi kalau ada yg celaka siapa yg disalahkan?demi keselamatan anak2 kita hindarilah permainan itu demi generasi penerus indonesia,kita orang tua harus bisa berfikir positif demi anak kita,betul kata guru saya sangat setuju untuk permainan itu ditiadakan,trimakasih Guru.
Terimakasih Guru , murid upayakan untuk menindaklanjuti pesan Guru
BalasHapusTerimakasih Guru , murid upayakan untuk menindaklanjuti pesan Guru
BalasHapus