mBAH KHOLIL YANG TERUS MENGAJAR
SEKALIPUN SUDAH WAFAT
by. R.YUDHISTIRA RIA,M.Pd / Pimp.Pusat Guru Besar Lembaga Dzikir Kasabullah / Juni302016
Disadari atau tidak setiap
kita, utamanya para ulama Bangkalan menjadikan sosok Syekh Maulana Mohammad Kholil
karomallah wajjahahu atau yang akrap dengan sebutan Syaikhona Cholil atau
panggilan akrapnya mBah Kholil tokoh sentral umat islam yang didaulat sebagai
maha guru dari sekian banyak macam guru yang ditemui. Sekalipun secara fisik
tidak pernah bertemu dengan beliau, tetapi ruh bimbingan spiritual Syaikhona
Kholil begitu kuatnya tertanam pada sanubari mereka, Hal itu bisa dibuktikan
takkala ada seorang yang akan melanjutkan pendidikan,melamar pekerjaan,menduduki
jabatan Anggota Dewan, Bupati, Menteri sampai kepada Presiden sekalipun, selalu
merasa tidak pas kalau tidak terlebih dahulu “sowan” ke makam KH.Moh.Cholil Bangkalan,untuk
mohon doa restunya dengan cara berziarah.
Perasaan semacam itu
syah-syah saja dan sangat beralasan, sekalipun ada seorang santri yang sukses
menjadi ulama besar yang ditempa oleh guru/kyai tertentu, mau tidak mau secara Historis
faktual Gurunya adalah Syaikhona Kholil, silahkan perhatikan serangkaian
santri-santri Syaikhona Kholil yang sekarang dikenal Kyai ternama dengan pondok
pesantrennya yang membina ribuan santri diantaranya Hadratus Syaikh KH Hasyim
Asy’ari (Tebu Ireng Jombang), KH Wahab Hasbullah (Tambak Beras Jombang), KH
Bisri Syansuri (Denanyar Jombang), KH As’ad Syamsul Arifin (Sukorejo
Situbondo), Kiai Cholil Harun (Rembang), Kiai Ahmad Shiddiq (Jember), Kiai
Hasan (Genggong Probolinggo), Kiai Zaini Mun’im (Paiton Probolinggo), Kiai Abi
Sujak (Sumenep), Kiai Toha (Bata-Bata Pamekasan), Kiai Usymuni (Sumenep), Kiai
Abdul Karim (Lirboyo Kediri), Kiai Munawir (Krapyak Yogyakarta), Kiai Romli
Tamim (Rejoso Jombang), Kiai Abdul Majid (Bata-Bata Pamekasan). Presiden RI pertama
Ir. Soekarno juga pernah berguru kepada beliau.
Adanya kekuatan spitual
yang merasa bahwa Syaikhona Kholil tetap mengajar dan memberi bimbingan spitual
bukan tidak beralasan, sebab jauh sebelumnya Allah SWT sudah wa wanti-wanti kepada
kita bahwa para waliullah,suhada itu tidak mati melainkan hanya jazatnya saja, mereka
hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rezki. mereka dalam keadaan gembira
disebabkan karunia Allah yang diberikan-Nya kepada mereka, dan mereka bergirang
hati terhadap orang-orang yang masih tinggal di belakang yang belum menyusul
mereka, bahwa tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka
bersedih hati." (QS. Ali Imran: 169-170)
Dalam sebuah teori
Paralogika atau Supranatural disebutkan bahwa setiap living organisme, atau sebut
saja manusia, merupakan perwujudan interaksi vitalistik antara organisme dengan
soul menjadi white blank body sehingga terbangun suatu komunitas
interaksi semi vitalistik antara organisme sebagai menunjang spirit dengan reincarnated
body yang terbentuk. Jadi Soul/Roh itu juga yang nantinya berfunsi sebagai pembeda antara benda dan makluk hidup, jadi
kalau kita sekedar hidup kemudian tidak memiliki visioning/cita-cita dan idealisme
sama saja dengan sekedar hidup tetapi tidak ada kehidupan
Mereka yang terus memacu
kehidupannya dengan cita-cita dan idealisme untuk menyempurnakan pengetahuan
agamanya dengan menyatakan diri bahwa Syaikhonal Kholil sebagai gurunya, dengan
sendirinya mereka telah memberdayakan soul/ruhnya sebagai unsur energi utama agar
dirinya dapat mendeteksi dan terdeteksi dengan energi soul/Ruh dari Syaikhona Kholil.
sehingga dengan istiqomahnya serta rakhmat dari Allah mereka akhirnya mendapatkan
jalan keluar atas suatu permasalahan yang dihadapi,bisa mendapat hidayah berupa
ilmu yang sebelumnya tidak diketahui bahkan tidak sedikit yang dipertemukan
dengan beliau melalui ruh idhofinya
.
Itulah hakikat berguru
secara ghoib, kepada para waliullah,ulama dan para suhada yang telah mendahului
kita, Masalah kita sering menyaksikan tingkah polah orang melakukan ziarah,tahlil,tirakat di margbaroknya
(makamnya), rajin mengirim fatehah setiap selesai sholat, rajin mengaji di
makamnya, meniru gaya berpakaian dan sepak terjangnya. Semua itu bukan hal
buruk, apalagi disebut tahayyul karena komentar semacam itu menjadi sangat lucu
apabila disampaikan oleh mereka yang sama sekali tidak paham akan hal-hal ghoib
atau berbau klenik
Kalau kita terus saja
terlena dengan gaya sok tahu, kawatir pengalaman salah satu murid saya juga
terjadi pada anda, ceritanya pada saat pengajian rutin Lembaga DzikirKasabullah,ada
salah seorang murid menghadap dengan membawa sebuah botol air mineral “Guru,
alhamdulillah murid berhasil menangkap 6 jin,semuanya sudah murid masukkan ke
dalam botol ini” saya tidak menolak dan juga tidak langsung menerima, cuma menimbali
dengan satu pertanyaan saja, “ tahu besarnya jin?” ” tidak !!...guru. Jawabnya,
Kemudian saya jelaskan kalau jin itu lebih besar dari rumah guru, sontak kepala
murid itu menatap saya sambil manggut-manggut. Itu maksudnya bukan menyoal
besar kecilnya jin, melainkan memposisikan dirinya kalau tidak tahu jin jangan
menangi jin.
Komentar-komentar kita
yang selalu “resek” dengan upaya-upaya mereka dalam memberdayakan soul/ruhnya
sebagai unsur energi utama agar dirinya dapat mendeteksi dan terdeteksi dengan energi dan body lainnya,
yang menyebabkan mereka benci kepada kita, Padahal kita yang sering resek
kepada mereka tidak mempunyai pengetahuan dan kemampuan apa-apa tentang apa
yang mereka lakukan,isi hatinya,cita-citanya,amalan lalu mengapa kita begitu
mudahnya menjustice, bahwa mereka telah mengerjakan kesesatan, kesyirikan,minta
kepada jin? Sedang dirinya sendiri yang berkomentar semacam itu atas perintah jin,tidak disadari.
Lebih mulia mana melakukan bentuk ejekan semacam itu dengan mendoakan “ya
Allah, aku mohon agar orang yang berada di sisi makam engkau kabulkan apa yang
mereka doakan dan cita-citakan, agar mereka segera merasakan nikmatnya dan agar
mereka segera pulang menemui keluarganya. Jawabannya tanyakan pada nurani kita
dan jangan tanya kepada naluri kita,karena naluri itu pasti berbulu,bertaring
dan berekor.#kasabullah