Profil

Senin, 13 Juni 2016

catatan kecil bagi ibu Saeni dan Pemkot Serang banten

catatan kecil bagi  ibu Saeni dan Pemkot Serang Banten

BERPUASA, SIAPA YANG MINTA DIHORMATI ?
By. R. Yudhistira Ria, M.Pd/Pimp.Pusat-Guru Besar Lembaga Dzikir Kasabullah Indonesia/Juni,13.2016


Indonesia, sebagai satu-satunya negara yang penduduknya  mayoritas menganut agama islam di jagat raya ini, sudah tidak bisa dipungkiri lagi, seluruh nitezen di belahan dunia meng-share “like”. Namun yang patut disayangkan gelar “mayoritas” itu tidak berbanding lurus dengan visi, misi dan tujuan islam yang sebenarnya. Pengakuan dunia itu adalah ladang emas apabila kita setting sebagai ajang promosi gratis, kepada dunia internasional (baca penganut agama lain) bahwa islam adalah agama  rakhmatan lil alamin, yang sangat menjunjung tinggi sifat toleransi, memelihara perdamaian dan membangun sejahteraan. Kenyataannya justru yang digembar-gemborkan hal-hal bersifat siremonial, sakral maupun klenik. Keanekaragaman budaya nusantara setidaknya menjadi simulasi tolenransi tepat dan benar yang tidak dimiliki oleh negara manapun,  sekalipun ada negara lain yang mempunyai penduduk dengan mayoritas agama islam yang sama, toh disisi lain tidak memiliki banyak kaum minoritas yang mempunyai banyak perbedaan dari suku,agama,antar golongan yang semuanya memerlukan bukti dan kerja nyata agama kita, berupa hak mendapat  perlidungan dan hak diberinya keleluasaan untuk mengajukan hak dan kewajibannya dan bukan mengebiri hak-hak mereka menjadi wajib mengikuti otoritas kita selaku mayoritas. “Dan jika seorang diantara orang-orang musyrikin itu meminta perlindungan kepadamu, maka lindungilah ia supaya ia sempat mendengar firman Allah, kemudian antarkanlah ia ketempat yang aman baginya. Demikian itu disebabkan mereka kaum yang tidak mengetahui.” (QS: At-Taubah [9]: 6).
Ketidak pahaman atas Rakhmatan lilalamin itu atau islam,  tidak saja menyasar kaum minoritas semata, sesama muslimnya yang tidak seorganisasi, yang tidak semashab, yang tidak segolongan tidak luput dari bias missinya, bagaimana caranya agar mereka melakukan kegiatan yang sama dengan kelompoknya. Soal dengan intimidasi, teror dan semacamnya tidak lagi menjadi perkara yang perlu diliat kebenarannya. yang penting mereka sama dengannya. Sungguh pengakuan sebagai umat Muhammad yang perlu diragukan kebenarannya,  karena Nabi Muhammad SAAW tidak pernah memberikan contoh seperti yang mereka lakukan justru beliau tauladankan diantaranya
1. Nabi Muhammad setiap hari datang dan  menyuapi pengemis dari golongan yahudi yang buta, tua renta dan miskin, saat beliau menyuapi pengemis itu nyerocos berkisah Nabi Muhammad sebagai sosok orang yang jahat, yang mesti dijauhi dan musuhi.                  Sampai pada suatu ketika pengemis itu merasakan perbedaan kalau tangan yang menyuapi itu berbeda dengan tangan yang biasa menyuapinya selama ini. Benar sekali karena itu tangan Abu Bakar Ash-Shiddiq yang berusaha melanjutkan kebiasaan Nabi Muhammad SAAW sebagai tauladannya. Sejak saat itu Pengemis buta yahudi itu tahu, kalau ternyata orang yang biasa menyuapi setiap harinya adalah Nabi Muhammad SAW yang selalu menceritakan keburukan beliau dan sekarang sudah tiada.
2. Nabi Muhammad SAAW saat tinggal di Makkah, mempunyai rutinitas  mendatangi  Ka’bah, dan dalam setiap perjalanan beliau selalu mendapat perlakuan yang tidak pada tempatnya (diludahi) dari seorang Yahudi, Kendali beliau kerap diperlakukan buruk, tidak sedikitpun berupaya untuk membalasnya, bahkan saat orang yang sering berbuat jahil kepada Nabi Muhammad SAAW tidak melakukan kebiasaannya ternyata saat itu tidak ada justru bukan membuat beliau senang melainkan mencari tahu ikhwal pemuda tersebut. Saat diketahui kalau dia sakit, Nabi pun menjenguknya. betapa kagetnya  si Yahudi itu, karena Nabi Muhammad SAAW  yang selama ini diperlakukan buruk, justru menjadi menjadi orang pertama yang sangat peduli kepada kesehatannya
Dengan ditampilkannya dua contoh peristiwa penistaan dan penghinaan yang nyata dan langsung kepada Nabi Muhammad SAAW dan sedikitpun beliau tidak melawan yang semata-mata menjaga supremasi nilai-nilai Rakhmatan Lilalamin dari sekian ribu contoh  akhlak beliau lainnya, masihkan kita pantas mengakui sebagai umatnya Nabi Muhammad SAAW? “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu, (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahnat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat, dan dia banyak menyebut Allah.” ( QS. Al-Ahzab ayat 21 ) dan menganggap lebih bagus ? karena Nabi Muhammad SAAW diam saja? Ingat lho ya yang menerima amanat langsung dari Allah SWT soal protap soal SOP melaksanakan Agama Islam dan tata laksana ibadahnya yang benar hanya Nabi Muhammad SAAW dan kita wajib mentoati tanpa dalih apapun “Taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu” (Qs. An-Nissa ayat 59)
Peristiwa Serang “memilukan” yang terjadi pada beberapa waktu yang lalu atau tepatnya  tanggal 9 juni 2016, terhadap pemilik warung makan ibu Saeni, menjadi bukti bahwa kita memang belum bisa  memahami  secara utuh Agama Islam sebagai rakhmatan lilalamin, yang menjunjung tinggi “ amar makruf wa nahi mungkar “ yaitu disaat kita menegakkan kebenaran, pikirkan juga tentang kelemahan, begitu juga sebaliknya. Jadi  keduanya harus dilakukan serentak seiring sejalan. bukan makrufnya saja melainkan mungkarnya dipikirkan juga. Katakan Pemkot Serang, Banten dengan payung hukum Peraturan Daerah (Perda) Nomor 2 Tahun 2010 (pencegahan/penanggulangan penyakit masyarakat) benar (makruf), tapi caranya yang salah (mungkar), diantaranya mengapa harus dilakukan dengan arogan ? bukankah saudara kita Satpol PP yang melakukan tindakan penertiban itu, juga muslim? “Puasa itu adalah perisai, jika salah seorang dari kalian sedang berpuasa, maka janganlah mengucapkan ucapan kotor, dan jangan pula bertindak bodoh. Jika ada seseorang yang mencelanya atau mengganggunya, hendaklah mengucapkan: sesungguhnya aku sedang berpuasa.“ ( HR. Al Bukhori).  Semestinya kalau kita paham, sebagai muslim yang taat, maka menyikapi kasus Warung Ibu Saeni itu dengan jalan :  1. Mengarahkan agar berjualan pada saat sore hari 2. Masakan ibu Saeni tidak disita, karena itu modal bergulir, kalau sekali saja dirampas berarti tidak bisa bejualan lagi karena modalnya sudah tidak ada 3. Makanan yang disita juga mau dikemanakan? Mau diserahkan kepada kaum duafa? Bukannya ibu Saeni sudah duafa? Tindakan represif sebagai sok terapy boleh saja kita pilih, akan tetapi, sok terapy dalam sabda Nabi Muhammad SAAW  di atas juga perlu kita perhatikan “... dan jangan pula bertindak bodoh.... “ Dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.” (Qs. Al-Baqarah: 184).
Penerapan Peraturan Daerah (Perda) Nomor 2 Tahun 2010 Pemkot Serang, Banten terbilang “aneh tapi nyata” undang-undang tersebut setidaknya sudah berusia 5 tahun berjalan, tapi mengapa baru tahun ini gaungnya menjadi spektakuler-mengebrak issu nasional? Lalu mengapa semua ramai-ramai menghakimi Pemkot Serang Banten utamanya kepada Satpol PP selaku kepanjangan tangan dari sitemik, dengan kata-kata yang tidak pantas? Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta bahkan mengamalkannya, maka Allah tidak butuh dari rasa lapar dan haus yang dia tahan.( HR.  Al. Bukhory ) sampai-sampai orang nomor satu dan nomor dua di Republik ini angkat harta dan angkat bicara, yang semakin memperjelas kalau Pemkot Serang Banten menjadi paling bersalah sehingga boleh dong dihujat?  
Rupanya kita semua tersulut emosi atas tanyangan video yang menampilkan saat teman-teman Satpol PP melaksanakan tugasnya sehingga pada lupa dan khilaf, kalau terbitnya Perda Serang Banten disebabkan adanya dua arus yang berkekuatan besar bersifat intruksi dan aspirasi rakyat, Intruksi maksudnya berasal dari pemerintah pusat, yang menghendaki walikotanya bisa menjalankan tugas pemerintahan daerah tertib dan kondusif,  sedang yang bersifat Aspirasi berupa usulan dari arus bawah  masyarakat utamanya dari kaum muslimin, yang meminta agar pelaksanaan puasanya dihormati oleh mereka yang tidak berpuasa. Setelah dirumuskan matang-matang, dipertimbangkan dan diputuskan menjadi Peraturan Pemerintah Kota kemudian diterapkan kepada masyarakat dan hasilnya menimbulkan kekisruhan nasional, Lalu mengapa kita cuci tangan sebersih bersihnya dan  menganggap sebagai produk perpu yang tidak populis? Mungkin bagi yang berpola pikir singkat,  tindakan Presiden dan wakilnya serta para nitizen yang menggalang dana, itu menjadi solusi positif, padahal tindakan itu justru menimbulkan preseden buruk di dalam pendidikan berbangsa dan beneragara,  yang seakan-akan membenarkan anggapan masyarakat umum bahwa pemerintah pusat dan daerah tidak nyambung dan berjalan sendiri-sendiri, semestinya teguran dari Wapres itu disampaikan kepada Walikota Serang seraya diarahkan untuk meminta maaf atas keteledorannya yang bertindak represif, begitu juga dengan uang santunan dari Presiden semestinya juga diberikan melalui Walikota Serang untuk selanjutnya diserahkan kepada ibu Saeni, bukan mengirim utusan, sehingga semuanya menjadi clear
Karena semua pada emosi dan geram sehingga mekanisme seperti yang kami maksudkan di atas tidak pernah ada, Akibatnya secara tidak langsung telah membuka peluang terbentuknya “preman-preman” baru, mengingat pelaku beranggapan walau melakukan tindakan melawan hukum toh ada backing-backing yang membackup. Akhirnya perseteruan warga dengan walikotanya terus berlanjut semakin tajam, karena merasa dijadikan tumbah oleh warganya kepada pemerintah pusat, bahkan walikota tersebut untuk selanjutnya  sudah tidak mempunyai nyali lagi untuk membuat tindakan tegas. Mungkin bagi yang pro kepada tindakan walikota serang juga akan membuat pertanyaan panjang mengapa tindakan yang benar kok justru menjadi salah? disisi lain juga akan memberi idea kepada calon pelaku berikutnya untuk melakukan hal yang serupa.

Setelah kita tafakkuri lagi, kekacauan itu tidak lepas dari ke”pede”an kita dalam melaksanakan ibadah puasa yang inginnya tampil “exlusif” semua orang harus menghormati kita, dengan ditulis besar-besar “Hormati orang berpuasa” padahal di luar sana ada orang yang benar-benar Allah perkenankan untuk tidak puasa, bukan penganut agama lain lho ya ini sesama islamnya yang wajib kita hormati juga " ( yaitu )  dalam beberapa hari yang tertentu. Maka barangsiapa diantara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain."  ( Qs.Al Baqarah ayat184 ) serta hadits Rosulullah Muhammad SAAW "Sesungguhnya Allah telah memberikan keringanan bagi orang yang musafir  untuk tidak mengerjakan setengah shalat dan bagi orang yang hamil serta menyusui  untuk tidak berpuasa."(Hadits Hasan riwayat Abu Daud, Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Nasai). Lalu mau kemana mereka para musafir, kaum yang lagi sakit, ibu yang sedang menyusui, anak-anak yang belum saatnya diberi beban melaksanakan ibadah puasa, untuk mendapatkan makanan siap saji, kalau tidak ada satupun warung yang melayani? Memasak? Ya kalau ada sanak keluaganya, bagaimana dengan musafir? Memangnya mau rekreasi bawa bekal? Maka dari itu yuk kita laksanakan ibadah puasa dengan ikhlas tanpa harus meminta uluran penghormatan mereke tehadap puasa kita, jadikan mereka yang tetap makan dan minum dihadapan kita sebagai tim penguji kwalitas ibadah puasa kita, dengan memastikan nanti nilai pahalanya lebih tinggi dibanding  mereka yang tidak ada penggodanya sama sekali, Kita samakan puasa ramadhan ini  dengan saat kita berpuasa sunnah entah senin kamis. kalau puasa sunnah saja kita tidak sibuk mengharap “penghormatan” mereka, tetapi mengapa justru disaat kita melakukan ibadah puasa yang sebenarnya yaitu puasa ramadhan harus bersikap melebihi puasanya anak kecil. Sebaiknya ibu Saeni berterus terang mengakui kesalahannya karena tidak bisa mematuhi perpu yang berlaku, sedang bagi bapak walikota juga minta maaf karena telah membuat tindakan yang melampaui batas, sedang yang lain tidak perlu merespon apa-apalagi kecuali Alhamdulillah dan atau  puji Tuhan,.#puasaramadhan  

7 komentar:

  1. Subhanalloh walhamdulilla wala ila haillallo hualla hu akbar

    BalasHapus
  2. Subhanalloh amiin alkhamdulillah tausyiah yang penuh dengan rahmat allah untuk menyikapi masalah seperti itu memang harus didasari dengan iman,hati yang peduli dengan kaum duafa dengan adanya peristiwa seperti itu murid bisa belajar mana yang baik dan mana yang buruk dan bagaimana cara menyikapi suatu masalah dan bisa merakan bagaimana rasanya hati yang ter aniayah seperti itu karena mengais rejeki yang kecil yang terjadi berantakan sedangkan hasilnya untuk mencukupi keluarga apalagi dibulan ramadan hasilnya sangat sangat diperlukan,ya allah saya mohon lipatgandakan rejeki mereka dan berilah mereka kesabaran,trimakasih guru karena trenyuh hati murid setelah membaca tausyiah guru ,trimakasih guru atas tamchan ilmunya semoga bermanfaat bagi murid amiin yarobbal alamin.

    BalasHapus
  3. alhamdulillah, sebenarnya semua mempunyai tujuan baik baik, akan tetapi yang patut disayangkan semestinya nilai-nilai luhur itu disandarkan kepada lillahitaala, bukan kepada kekuasaan. apapun dan bagaimanapun bentuk dan wujudnya kalau disandarkan kepada lillahitaala tidak ada satupun yang menjadi 'korban' karena allah maha adik dan maha bijaksana,

    BalasHapus
  4. Subhanallah walhamdulillah walailaha illallah wallahuakbar.

    BalasHapus
  5. Subhanallah guru benar sekali bahwa islam itu rahmat bagi semesta alam bukan hanya rahmat buat muslimin saja semoga orang orang seperti bu saeni ini yang mlayani makan buat orang sakit, musafir, dan non muslim demi bisa memberikan makan sahur dan buka buat keluarganya semoga rijekinya di cukupi sehingga tidak harus berjualan makan disiang hari

    BalasHapus
  6. Subhanallah guru benar sekali bahwa islam itu rahmat bagi semesta alam bukan hanya rahmat buat muslimin saja semoga orang orang seperti bu saeni ini yang mlayani makan buat orang sakit, musafir, dan non muslim demi bisa memberikan makan sahur dan buka buat keluarganya semoga rijekinya di cukupi sehingga tidak harus berjualan makan disiang hari

    BalasHapus
  7. Subhanallah .terimakasih atas pencerahannya

    BalasHapus